JAKARTA- Selain gemar membaca novel, siapa sangka Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata juga menyukai menonton film.
Seperti hari ini (22/3) pria yang kerap mengenakan sepatu kets itu mengajak beberapa awak media untuk nonton bareng film berjudul Mursala.
Sebuah film yang menceritakan beberapa marga Batak yang tidak bisa menikah karena aturan yang tidak tertulis.
Tempat yang dipilih Dahlan pun tempat yang kerap ia datangi, yakni di teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Bioskop ini menurutnya mempunyai suasana yang menyenangkan. “Saya beberapa kali nonton teater di sini. Nonton di sini akustiknya sangat bagus. Ini akustik di Jakarta yang terbaik,” ujar Dahlann
Usai menonton film tersebut Dahlan mengaku menyenangi film tersebut karena kental dengan adat Bataknya. “Saya punya kesimpulan adat Batak itu luar biasa. Hebat, film ini bisa diabadikan sebagai kesenian,” tuturnya.
Bahkan, mantan bos dirut PLN ini tak segan mengajak masyarakat, terutama warga Batak untuk menonton film ini. “Minimal orang Batak nontonlah, saya saja yang bukan dari Batak menikmati menonton film ini,” pungkas pria yang pernah melakukan cuci otak ini.
Selain beberapa wartawan, Dahlan juga ditemani Bupati Tapanuli Tengah Bonaran Situmeang saat menonton film ini.
Kisah Mursala diawali dengan tekad seorang pemuda Batak bernama Anggiat Saragi yang merantau dari kampungnya Sorkam Tapanuli Tengah ke Jakarta. Dia sukses menjadi pengacara dan dibanggakan orangtua, namun itu belum sempurna karena ibunya Romauli dan ayahnya Hotman mengharapkan Anggiat menikah dengan paribannya (sodara sepupu). Hal itu tidak mudah, karena di Jakarta Anggiat telah memilih wanita Batak lain yang dicintainya yakni Clarisa Turnip seorang presenter televisi.
Persoalan muncul karena perbedaan marga keduanya, ternyata masuk ke dalam larangan adat yang tidak memungkinkan keduanya untuk menikah kecuali keluar dari adat marganya masing-masing. Meskipun Anggiat bertekad untuk mempertahankan hubungan mereka.
Di tengah kegalauan, Anggiat bertemu kembali dengan Bonatiur Sinaga pariban yang ternyata adalah teman masa kecilnya di Pulau Mursala dulu. Tiur gadis yang diceritakan sebagai pecinta alam biota laut ini juga beberapa kali gagal menjalin cinta. (chi/jpnn)
JAKARTA- Selain gemar membaca novel, siapa sangka Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata juga menyukai menonton film.
Seperti hari ini (22/3) pria yang kerap mengenakan sepatu kets itu mengajak beberapa awak media untuk nonton bareng film berjudul Mursala.
Sebuah film yang menceritakan beberapa marga Batak yang tidak bisa menikah karena aturan yang tidak tertulis.
Tempat yang dipilih Dahlan pun tempat yang kerap ia datangi, yakni di teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Bioskop ini menurutnya mempunyai suasana yang menyenangkan. “Saya beberapa kali nonton teater di sini. Nonton di sini akustiknya sangat bagus. Ini akustik di Jakarta yang terbaik,” ujar Dahlann
Usai menonton film tersebut Dahlan mengaku menyenangi film tersebut karena kental dengan adat Bataknya. “Saya punya kesimpulan adat Batak itu luar biasa. Hebat, film ini bisa diabadikan sebagai kesenian,” tuturnya.
Bahkan, mantan bos dirut PLN ini tak segan mengajak masyarakat, terutama warga Batak untuk menonton film ini. “Minimal orang Batak nontonlah, saya saja yang bukan dari Batak menikmati menonton film ini,” pungkas pria yang pernah melakukan cuci otak ini.
Selain beberapa wartawan, Dahlan juga ditemani Bupati Tapanuli Tengah Bonaran Situmeang saat menonton film ini.
Kisah Mursala diawali dengan tekad seorang pemuda Batak bernama Anggiat Saragi yang merantau dari kampungnya Sorkam Tapanuli Tengah ke Jakarta. Dia sukses menjadi pengacara dan dibanggakan orangtua, namun itu belum sempurna karena ibunya Romauli dan ayahnya Hotman mengharapkan Anggiat menikah dengan paribannya (sodara sepupu). Hal itu tidak mudah, karena di Jakarta Anggiat telah memilih wanita Batak lain yang dicintainya yakni Clarisa Turnip seorang presenter televisi.
Persoalan muncul karena perbedaan marga keduanya, ternyata masuk ke dalam larangan adat yang tidak memungkinkan keduanya untuk menikah kecuali keluar dari adat marganya masing-masing. Meskipun Anggiat bertekad untuk mempertahankan hubungan mereka.
Di tengah kegalauan, Anggiat bertemu kembali dengan Bonatiur Sinaga pariban yang ternyata adalah teman masa kecilnya di Pulau Mursala dulu. Tiur gadis yang diceritakan sebagai pecinta alam biota laut ini juga beberapa kali gagal menjalin cinta. (chi/jpnn)