30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Gempa Cianjur: 271 Jiwa Meninggal dan 40 Orang Masih Hilang, Ruang Operasi Masih Kurang

CIANJUR, SUMUTPOS.CO – Korban meninggal dunia terdampak gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kini terdata 271 jiwa meninggal dunia akibat gempa magnitudo 5,6 di Cianjur pada Senin (21/11).

“Korban jiwa tercatat 271 jenazah,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers daring, Rabu (23/11).

Suharyanto menjelaskan, pihaknya terus melakukan proses pencarian dan evakuasi terhadap korban terdampak gempa. Terkini, sebanyak 40 orang masig dinyatakan hilang. “Yang hilang, yang terdata sampai sore ini 40 orang, 39 di Cugenang, satu di Warung Konda,” ucap Suharyanto.

Sementara itu, korban luka-luka di Cianjur mencapai 2.043 orang. Tercatat juga, 61.908 orang masih mengungsi di tenda-tenda darurat.

Kemudian kerugian materiil, rumah rusak sebanyak 56.320, terdiri dari rumah rusak berat 22.441 unit, rumah rusak sedang 11.441 unit dan rusak ringan 22.090 unit. Suharyanto menyatakan, Kementerian PUPR juga sudah turun untuk melakukan pendataan terhadap rumah warga yang rusak.

Selain rumah ada juga infrastruktur yang mengalami kerusakan, di antaranya 31 sekolah, tempat ibadah 134 unit, fasilitas kesehatan tiga unit dan gedung perkantoran 13 unit.

“Ini akan terus di verifikasi, untuk rumah-rumah ini di data dari mulai RT/RW Kepala Desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas sampai dengan Kepala OPD untuk melakukan pendataan, karena kalau bisa cepat ini segera bisa kita perbaiki,” tegas Suharyanto.

Sementara, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan korban gempa Cianjur yang luka berat maupun korban luka ringan tertangani dengan baik. Ia meninjau lokasi untuk memastikan stok obat dan juga tenaga kesehatan. “Saya datang untuk memastikan kesiapan seluruh rumah sakit di Cianjur. Tujuannya agar orang yang dirawat jangan sampai ada yang meninggal itu saja,” ujar Menkes Budi di Cianjur, Rabu (23/11).

Budi meminta kepada tenaga kesehatan untuk fokus kepada orang yang sakit luka berat jangan sampai meninggal dan orang yang sakit luka ringan cepat sembuh. Tim Kementerian Kesehatan sudah mengidentifikasi jumlah pasien luka berat sebanyak 474 orang dan pasien luka ringan sekitar 1.800 orang. “Pasien luka berat yang berjumlah 474 itu, 140 orang di antaranya sudah dirujuk ke rumah sakit di wilayah sekitar seperti Bogor, Sukabumi, dan Bandung,” kata dia.

Sisanya, lanjutnya, pasien dengan luka ringan mau diidentifikasi di mana saja mereka berada, kondisinya seperti apa, bisa dirawat atau tidak, kecukupan fasilitasnya, sampai keberadaan dokter yang bertugas. Ia mengklaim dokter sekarang sudah berdatangan. “Yang dibutuhkan adalah dokter spesialis ortopedi dan bedah. Itu timnya sudah datang ada dari RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Cipto Mangunkusumo, ada juga dokter dari TNI,” tuturnya.

Budi menuturkan, saat ini yang kurang adalah ruang operasi. Ia telah memeriksa ketersediaan ruang operasi di setiap rumah sakit di Cianjur, di antaranya di RS Bhayangkara ada 1 kamar operasi, di RSUD Sayang ada 8 ruang operasi. “Ruang tersebut bisa dipakai semua hanya perlu sedikit perbaikan,” katanya.

Kemudian di RS Dr Hafiz terdapat 2 ruang operasi. Dan di RSUD Cimacan ada 4 ruang operasi yang bisa digunakan. “Jadi sebenarnya sudah cukup ada 15 ruang operasi kalau masing-masing ruang operasi menargetkan 10 kali tindakan. Artinya dalam sehari bisa ada 150 orang yang dioperasi. Dengan demikian 334 pasien bisa selesai dalam 3 hari sampai 4 hari,” tuturnya.

