26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Vaksin Nusantara Masih Panjang

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Prokontra mewarnai temuan metode sel dendritik Vaksin Nusantara yang diinisiasi mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, yang diklaim memilili masa imun seumur hidup, serta aman untuk semua usia serta pasien komorbid. Menanggapi prokontra tersebut, Kementerian Kesehatan RI menyebut, tahapan Vaksin Nusantara untuk digunakan di Indonesia masih panjang.

“PADA PRINSIPNYA, kami Kementerian Kesehatan adalah pengguna daripada jenis-jenis vaksin yang sudah tentunya lolos uji klinis mulai dari tahap satu, dua, tiga,” beber juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, kemarin.

“Tapi artinya menurut kami sih masih perjalanan cukup panjang untuk kemudian bisa digunakan dalam program (vaksinasi),” lanjutnya. Masih banyak tahapan sampai akhirnya emergency use of authorization (EUA) bisa diberikan.

Meski demikian, Kemenkes mendukung penuh inovasi produk dalam negeri termasuk vaksin Corona lain seperti Vaksin Merah Putih.

Nadia mengklaim, Indonesia sebenarnya sudah memiliki nama di dunia pada persoalan suplai vaksin COVID-19. Ditambah lagi, kehadiran vaksin Nusantara dan vaksin Merah Putih, menurutnya memberikan potensi untuk catatan keberhasilan di dunia.

“Tentunya kalau nanti ada Vaksin Merah Putih, atau ada Vaksin Nusantara, itu merupakan potensi-potensi di mana indonesia itu bisa mencatat keberhasilan di dunia terkait mungkin suplai-suplai vaksin tadi,” pungkas Nadia.

Diberitakan sebelumnya, Vaksin Nusantara sudah menyelesaikan uji klinis tahap I dengan melibatkan 30 relawan. Sementara vaksin Merah Putih, mencakup 7 kandidat vaksin yang dikembangkan oleh berbagai institusi riset, saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk menghasilkan seed atau bibit vaksin.

Vaksin Merah Putih berada di bawah naungan konsorsium riset yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

Dari 7 institusi pengembang vaksin Merah-Putih, 5 di antaranya berada di bawah perguruan tinggi yakni: Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair).

Dua pengembang vaksin Merah-Putih lainnya adalah: Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dahlan Iskan Mendukung

Sementara itu, mantan Menteri BUMN era presiden SBY, Dahlan Iskan menyuarakan agar Vaksin Nusantara diberikan kesempatan yang sama seperti vaksin lainnya.

Adapun Dahlan bercerita soal ada sosok ilmuwan di bidang pengobatan di balik Vaksin Nusantara. Ilmuwan yang juga tak terlepas dari kontroversi itu ialah Prof dr Hans Keirstead PhD.

Dalam blog disway edisi 21 Februari 2021, Dahlan Iskan menuliskan bahwa Prof Hans merupakan ilmuwan yang menyuarakan perlunya metode stem cell diakui sebagai salah satu cara pengobatan masa depan.

Setelah menyelesaikan disertasi doktornya di bidang stem cell untuk sumsum tulang belakang, Prof Hans mendapatkan kesempatan untuk memperdalam ilmunya di Universitas Cambridge, Inggris. Saat itu ia merupakan ilmuwan termuda yang mendapat tugas yang seharusnya untuk guru besar senior.

Setelah pindah ke California, ia terpilih menjadi penasihat di kongres untuk proses legalisasi stem cell. Dahlan menuliskan bahwa di sana Prof Hans mendapat banyak tantangan dan penentangan. Para dokter masih menganggap stem cell belum bisa diterima sebagai sistem pengobatan.

“Pun sampai hari ini – Ketika orang seperti saya sudah lebih dari 10 kali menjalaninya” tulisnya.

Di tahun 2016, lulusan University of British Columbia, Kanada dari S-1 hingga S-3 itu mendirikan perusahaan AIVITA Biomedical Inc di California Amerika Serikat. Melalui perusahaannya itu, Prof Hans terus melakukan riset bidang pengobatan yang terkait dengan cell, setelah itu ditemukanlah pengobatan dendritic cell untuk kanker otak.

