30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Enam Bocah Meregang Nyawa

14 Orang Meninggal karena Kecelakaan

MEDAN-Minggu kemarin menjadi kisah tragis bagi anak Indonesia. Sedikitnya enam bocah tewas setelah mengalami kecelakaan, satu di Binjai dan lima lainnya di Tasikmalaya. Selain itu, dua mahasiswa Universitas HKBP Nommensen juga meregang nyawa karena kecelakaan.

Di Binjai, Rio Syahputra (10) tak tertolong setelah terseret 10 meter karena sepeda motor matic yang dikendarai ayahnya, Soled (40), ditabrak Mobil Taft GT K 1211 MA. Kecelakaan yang dialami warga Jalan Gajah Mada, Binjai Timur berlangsung sekitar sekitar pukul 15.30 WIB. Akibat peristiwa tersebut, Rio tewas di tempat, sedangkan Soled dan empat penumpang mobil Taft tersebut yakni Timanken Br Surbakti (75), Rame Br Purba (55), Nur Aini, dan Suka mengalami luka serius. Sementara, Sikap Surbakti, sang sopir mobil Taft tersebut hanya mengalami luka ringan. Para korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bangkatan di Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Binjai Selatan, guna mendapatkan pertolongan.

Menurut Suryadi (52), saksi mata, kepada Sumut Pos mengungkapkan, kejadian itu berawal saat Soled melintas dari arah Km 19 menuju perkebunan tebu Tunggurono. Tepat di persimpangan jalan, korban yang saat itu membonceng anaknya memperlambat laju kendaraannya.

Namun, tanpa disangka, mobil Taft GT warna hitam, melaju dengan kecempatan tinggi dari arah Diski, Kecamatan Sunggal, Deliserdang. Tanpa bisa mengelak, korban langsung dihantam mobil Taft GT tersebut. “Mengerikan sekali melihatnya. Saya rasa mobil itu tidak sempat injak rem. Sebab, korban langsung dihantamnya hingga terseret sekitar 10 meter,” ujar Suryadi.

Begitu mobil menghantam korban, sambungnya, mobil itu oleng ke kanan dan terperosok ke dalam parit tepat di sebelah Sekolah Dasar (SD) di Jalan Pangeran Diponegoro. “Sepeda motor serta mobil itu terus merosot hingga berhenti setelah terperosok ke dalam parit. Karena saat kejadian itu benturannya sangat keras, membuat warga berdatangan untuk melihat dan menolong korban,” ungkapnya.

Sopir mobil Taft yang telah melakukan kelalaian, saat berada di Sat Lantas Polres Binjai mengakui, kalau saat itu ia hanya melaju dengan kecepatan 60 km per jam. “Kami baru pulang melihat keluarga meninggal di Telaga Dingin, Deliserdang. Setelah mendekati simpang itu, saya sudah melihat korban. Tapi, waktu itu saya berpikir, korban akan berhenti. Sehingga, saya tetap melajukan mobil. Begitu sudah sampai di persimpangan, ternyata korban juga melaju dan akhirnya langsung saya tabrak. Begitu benturan itu terjadi, saya bingung mau berbuat apa, akhirnya mobil saya oleng dan masuk parit,” ucapnya.
Kasat Lantas Polres Binjai AKP Agus S mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap supir dan saksi-saksi. “Iya, supirnya masih kita periksa, dan kita juga akan memeriksa sejumlah saksi yang melihat kejadian tersebut,” ujar AKP Agus S.

Dari Tasikmalaya Jawa Barat, sebelas dari empat belas penumpang Suzuki Carry bernopol Z 951 W tewas tertabrak Kereta Api (KA) Pasundan Jurusan Kiaracondong Bandung-Surabaya di perlintasan KA tanpa palang pintu di depan SMAN 3 Kota Tasikmalaya sekitar pukul 9.30. Dari sebelas korban itu, lima di antaranya masih bocah.

