32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Nggak Ada Firasat Buruk, Yakin Anaknya Selamat

Hj Farida, Ibunda Irwan, ABK KM Sinar Kudus yang Dibajak di Laut Somalia

Anggota keluarga ABK Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia terus berharap orang-orang tercintanya itu segera bebas. Mereka minta pemerintah dan perusahaan serius mengurus kasus menghebohkan tersebut. Termasuk Hj Farida (67), ibu salah satu ABK bernama Irwan (35), asal Batubara, Asahan.

Selasa, 19 April 2011, wartawan METRO ASAHAN (grup Sumut Pos) berkunjung ke kediaman orangtua Irwan di Kampung Kayu Ara, Desa Pahang, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara.

Di rumah sederhana dengan cat merah muda, wanita uzur yang sudah lima tahun ditinggal mati suaminya itu menyambut dengan ramah. Dengan penuh rasa kekeluargaan, wanita itu mempersilakan masuk ke rumahnya.
Raut wajah tuanya tampak sedih, begitu topik pembicaraan mengarah pada pembajakan kapal motor Sinar Kudus bersama 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK).

“Bagaimana lah tak sedih, nasib anak awak (saya) belum jolas. Nenek berharap, tolong lah pemerintah memulangkan anakku dengan selamat,” ujar istri almarhum Idris Mingka degan logat Melayu kental.

Lambannya proses penyelamatan 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK)
KM MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia membuat keluarga para ABK. Mereka menyesalkan siap pemerintah yang tak kunjung memperlihatkan hasil sejak terjadinya pembajakan, awal Maret lalu.

Selama sebulan lebih Irwan dan ABK lain disandera bajak laut Somalia, naluri keibuannya bergejolak. Apalagi kabar terakhir didapat dari televisi menyebutkan, Irwan dan ABK lainnya sedang dalam kondisi kritis, kekurangan perbekalan dan obat. Mereka bertahan hidup dengan memakan sisa makanan perompak dan meminum air kotor.
Kesedihannya makin bertambah, tatkala mengetahui janji pemerintah untuk menyelamarkan para ABK itu, hingga kini belum terealisasi. “Siapa yang tidak was-was. Selama disandera, belum ada komunikasi,” kata Rojali, paman Irwan, yang mendampingi Hj Farida, kakak iparnya.

Meski demikian, Hj Farida tidak merasakan firasat buruk atas keselamatan jiwa anaknya yang menurut keluarganya juga menderita gangguan jantung itu. “Ngga ada firasat buruk. Sampai hari ini, saya yakin mereka akan selamat. Setiap malam, saya juga berdoa, dan rutin Solat Tahajud, agar Irwan dan rekan-rekannya selamat,” katanya sambil menghela nafas panjang.

Sambil tangan kirinya menyeka air mata yang bercucuran, dan tangan kanannya menggengam foto Irwan yang diberi bingkai berukuran 12 R.

Wanita yang memiliki 8 anak ini menceritakan, Irwan adalah anak ke empat dari 8 anak. Lulus dari sekolah pelayaran awal dekade 90-an, Irwan bekerja di kapal tunda milik PT Inalum. “Ketepatan, waktu itu, mendiang bapaknya juga bekerja di Inalum,” kata Hj Farida, diamini Rozali.

Dua tahun bekerja di perusahaan jepang itu, prestasi yang diraihnya, membuat Irwan berulangkali mengikuti pendidikan pelayaran. Hingga pada 1992, Irwan yang kala itu masih lajang, memutuskan pindah dan bekerja di PT Samudera, perusahaan pemilik KM MV Sinar Kudus yang kini disandera itu, dengan jabatan pertama sebagai juru mudi.

“PT Samudera itu kan punya banyak kapal, termasuk KM Sinar Kudus yang sekarang disandera itu. Selama bekerja di sana, Irwan sering berlayar dengan kapal yang berbeda, sesuai perintah perusahaan. Sedangkan di KM Sinar Kudus ini, masih 2 kali pelayaran dia ikut. Itu pun, dia cerita waktu terakhir pulang Januari kemarin,” kata Hj Farida, sambil mempersilakan awak Koran ini menikmati suguhan berupa teh manis panas.