Namun ia membelokkan dulu penemuannya, untuk mengatasi pandemic covid-19. Melalui AIVITA Biomedical itulah yang kemudian dibawa oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk dijadikan Vaksin Nusantara.

Dahlan menuliskan bahwa Prof Hans menilai bahwa lewat Indonesia penemuannya akan bisa segera direalisasikan. Pasalnya, di Amerika untuk mewujudkan temuan di bidang medis membutuhkan biaya yang cukup besar, itu pun hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa.

Oleh karena itu, dalam blognya ia menuturkan ilmuwan seperti Prof Hans tidak punya pilihan yaitu menyerah ke modal besar atau terkubur sebelum lahir. Dahlan mengatakan, Prof Hans bisa diyakinkan dengan peraturan darurat covid-19 sangat menjanjikan.

Kemudian dari segi jumlah relawan tidak perlu membutuhkan puluhan ribu orang seperti uji coba yang dilakukan di Amerika, cukup diperlukan 2.680 orang, seperti yang dilakukan di Bandung terhadap Sinovac.

Hingga saat ini, Vaksin Nusantara sudah menjalani uji coba fase I di RSUP dr Kariadi Semarang, yang ditangani oleh para ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro, serta didampingi 8 orang ahli dari Amerika, sejak November 2020 lalu.

Sama halnya di Amerika, tanggapan untuk penemuan Prof Hans juga ramai di Indonesia, termasuk yang meragukan soal “bisa untuk seumur hidup”. Ia menegaskan tak bisa menghakimi mana yang benar atau salah.

“Bagi saya cukup: beri kesempatan yang sama. Bagaimana kita memperlakukan Sinovac, tentu juga harus diberikan kepada Vaksin Nusantara. Meskipun dokter-Jenderal Terawan sebentar lagi pindah ke Madrid -diangkat menjadi duta besar di Spanyol,” kata Dahlan.

Sebelumnya pada konferensi pers 19 Februari 2021, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengungkapkan, pihaknya baru saja menerima hasil uji klinis fase pertama Vaksin Nusantara. Hasil uji klinis sedang dievaluasi BPOM.

“Jadi, masih dievaluasi oleh timnya, Direktur Registrasi dari BPOM dengan tim ahli. Apakah bisa kita keluarkan protokol uji klinis fase keduanya,” ucapnya.

Vaksinasi di Sumut 79,6 Persen

Terkait penggunaan Vaksin Merah Putih atau Vaksin Nusantara, Satgas Penanganan Covid-19 Sumatera Utara masih akan menunggu petunjuk dari pemerintah pusat. Sampai sekarang, Satgas masih mengandalkan vaksin Covid-19 berjenis Sinovac guna menuntaskan program vaksinasi di Sumut.

“Kita belum mendapat informasi lengkap terkait itu. Masih menunggu kebijakan dari pusat,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah menjawab Sumut Pos, Minggu (21/2).

Adapun vaksinasi Covid-19 terhadap tenaga kesehatan (nakes) di Sumut masih terus berjalan. Saat ini, capaiannya sudah 56.544 nakes atau 79,6 persen dari 71.058 sasaran vaksinasi dosis 1.

“Jumlah nakes yang terdata pada vaksinasi dosis 1 sebetulnya 70.985 orang. Namun, dari jumlah itu sebanyak 14.441 nakes tunda divaksin. Artinya, 54.544 nakes yang divaksin,” ujar dr Aris Yudhariansyah.

Dikatakan Aris, nakes yang tunda divaksin bukan karena tidak mau tetapi tidak lolos screening. Misalnya, ketika dicek tekanan darahnya ternyata tidak memenuhi syarat. Selain itu, mungkin saja ada yang terkonfirmasi positif Covid-19.

“Dari 33 kabupaten/kota yang telah melaksanakan vaksinasi dosis 1, paling banyak nakes di Medan 17.900 orang, Deli Serdang 4.659 orang, Langkat 2.420 orang, Pematangsiantar 2.411 orang, dan Simalungun 2.257 orang,” ungkapnya.