Kejadian nahas tersebut terjadi ketika mobil yang dikendarai Yudi berada di tengah lintasan saat kereta lewat. “Pada waktu itu, saya juga sempat berteriak jangan nyeberang kereta api sudah dekat, tapi mobil terus berjalan dan akhirnya tertabrak,” ujar Asep Usman (49), satpam SMAN 3 Kota Tasikmalaya yang melihat kejadian dan berada di sekitar lokasi.

Mobil kemudian tergusur kereta sekitar 15 meter dari palang pintu dan masuk ke sawah. “Setelah mobil terpental ke sawah, korban juga terpental dari dalam mobil keluar. Hanya ada beberapa orang saja yang berada di dalam mobil, kebanyakan terpental keluar,” ujarnya.

Melihat kejadian itu, kata Asep, dirinya beserta warga yang berada di sekitar lokasi, melaporkan ke Polsek Cibeureum dan langsung mengevakuasinya. Sertia (14), korban yang selamat mengatakan ketika kejadian itu, para penumpang dan sopirnya tidak mendengar dan tidak melihat ada kereta lewat sehingga mobil terus melaju. “Ketika di tengah rel, mereka melihat kereta, tapi mobil malah berhenti. Kami yang ada di dalam mobil semuanya berteriak dan tidak bisa lagi keluar, karena kereta sudah dekat dan ketika itu saya tidak ingat lagi,” ujarnya di RSUD Kota Tasikmalaya.

Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Gupuh Setiyono SIK melalui Kasatlantas AKP Muhamad Rano Hadianto SIK menuturkan tertabraknya mobil yang ditumpangi 14 itu diduga akibat human error karena berdasarkan keterangan saksi, jarak 100 meter, Kereta Api Pasundan jurusan Bandung-Surabaya sudah memberikan peringatan berupa membunyikan klakson dan peringatan lainnya.

“Untuk saat ini, kejadian tertabraknya mobil yang menimbulkan 11 meninggal ini ditangani satuan Reserse Polres Tasikmalaya Kota,” ujarnya. Dia pun mengatakan polisi belum bisa menentukan tersangka dalam kejadian ini, pasalnya masih dalam penyelidikan pihak kepolisian dan pemeriksaan saksi-saksi.

Sementara itu, dua mahasiswa Universitas HKBP Nommensen juga tewas dalam kecelakaan tunggal. Dua mahasiswa tersebut Ropiadotan Sinaga (21) dan Saut (21), mengalami kecelakaan kemarin sekitar pukul 03.00 WIB di Jalan Pintu Air Simalingkar B, Minggu (18/30 ) sekitar pukul 03.00 WIB. Kedua jenazah dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.

Informasi yang diperoleh di Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, kedua korban merupakan warga Desa Hatoguan Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Kejadian berawal saat kedua korban yang berboncengan dengan menaiki sepeda motor menuju Jalan Pintu Air Simalingkar B. Tiba-tiba sepeda motor yang mereka naiki menabrak dinding pagar sebuah warnet. Kedua korban yang selama ini nge-kos di Jalan Tempuling Medan Tembung, malam itu pergi bersama keempat temannya yang lain dengan menaiki 3 sepeda motor dan berboncengan menuju ke sebuah kafe yang tak jauh dari lokasi kejadian. Usai bersenang-senang dan menikmati minuman beralkohol, keenamnya membubarkan diri, sedangkan kedua korban menuju salah satu rumah saudara Rapiadotan di Jalan Pintu Air Simalingkar B. “Mereka baru pulang dari kafe. Keduanya ngekos. Karena larut malam, udah pasti nggak dikasi masuk sama pemilik kos nya. Habis dari sana, mereka bubar, yang saya tau dari temannya, kedua korban, menuju rumah saudara Rapiadotan. Pas diperjalanan itulah terjadi kecelakaan itu,” jelas SM Tambunan (43) paman korban saat ditemui di Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan. (yna/jpnn/dan/mag-11)

14 Orang Meninggal karena Kecelakaan

MEDAN-Minggu kemarin menjadi kisah tragis bagi anak Indonesia. Sedikitnya enam bocah tewas setelah mengalami kecelakaan, satu di Binjai dan lima lainnya di Tasikmalaya. Selain itu, dua mahasiswa Universitas HKBP Nommensen juga meregang nyawa karena kecelakaan.