Terkait obat-obatan, pasokan masih mencukupi karena jalur logistiknya terbuka. Obat-obatan tidak ada masalah. “Saya tadi hanya melihat listrik mungkin perlu diperbaiki supaya alat-alat seperti CT Scan bisa digunakan. Itu penting sekali untuk bisa menangani masyarakat yang luka berat akibat gempa,” ungkapnya.

 

Terus Cari Korban Selamat

Sementara, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas mengerahkan ribuan personel untuk membantu para korban terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat. Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi pihaknya masih berusaha mencari dan menyelamatkan korban yang masih hidup. Meski kemarin (23/11) sudah memasuki hari ketiga pasca gempa, dia masih yakin ada korban selamat butuh pertolongan.

Benar saja, kemarin siang seorang anak bernama Azka berhasil diselamatkan oleh Tim SAR Gabungan. “Yang kami selamatkan (lebih dulu) adalah orang-orang yang masih bisa ditolong hidup. Itu jadi yang utama dan itu sangat logis,” ungkap Henri. Dia percaya seluruh anak buahnya yang bertugas di Cianjur akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya korban. Laporan hingga pukul 17.00 kemarin, Tim SAR Gabungan juga berhasil mengevakuasi beberapa korban meninggal yang tertimbun reruntuhan bangunan.

Para korban dievakuasi dari beberapa titik terdampak gempa. Diantaranya adalah Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Warungkondang. Henri mengakui bahwa gempa susulan masih terjadi. Namun demikian, intensitas serta kekuatan gempa sudah jauh berkurang bilang dibandingkan dengan hari pertama gempa melanda. Dia pun menegaskan bahwa dirinya sudah menyampaikan kepada seluruh personel Basarnas untuk membuat skala prioritas. “Kami memprioritaskan mana yang harus kami tolong lebih dulu,” ungkap perwira tinggi dengan tiga bintang di pundak itu.

Kepala Kantor SAR Bandung Jumaril menyampaikan bahwa kemarin pihaknya membuat 12 tim. Mereka di sebar ke 12 kecamatan terdampak gempa di Cianjur. Mereka bertugas untuk menyisir dan memeriksa semua titik terdampak guncangan lindu bertenaga 5,6 skala richter tersebut. “Apabila menemukan spot atau dugaan dibutuhkan bantuan pencarian dan pertolongan, SRU menginformasikan koordinat kepada Pos SAR Gabungan,” kata dia. Selanjutnya tim dari Pos SAR Gabungan bakal langsung bergerak ke titik tersebut.

Tidak sampai di situ, mereka juga terus berusaha mengakses titik-titik terdampak gempa yang masih belum terjangkau atau terisolir. Basarnas mengakui bahwa sudah ada informasi yang menyebutkan korban gempa tidur satu tenda dengan jenazah. Selain itu, informasi ada korban gempa yang kekurangan bantuan pun sudah sampai kepada Basarnas. Para korban berada di lokasi yang belum bisa dijangkau melalui jalur darat. Sehingga Basarnas mengerahkan satu unit helikopter untuk mengirimkan bantuan. “Droping logistik untuk pengungsi di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang menggunakan Helikopter BO-105 Basarnas,” beber Jumaril.

Secara keseluruhan kekuatan Basarnas yang digerakkan di Cianjur sebanyak 796 personel. Itu termasuk petugas dari Kantor SAR Bandung, Kantor SAR Cilacap, dan Kantor SAR Semarang. Selain itu Basarnas Special Group juga sudah diturunkan. Sementara peralatan yang digunakan terdiri atas tiga unit truk angkut personel, tiga unit truk rescue, empat unit rescue compartment, tiga unit rescue car double cabin, dua unit motor trail, lima unit palsar ekstrikasi, empat set palsar CSSR, dua set alat komunikasi, tiga set alat evakuasi, satu set GPR, tenda posko, peralatan medis, dan sejumlah peralatan lainnya. (jpc/syn/jpg)

CIANJUR, SUMUTPOS.CO – Korban meninggal dunia terdampak gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kini terdata 271 jiwa meninggal dunia akibat gempa magnitudo 5,6 di Cianjur pada Senin (21/11).