Aris menuturkan, untuk jumlah nakes yang sudah disuntik vaksin dosis 2 kini jumlahnya 19.541 orang. Jumlah ini meliputi 16 daerah, yakni Medan 8.907 nakes, Deli Serdang 2.463 nakes, Simalungun 1.351 nakes, Karo 1.190 nakes, Pematangsiantar 1.159 nakes, Binjai 862 nakes, Serdang Bedagai 691 nakes, Batu Bara 655, Dairi 646 nakes, Labuhanbatu Utara 428 nakes, Tapanuli Tengah 422 nakes, Humbang Hasundutan 310 nakes, Tapanuli Utara 241 nakes, Tapanuli Selatan 184 nakes, Tanjung Balai 12 nakes, dan Toba 2 nakes.

Selain untuk nakes, Satgas Penanganan Covid-19 Sumut juga terus melaksanakan vaksinasi terhadap pejabat publik di lingkup Pemprov Sumut. Program serupa juga menyasar kepada istri atau suami para pejabat, sebab dinilai rentan terpapar virus Corona lantaran memiliki interaksi yang luas terhadap elemen masyarakat.

Lebih lanjut Aris menuturkan, terkait kasus baru Covid-19 di Sumut masih terus bertambah. Namun, kasus baru terkonfirmasi positif hanya bertambah 97 orang dengan akumulasi 23.658 orang. “Kasus baru positif didapatkan dari 2 kabupaten/kota, yaitu Medan 94 orang, dan Tapanuli Utara 3 orang,” tuturnya.

Terkait kasus baru sembuh, sambung Aris, bertambah 98 orang dari 5 daerah dengan akumulasi 20.455 orang. Pasien Covid-19 sembuh paling banyak berasal dari Medan 67 orang, Pakpak Bharat 15 orang, dan Deli Serdang.

Sedangkan angka kematian Covid-19, kembali bertambah 3 kasus baru di antaranya Pematangsiantar 1 orang, Deli Serdang 1 orang, dan Tapanuli Utara 1 orang. Dengan penambahan tersebut, akumulasinya menjadi 808 orang meninggal.

“Dengan data penambahan kasus baru harian tersebut, penderita aktif Covid-19 Sumut saat ini berjumlah 2.395 orang. Dari jumlah tersebut, 593 orang isolasi di rumah sakit dan 1.802 orang isolasi mandiri,” tandasnya. (dtc/cnbc/ris/prn)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Prokontra mewarnai temuan metode sel dendritik Vaksin Nusantara yang diinisiasi mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, yang diklaim memilili masa imun seumur hidup, serta aman untuk semua usia serta pasien komorbid. Menanggapi prokontra tersebut, Kementerian Kesehatan RI menyebut, tahapan Vaksin Nusantara untuk digunakan di Indonesia masih panjang.

“PADA PRINSIPNYA, kami Kementerian Kesehatan adalah pengguna daripada jenis-jenis vaksin yang sudah tentunya lolos uji klinis mulai dari tahap satu, dua, tiga,” beber juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, kemarin.

“Tapi artinya menurut kami sih masih perjalanan cukup panjang untuk kemudian bisa digunakan dalam program (vaksinasi),” lanjutnya. Masih banyak tahapan sampai akhirnya emergency use of authorization (EUA) bisa diberikan.

Meski demikian, Kemenkes mendukung penuh inovasi produk dalam negeri termasuk vaksin Corona lain seperti Vaksin Merah Putih.

Nadia mengklaim, Indonesia sebenarnya sudah memiliki nama di dunia pada persoalan suplai vaksin COVID-19. Ditambah lagi, kehadiran vaksin Nusantara dan vaksin Merah Putih, menurutnya memberikan potensi untuk catatan keberhasilan di dunia.

“Tentunya kalau nanti ada Vaksin Merah Putih, atau ada Vaksin Nusantara, itu merupakan potensi-potensi di mana indonesia itu bisa mencatat keberhasilan di dunia terkait mungkin suplai-suplai vaksin tadi,” pungkas Nadia.

Diberitakan sebelumnya, Vaksin Nusantara sudah menyelesaikan uji klinis tahap I dengan melibatkan 30 relawan. Sementara vaksin Merah Putih, mencakup 7 kandidat vaksin yang dikembangkan oleh berbagai institusi riset, saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk menghasilkan seed atau bibit vaksin.

Vaksin Merah Putih berada di bawah naungan konsorsium riset yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

Dari 7 institusi pengembang vaksin Merah-Putih, 5 di antaranya berada di bawah perguruan tinggi yakni: Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair).