Di Binjai, Rio Syahputra (10) tak tertolong setelah terseret 10 meter karena sepeda motor matic yang dikendarai ayahnya, Soled (40), ditabrak Mobil Taft GT K 1211 MA. Kecelakaan yang dialami warga Jalan Gajah Mada, Binjai Timur berlangsung sekitar sekitar pukul 15.30 WIB. Akibat peristiwa tersebut, Rio tewas di tempat, sedangkan Soled dan empat penumpang mobil Taft tersebut yakni Timanken Br Surbakti (75), Rame Br Purba (55), Nur Aini, dan Suka mengalami luka serius. Sementara, Sikap Surbakti, sang sopir mobil Taft tersebut hanya mengalami luka ringan. Para korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bangkatan di Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Binjai Selatan, guna mendapatkan pertolongan.

Menurut Suryadi (52), saksi mata, kepada Sumut Pos mengungkapkan, kejadian itu berawal saat Soled melintas dari arah Km 19 menuju perkebunan tebu Tunggurono. Tepat di persimpangan jalan, korban yang saat itu membonceng anaknya memperlambat laju kendaraannya.

Namun, tanpa disangka, mobil Taft GT warna hitam, melaju dengan kecempatan tinggi dari arah Diski, Kecamatan Sunggal, Deliserdang. Tanpa bisa mengelak, korban langsung dihantam mobil Taft GT tersebut. “Mengerikan sekali melihatnya. Saya rasa mobil itu tidak sempat injak rem. Sebab, korban langsung dihantamnya hingga terseret sekitar 10 meter,” ujar Suryadi.

Begitu mobil menghantam korban, sambungnya, mobil itu oleng ke kanan dan terperosok ke dalam parit tepat di sebelah Sekolah Dasar (SD) di Jalan Pangeran Diponegoro. “Sepeda motor serta mobil itu terus merosot hingga berhenti setelah terperosok ke dalam parit. Karena saat kejadian itu benturannya sangat keras, membuat warga berdatangan untuk melihat dan menolong korban,” ungkapnya.

Sopir mobil Taft yang telah melakukan kelalaian, saat berada di Sat Lantas Polres Binjai mengakui, kalau saat itu ia hanya melaju dengan kecepatan 60 km per jam. “Kami baru pulang melihat keluarga meninggal di Telaga Dingin, Deliserdang. Setelah mendekati simpang itu, saya sudah melihat korban. Tapi, waktu itu saya berpikir, korban akan berhenti. Sehingga, saya tetap melajukan mobil. Begitu sudah sampai di persimpangan, ternyata korban juga melaju dan akhirnya langsung saya tabrak. Begitu benturan itu terjadi, saya bingung mau berbuat apa, akhirnya mobil saya oleng dan masuk parit,” ucapnya.
Kasat Lantas Polres Binjai AKP Agus S mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap supir dan saksi-saksi. “Iya, supirnya masih kita periksa, dan kita juga akan memeriksa sejumlah saksi yang melihat kejadian tersebut,” ujar AKP Agus S.

Dari Tasikmalaya Jawa Barat, sebelas dari empat belas penumpang Suzuki Carry bernopol Z 951 W tewas tertabrak Kereta Api (KA) Pasundan Jurusan Kiaracondong Bandung-Surabaya di perlintasan KA tanpa palang pintu di depan SMAN 3 Kota Tasikmalaya sekitar pukul 9.30. Dari sebelas korban itu, lima di antaranya masih bocah.

