26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Federasi Pilot Indonesia:

ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wakil Ketua Federasi Pilot Indonesia, Ali Nahdi angkat bicara mengenai penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantang Tengah, pada Minggu 28 Desember tahun lalu.

Dia menjelaskan, bahwa AirAsia bukan melampaui kecepatan dari yang ditentukan saat musibah itu terjadi.

“Jangan salah informasi ya, (AirAsia QZ8501) bukan melebihi kecepatan, tapi ketinggian. Ini nanti jangan pada salah,” ujar Ali saat ditemui di DPR oleh JPNN.com beberapa hari lalu.

Dijelaskan Ali bahwa setiap maskapai yang hendak meminta naik ke ketinggian tertentu harus berkomunikasi terlebih dulu dengan ATC. Ia menduga permintaan ketinggian tersebut karena pilot hendak menghindari cuaca buruk.

“Mungkin dia liat cuaca jelek, makanya dia (pilot AirAsia) minta ketinggian dan harus atas persetujuan Air Traffic Control (ATC) dulu untuk minta izin. Soal apakah dikasih atau tidak ya tergantung apa ada pesawat di atasnya atau gimana. Kalau dia minta naik 6 ribu kaki, saya rasa nggak, karena permintaan itu (naik 6 ribu kaki) jarang,” beber dia.

Mengenai dugaan pesawat AirAsia ingin menghemat bahan bakar saat mengudara, Ali mengatakan bahwa setiap pesawat dibekali bahan bakar yang cukup untuk mengudara. Meski begitu ia mengimbau agar masyarakat bersabar bila ingin mengetahui secara detail penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501, sampai investigasi selesai dilakukan.

“Memang kalau mau bensin pesawatnya lebih irit, ketinggian memang harus lebih nggak boleh rendah, karena kalau dia terbang di bawah, oksigen boros dan ngaruh ke bensin (avtur) juga. Saya duga sih karena hindari awan. Tapi nanti kita lihat investigasinya lebih lanjut karena kalau terbang sudah ada Standard Operating Procedure (SOP) nya,” tandasnya. (chi/jpnn)

ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wakil Ketua Federasi Pilot Indonesia, Ali Nahdi angkat bicara mengenai penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantang Tengah, pada Minggu 28 Desember tahun lalu.

Dia menjelaskan, bahwa AirAsia bukan melampaui kecepatan dari yang ditentukan saat musibah itu terjadi.

“Jangan salah informasi ya, (AirAsia QZ8501) bukan melebihi kecepatan, tapi ketinggian. Ini nanti jangan pada salah,” ujar Ali saat ditemui di DPR oleh JPNN.com beberapa hari lalu.

Dijelaskan Ali bahwa setiap maskapai yang hendak meminta naik ke ketinggian tertentu harus berkomunikasi terlebih dulu dengan ATC. Ia menduga permintaan ketinggian tersebut karena pilot hendak menghindari cuaca buruk.

“Mungkin dia liat cuaca jelek, makanya dia (pilot AirAsia) minta ketinggian dan harus atas persetujuan Air Traffic Control (ATC) dulu untuk minta izin. Soal apakah dikasih atau tidak ya tergantung apa ada pesawat di atasnya atau gimana. Kalau dia minta naik 6 ribu kaki, saya rasa nggak, karena permintaan itu (naik 6 ribu kaki) jarang,” beber dia.

Mengenai dugaan pesawat AirAsia ingin menghemat bahan bakar saat mengudara, Ali mengatakan bahwa setiap pesawat dibekali bahan bakar yang cukup untuk mengudara. Meski begitu ia mengimbau agar masyarakat bersabar bila ingin mengetahui secara detail penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501, sampai investigasi selesai dilakukan.

“Memang kalau mau bensin pesawatnya lebih irit, ketinggian memang harus lebih nggak boleh rendah, karena kalau dia terbang di bawah, oksigen boros dan ngaruh ke bensin (avtur) juga. Saya duga sih karena hindari awan. Tapi nanti kita lihat investigasinya lebih lanjut karena kalau terbang sudah ada Standard Operating Procedure (SOP) nya,” tandasnya. (chi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/