Dua pengembang vaksin Merah-Putih lainnya adalah: Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dahlan Iskan Mendukung

Sementara itu, mantan Menteri BUMN era presiden SBY, Dahlan Iskan menyuarakan agar Vaksin Nusantara diberikan kesempatan yang sama seperti vaksin lainnya.

Adapun Dahlan bercerita soal ada sosok ilmuwan di bidang pengobatan di balik Vaksin Nusantara. Ilmuwan yang juga tak terlepas dari kontroversi itu ialah Prof dr Hans Keirstead PhD.

Dalam blog disway edisi 21 Februari 2021, Dahlan Iskan menuliskan bahwa Prof Hans merupakan ilmuwan yang menyuarakan perlunya metode stem cell diakui sebagai salah satu cara pengobatan masa depan.

Setelah menyelesaikan disertasi doktornya di bidang stem cell untuk sumsum tulang belakang, Prof Hans mendapatkan kesempatan untuk memperdalam ilmunya di Universitas Cambridge, Inggris. Saat itu ia merupakan ilmuwan termuda yang mendapat tugas yang seharusnya untuk guru besar senior.

Setelah pindah ke California, ia terpilih menjadi penasihat di kongres untuk proses legalisasi stem cell. Dahlan menuliskan bahwa di sana Prof Hans mendapat banyak tantangan dan penentangan. Para dokter masih menganggap stem cell belum bisa diterima sebagai sistem pengobatan.

“Pun sampai hari ini – Ketika orang seperti saya sudah lebih dari 10 kali menjalaninya” tulisnya.

Di tahun 2016, lulusan University of British Columbia, Kanada dari S-1 hingga S-3 itu mendirikan perusahaan AIVITA Biomedical Inc di California Amerika Serikat. Melalui perusahaannya itu, Prof Hans terus melakukan riset bidang pengobatan yang terkait dengan cell, setelah itu ditemukanlah pengobatan dendritic cell untuk kanker otak.

Namun ia membelokkan dulu penemuannya, untuk mengatasi pandemic covid-19. Melalui AIVITA Biomedical itulah yang kemudian dibawa oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk dijadikan Vaksin Nusantara.

Dahlan menuliskan bahwa Prof Hans menilai bahwa lewat Indonesia penemuannya akan bisa segera direalisasikan. Pasalnya, di Amerika untuk mewujudkan temuan di bidang medis membutuhkan biaya yang cukup besar, itu pun hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa.

Oleh karena itu, dalam blognya ia menuturkan ilmuwan seperti Prof Hans tidak punya pilihan yaitu menyerah ke modal besar atau terkubur sebelum lahir. Dahlan mengatakan, Prof Hans bisa diyakinkan dengan peraturan darurat covid-19 sangat menjanjikan.

Kemudian dari segi jumlah relawan tidak perlu membutuhkan puluhan ribu orang seperti uji coba yang dilakukan di Amerika, cukup diperlukan 2.680 orang, seperti yang dilakukan di Bandung terhadap Sinovac.

Hingga saat ini, Vaksin Nusantara sudah menjalani uji coba fase I di RSUP dr Kariadi Semarang, yang ditangani oleh para ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro, serta didampingi 8 orang ahli dari Amerika, sejak November 2020 lalu.

Sama halnya di Amerika, tanggapan untuk penemuan Prof Hans juga ramai di Indonesia, termasuk yang meragukan soal “bisa untuk seumur hidup”. Ia menegaskan tak bisa menghakimi mana yang benar atau salah.

“Bagi saya cukup: beri kesempatan yang sama. Bagaimana kita memperlakukan Sinovac, tentu juga harus diberikan kepada Vaksin Nusantara. Meskipun dokter-Jenderal Terawan sebentar lagi pindah ke Madrid -diangkat menjadi duta besar di Spanyol,” kata Dahlan.

Sebelumnya pada konferensi pers 19 Februari 2021, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengungkapkan, pihaknya baru saja menerima hasil uji klinis fase pertama Vaksin Nusantara. Hasil uji klinis sedang dievaluasi BPOM.

“Jadi, masih dievaluasi oleh timnya, Direktur Registrasi dari BPOM dengan tim ahli. Apakah bisa kita keluarkan protokol uji klinis fase keduanya,” ucapnya.