“Korban jiwa tercatat 271 jenazah,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers daring, Rabu (23/11).

Suharyanto menjelaskan, pihaknya terus melakukan proses pencarian dan evakuasi terhadap korban terdampak gempa. Terkini, sebanyak 40 orang masig dinyatakan hilang. “Yang hilang, yang terdata sampai sore ini 40 orang, 39 di Cugenang, satu di Warung Konda,” ucap Suharyanto.

Sementara itu, korban luka-luka di Cianjur mencapai 2.043 orang. Tercatat juga, 61.908 orang masih mengungsi di tenda-tenda darurat.

Kemudian kerugian materiil, rumah rusak sebanyak 56.320, terdiri dari rumah rusak berat 22.441 unit, rumah rusak sedang 11.441 unit dan rusak ringan 22.090 unit. Suharyanto menyatakan, Kementerian PUPR juga sudah turun untuk melakukan pendataan terhadap rumah warga yang rusak.

Selain rumah ada juga infrastruktur yang mengalami kerusakan, di antaranya 31 sekolah, tempat ibadah 134 unit, fasilitas kesehatan tiga unit dan gedung perkantoran 13 unit.

“Ini akan terus di verifikasi, untuk rumah-rumah ini di data dari mulai RT/RW Kepala Desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas sampai dengan Kepala OPD untuk melakukan pendataan, karena kalau bisa cepat ini segera bisa kita perbaiki,” tegas Suharyanto.

Sementara, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan korban gempa Cianjur yang luka berat maupun korban luka ringan tertangani dengan baik. Ia meninjau lokasi untuk memastikan stok obat dan juga tenaga kesehatan. “Saya datang untuk memastikan kesiapan seluruh rumah sakit di Cianjur. Tujuannya agar orang yang dirawat jangan sampai ada yang meninggal itu saja,” ujar Menkes Budi di Cianjur, Rabu (23/11).

Budi meminta kepada tenaga kesehatan untuk fokus kepada orang yang sakit luka berat jangan sampai meninggal dan orang yang sakit luka ringan cepat sembuh. Tim Kementerian Kesehatan sudah mengidentifikasi jumlah pasien luka berat sebanyak 474 orang dan pasien luka ringan sekitar 1.800 orang. “Pasien luka berat yang berjumlah 474 itu, 140 orang di antaranya sudah dirujuk ke rumah sakit di wilayah sekitar seperti Bogor, Sukabumi, dan Bandung,” kata dia.

Sisanya, lanjutnya, pasien dengan luka ringan mau diidentifikasi di mana saja mereka berada, kondisinya seperti apa, bisa dirawat atau tidak, kecukupan fasilitasnya, sampai keberadaan dokter yang bertugas. Ia mengklaim dokter sekarang sudah berdatangan. “Yang dibutuhkan adalah dokter spesialis ortopedi dan bedah. Itu timnya sudah datang ada dari RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Cipto Mangunkusumo, ada juga dokter dari TNI,” tuturnya.

Budi menuturkan, saat ini yang kurang adalah ruang operasi. Ia telah memeriksa ketersediaan ruang operasi di setiap rumah sakit di Cianjur, di antaranya di RS Bhayangkara ada 1 kamar operasi, di RSUD Sayang ada 8 ruang operasi. “Ruang tersebut bisa dipakai semua hanya perlu sedikit perbaikan,” katanya.

Kemudian di RS Dr Hafiz terdapat 2 ruang operasi. Dan di RSUD Cimacan ada 4 ruang operasi yang bisa digunakan. “Jadi sebenarnya sudah cukup ada 15 ruang operasi kalau masing-masing ruang operasi menargetkan 10 kali tindakan. Artinya dalam sehari bisa ada 150 orang yang dioperasi. Dengan demikian 334 pasien bisa selesai dalam 3 hari sampai 4 hari,” tuturnya.