Kejadian nahas tersebut terjadi ketika mobil yang dikendarai Yudi berada di tengah lintasan saat kereta lewat. “Pada waktu itu, saya juga sempat berteriak jangan nyeberang kereta api sudah dekat, tapi mobil terus berjalan dan akhirnya tertabrak,” ujar Asep Usman (49), satpam SMAN 3 Kota Tasikmalaya yang melihat kejadian dan berada di sekitar lokasi.

Mobil kemudian tergusur kereta sekitar 15 meter dari palang pintu dan masuk ke sawah. “Setelah mobil terpental ke sawah, korban juga terpental dari dalam mobil keluar. Hanya ada beberapa orang saja yang berada di dalam mobil, kebanyakan terpental keluar,” ujarnya.

Melihat kejadian itu, kata Asep, dirinya beserta warga yang berada di sekitar lokasi, melaporkan ke Polsek Cibeureum dan langsung mengevakuasinya. Sertia (14), korban yang selamat mengatakan ketika kejadian itu, para penumpang dan sopirnya tidak mendengar dan tidak melihat ada kereta lewat sehingga mobil terus melaju. “Ketika di tengah rel, mereka melihat kereta, tapi mobil malah berhenti. Kami yang ada di dalam mobil semuanya berteriak dan tidak bisa lagi keluar, karena kereta sudah dekat dan ketika itu saya tidak ingat lagi,” ujarnya di RSUD Kota Tasikmalaya.

Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Gupuh Setiyono SIK melalui Kasatlantas AKP Muhamad Rano Hadianto SIK menuturkan tertabraknya mobil yang ditumpangi 14 itu diduga akibat human error karena berdasarkan keterangan saksi, jarak 100 meter, Kereta Api Pasundan jurusan Bandung-Surabaya sudah memberikan peringatan berupa membunyikan klakson dan peringatan lainnya.

“Untuk saat ini, kejadian tertabraknya mobil yang menimbulkan 11 meninggal ini ditangani satuan Reserse Polres Tasikmalaya Kota,” ujarnya. Dia pun mengatakan polisi belum bisa menentukan tersangka dalam kejadian ini, pasalnya masih dalam penyelidikan pihak kepolisian dan pemeriksaan saksi-saksi.

Sementara itu, dua mahasiswa Universitas HKBP Nommensen juga tewas dalam kecelakaan tunggal. Dua mahasiswa tersebut Ropiadotan Sinaga (21) dan Saut (21), mengalami kecelakaan kemarin sekitar pukul 03.00 WIB di Jalan Pintu Air Simalingkar B, Minggu (18/30 ) sekitar pukul 03.00 WIB. Kedua jenazah dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.

Informasi yang diperoleh di Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, kedua korban merupakan warga Desa Hatoguan Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Kejadian berawal saat kedua korban yang berboncengan dengan menaiki sepeda motor menuju Jalan Pintu Air Simalingkar B. Tiba-tiba sepeda motor yang mereka naiki menabrak dinding pagar sebuah warnet. Kedua korban yang selama ini nge-kos di Jalan Tempuling Medan Tembung, malam itu pergi bersama keempat temannya yang lain dengan menaiki 3 sepeda motor dan berboncengan menuju ke sebuah kafe yang tak jauh dari lokasi kejadian. Usai bersenang-senang dan menikmati minuman beralkohol, keenamnya membubarkan diri, sedangkan kedua korban menuju salah satu rumah saudara Rapiadotan di Jalan Pintu Air Simalingkar B. “Mereka baru pulang dari kafe. Keduanya ngekos. Karena larut malam, udah pasti nggak dikasi masuk sama pemilik kos nya. Habis dari sana, mereka bubar, yang saya tau dari temannya, kedua korban, menuju rumah saudara Rapiadotan. Pas diperjalanan itulah terjadi kecelakaan itu,” jelas SM Tambunan (43) paman korban saat ditemui di Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan. (yna/jpnn/dan/mag-11)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/