Vaksinasi di Sumut 79,6 Persen

Terkait penggunaan Vaksin Merah Putih atau Vaksin Nusantara, Satgas Penanganan Covid-19 Sumatera Utara masih akan menunggu petunjuk dari pemerintah pusat. Sampai sekarang, Satgas masih mengandalkan vaksin Covid-19 berjenis Sinovac guna menuntaskan program vaksinasi di Sumut.

“Kita belum mendapat informasi lengkap terkait itu. Masih menunggu kebijakan dari pusat,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah menjawab Sumut Pos, Minggu (21/2).

Adapun vaksinasi Covid-19 terhadap tenaga kesehatan (nakes) di Sumut masih terus berjalan. Saat ini, capaiannya sudah 56.544 nakes atau 79,6 persen dari 71.058 sasaran vaksinasi dosis 1.

“Jumlah nakes yang terdata pada vaksinasi dosis 1 sebetulnya 70.985 orang. Namun, dari jumlah itu sebanyak 14.441 nakes tunda divaksin. Artinya, 54.544 nakes yang divaksin,” ujar dr Aris Yudhariansyah.

Dikatakan Aris, nakes yang tunda divaksin bukan karena tidak mau tetapi tidak lolos screening. Misalnya, ketika dicek tekanan darahnya ternyata tidak memenuhi syarat. Selain itu, mungkin saja ada yang terkonfirmasi positif Covid-19.

“Dari 33 kabupaten/kota yang telah melaksanakan vaksinasi dosis 1, paling banyak nakes di Medan 17.900 orang, Deli Serdang 4.659 orang, Langkat 2.420 orang, Pematangsiantar 2.411 orang, dan Simalungun 2.257 orang,” ungkapnya.

Aris menuturkan, untuk jumlah nakes yang sudah disuntik vaksin dosis 2 kini jumlahnya 19.541 orang. Jumlah ini meliputi 16 daerah, yakni Medan 8.907 nakes, Deli Serdang 2.463 nakes, Simalungun 1.351 nakes, Karo 1.190 nakes, Pematangsiantar 1.159 nakes, Binjai 862 nakes, Serdang Bedagai 691 nakes, Batu Bara 655, Dairi 646 nakes, Labuhanbatu Utara 428 nakes, Tapanuli Tengah 422 nakes, Humbang Hasundutan 310 nakes, Tapanuli Utara 241 nakes, Tapanuli Selatan 184 nakes, Tanjung Balai 12 nakes, dan Toba 2 nakes.

Selain untuk nakes, Satgas Penanganan Covid-19 Sumut juga terus melaksanakan vaksinasi terhadap pejabat publik di lingkup Pemprov Sumut. Program serupa juga menyasar kepada istri atau suami para pejabat, sebab dinilai rentan terpapar virus Corona lantaran memiliki interaksi yang luas terhadap elemen masyarakat.

Lebih lanjut Aris menuturkan, terkait kasus baru Covid-19 di Sumut masih terus bertambah. Namun, kasus baru terkonfirmasi positif hanya bertambah 97 orang dengan akumulasi 23.658 orang. “Kasus baru positif didapatkan dari 2 kabupaten/kota, yaitu Medan 94 orang, dan Tapanuli Utara 3 orang,” tuturnya.

Terkait kasus baru sembuh, sambung Aris, bertambah 98 orang dari 5 daerah dengan akumulasi 20.455 orang. Pasien Covid-19 sembuh paling banyak berasal dari Medan 67 orang, Pakpak Bharat 15 orang, dan Deli Serdang.

Sedangkan angka kematian Covid-19, kembali bertambah 3 kasus baru di antaranya Pematangsiantar 1 orang, Deli Serdang 1 orang, dan Tapanuli Utara 1 orang. Dengan penambahan tersebut, akumulasinya menjadi 808 orang meninggal.

“Dengan data penambahan kasus baru harian tersebut, penderita aktif Covid-19 Sumut saat ini berjumlah 2.395 orang. Dari jumlah tersebut, 593 orang isolasi di rumah sakit dan 1.802 orang isolasi mandiri,” tandasnya. (dtc/cnbc/ris/prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/