Terkait obat-obatan, pasokan masih mencukupi karena jalur logistiknya terbuka. Obat-obatan tidak ada masalah. “Saya tadi hanya melihat listrik mungkin perlu diperbaiki supaya alat-alat seperti CT Scan bisa digunakan. Itu penting sekali untuk bisa menangani masyarakat yang luka berat akibat gempa,” ungkapnya.

 

Terus Cari Korban Selamat

Sementara, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas mengerahkan ribuan personel untuk membantu para korban terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat. Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi pihaknya masih berusaha mencari dan menyelamatkan korban yang masih hidup. Meski kemarin (23/11) sudah memasuki hari ketiga pasca gempa, dia masih yakin ada korban selamat butuh pertolongan.

Benar saja, kemarin siang seorang anak bernama Azka berhasil diselamatkan oleh Tim SAR Gabungan. “Yang kami selamatkan (lebih dulu) adalah orang-orang yang masih bisa ditolong hidup. Itu jadi yang utama dan itu sangat logis,” ungkap Henri. Dia percaya seluruh anak buahnya yang bertugas di Cianjur akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya korban. Laporan hingga pukul 17.00 kemarin, Tim SAR Gabungan juga berhasil mengevakuasi beberapa korban meninggal yang tertimbun reruntuhan bangunan.

Para korban dievakuasi dari beberapa titik terdampak gempa. Diantaranya adalah Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Warungkondang. Henri mengakui bahwa gempa susulan masih terjadi. Namun demikian, intensitas serta kekuatan gempa sudah jauh berkurang bilang dibandingkan dengan hari pertama gempa melanda. Dia pun menegaskan bahwa dirinya sudah menyampaikan kepada seluruh personel Basarnas untuk membuat skala prioritas. “Kami memprioritaskan mana yang harus kami tolong lebih dulu,” ungkap perwira tinggi dengan tiga bintang di pundak itu.

Kepala Kantor SAR Bandung Jumaril menyampaikan bahwa kemarin pihaknya membuat 12 tim. Mereka di sebar ke 12 kecamatan terdampak gempa di Cianjur. Mereka bertugas untuk menyisir dan memeriksa semua titik terdampak guncangan lindu bertenaga 5,6 skala richter tersebut. “Apabila menemukan spot atau dugaan dibutuhkan bantuan pencarian dan pertolongan, SRU menginformasikan koordinat kepada Pos SAR Gabungan,” kata dia. Selanjutnya tim dari Pos SAR Gabungan bakal langsung bergerak ke titik tersebut.

Tidak sampai di situ, mereka juga terus berusaha mengakses titik-titik terdampak gempa yang masih belum terjangkau atau terisolir. Basarnas mengakui bahwa sudah ada informasi yang menyebutkan korban gempa tidur satu tenda dengan jenazah. Selain itu, informasi ada korban gempa yang kekurangan bantuan pun sudah sampai kepada Basarnas. Para korban berada di lokasi yang belum bisa dijangkau melalui jalur darat. Sehingga Basarnas mengerahkan satu unit helikopter untuk mengirimkan bantuan. “Droping logistik untuk pengungsi di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang menggunakan Helikopter BO-105 Basarnas,” beber Jumaril.

Secara keseluruhan kekuatan Basarnas yang digerakkan di Cianjur sebanyak 796 personel. Itu termasuk petugas dari Kantor SAR Bandung, Kantor SAR Cilacap, dan Kantor SAR Semarang. Selain itu Basarnas Special Group juga sudah diturunkan. Sementara peralatan yang digunakan terdiri atas tiga unit truk angkut personel, tiga unit truk rescue, empat unit rescue compartment, tiga unit rescue car double cabin, dua unit motor trail, lima unit palsar ekstrikasi, empat set palsar CSSR, dua set alat komunikasi, tiga set alat evakuasi, satu set GPR, tenda posko, peralatan medis, dan sejumlah peralatan lainnya. (jpc/syn/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/