Ditanya mengenai kepribadian Irwan sehari-harinya, Hj Farida menggambarkan putranya sebagai tulang punggung dan panutan di keluarga. Betapa tidak, dengan kerja kerasnya sebagai ABK, pria berkumis tebal itu membiayai dua anak dan istri, pendidikan adik-adiknya, serta membantu kedua orangtuanya membangun rumah mereka yang layak huni.

“Dia itu penyayang, perhatian. Setiap pulang kampung kalau kapal mereka tidak sedang berlayar, dia banyak menemani saya di rumah. ketepatan, rumah dia juga dekat kok dari sini. Nah, kalau waktunya dia akan kembali berlayar, sebelum berangkat, pasti memberikan saya uang, dan mengatakan uang itu untuk jaga-jaga, mana tahu saya sakit,” ujarnya, sambil membetulkan letak topi, yang menutupi rambutnya, yang sudah memutih.

Irwan begitu dekat dengan istrinya, Ida, dan 2 anaknya. Apalagi, sebagai pelaut, Irwan jarang memiliki waktu banyak bersama keluarganya. “Pokoknya baik sekali lah dia itu,” katanya  lagi.

Sayangnya, kemarin, wawancara harus dihentikan sementara, karena Hj Ida yang sudah terlihat kelehan hendak beristirahat. Awak METRO ASAHAN kemudian bergerak menuju kediaman Irwan yang ditempati istri dan dua anaknya, yang berjarak sekitar 50 meter dari kediaman Hj Farida. Tapi sayangnya, rumah bercat hijau, yang pada bagian depannya terdapat bangunan kecil menyerupai kios itu tertutup rapat. Seorang tetangga sebelah rumah mengatakan, si empunya rumah sedang ke luar Kota. “Lagi ke luar Kota. Tapi ke kota mana pastinya, saya tidak tahu,” ujarnya.(ing/smg)

Hj Farida, Ibunda Irwan, ABK KM Sinar Kudus yang Dibajak di Laut Somalia

Anggota keluarga ABK Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia terus berharap orang-orang tercintanya itu segera bebas. Mereka minta pemerintah dan perusahaan serius mengurus kasus menghebohkan tersebut. Termasuk Hj Farida (67), ibu salah satu ABK bernama Irwan (35), asal Batubara, Asahan.

Selasa, 19 April 2011, wartawan METRO ASAHAN (grup Sumut Pos) berkunjung ke kediaman orangtua Irwan di Kampung Kayu Ara, Desa Pahang, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara.

Di rumah sederhana dengan cat merah muda, wanita uzur yang sudah lima tahun ditinggal mati suaminya itu menyambut dengan ramah. Dengan penuh rasa kekeluargaan, wanita itu mempersilakan masuk ke rumahnya.
Raut wajah tuanya tampak sedih, begitu topik pembicaraan mengarah pada pembajakan kapal motor Sinar Kudus bersama 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK).

“Bagaimana lah tak sedih, nasib anak awak (saya) belum jolas. Nenek berharap, tolong lah pemerintah memulangkan anakku dengan selamat,” ujar istri almarhum Idris Mingka degan logat Melayu kental.

Lambannya proses penyelamatan 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK)
KM MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia membuat keluarga para ABK. Mereka menyesalkan siap pemerintah yang tak kunjung memperlihatkan hasil sejak terjadinya pembajakan, awal Maret lalu.

Selama sebulan lebih Irwan dan ABK lain disandera bajak laut Somalia, naluri keibuannya bergejolak. Apalagi kabar terakhir didapat dari televisi menyebutkan, Irwan dan ABK lainnya sedang dalam kondisi kritis, kekurangan perbekalan dan obat. Mereka bertahan hidup dengan memakan sisa makanan perompak dan meminum air kotor.
Kesedihannya makin bertambah, tatkala mengetahui janji pemerintah untuk menyelamarkan para ABK itu, hingga kini belum terealisasi. “Siapa yang tidak was-was. Selama disandera, belum ada komunikasi,” kata Rojali, paman Irwan, yang mendampingi Hj Farida, kakak iparnya.

Meski demikian, Hj Farida tidak merasakan firasat buruk atas keselamatan jiwa anaknya yang menurut keluarganya juga menderita gangguan jantung itu. “Ngga ada firasat buruk. Sampai hari ini, saya yakin mereka akan selamat. Setiap malam, saya juga berdoa, dan rutin Solat Tahajud, agar Irwan dan rekan-rekannya selamat,” katanya sambil menghela nafas panjang.

Sambil tangan kirinya menyeka air mata yang bercucuran, dan tangan kanannya menggengam foto Irwan yang diberi bingkai berukuran 12 R.

Wanita yang memiliki 8 anak ini menceritakan, Irwan adalah anak ke empat dari 8 anak. Lulus dari sekolah pelayaran awal dekade 90-an, Irwan bekerja di kapal tunda milik PT Inalum. “Ketepatan, waktu itu, mendiang bapaknya juga bekerja di Inalum,” kata Hj Farida, diamini Rozali.

Dua tahun bekerja di perusahaan jepang itu, prestasi yang diraihnya, membuat Irwan berulangkali mengikuti pendidikan pelayaran. Hingga pada 1992, Irwan yang kala itu masih lajang, memutuskan pindah dan bekerja di PT Samudera, perusahaan pemilik KM MV Sinar Kudus yang kini disandera itu, dengan jabatan pertama sebagai juru mudi.

“PT Samudera itu kan punya banyak kapal, termasuk KM Sinar Kudus yang sekarang disandera itu. Selama bekerja di sana, Irwan sering berlayar dengan kapal yang berbeda, sesuai perintah perusahaan. Sedangkan di KM Sinar Kudus ini, masih 2 kali pelayaran dia ikut. Itu pun, dia cerita waktu terakhir pulang Januari kemarin,” kata Hj Farida, sambil mempersilakan awak Koran ini menikmati suguhan berupa teh manis panas.

Ditanya mengenai kepribadian Irwan sehari-harinya, Hj Farida menggambarkan putranya sebagai tulang punggung dan panutan di keluarga. Betapa tidak, dengan kerja kerasnya sebagai ABK, pria berkumis tebal itu membiayai dua anak dan istri, pendidikan adik-adiknya, serta membantu kedua orangtuanya membangun rumah mereka yang layak huni.

“Dia itu penyayang, perhatian. Setiap pulang kampung kalau kapal mereka tidak sedang berlayar, dia banyak menemani saya di rumah. ketepatan, rumah dia juga dekat kok dari sini. Nah, kalau waktunya dia akan kembali berlayar, sebelum berangkat, pasti memberikan saya uang, dan mengatakan uang itu untuk jaga-jaga, mana tahu saya sakit,” ujarnya, sambil membetulkan letak topi, yang menutupi rambutnya, yang sudah memutih.

Irwan begitu dekat dengan istrinya, Ida, dan 2 anaknya. Apalagi, sebagai pelaut, Irwan jarang memiliki waktu banyak bersama keluarganya. “Pokoknya baik sekali lah dia itu,” katanya  lagi.

Sayangnya, kemarin, wawancara harus dihentikan sementara, karena Hj Ida yang sudah terlihat kelehan hendak beristirahat. Awak METRO ASAHAN kemudian bergerak menuju kediaman Irwan yang ditempati istri dan dua anaknya, yang berjarak sekitar 50 meter dari kediaman Hj Farida. Tapi sayangnya, rumah bercat hijau, yang pada bagian depannya terdapat bangunan kecil menyerupai kios itu tertutup rapat. Seorang tetangga sebelah rumah mengatakan, si empunya rumah sedang ke luar Kota. “Lagi ke luar Kota. Tapi ke kota mana pastinya, saya tidak tahu,” ujarnya.(ing/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/