32 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Saudi Bantah Minta Maaf

Soal Kasus Pancung Ruyati

JAKARTA- Polemik penyelesaian kasus hukum pancung yang menimpa Ruyati, TKI asal Bekasi, makin berliku. Kali ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa dituding melakukan pembohongan publik. Itu terkait dengan pernyataannya yang menyebut pemerintah Arab Saudi telah menyampaikan permintaan maaf atas kelalaian mengeksekusi  Ruyati.

Dubes Saudi Abdulrahman Mohammed Amin Al-Khayyat membantah bahwa pihaknya telah menyampaikan permohonan maaf. Selain merasa tidak pernah mengucapkan hal itu kepada Kemenlu, dia juga merasa seluruh proses yang dilakukan pemerintah Arab sudah benar. Termasuk prosesi saat mengeksekusi Ruyati dengan hukum pancung.
Dalam surat protes yang itu, Dubes Arab Saudi mengatakan tidak pernah berbicara kepada Menlu bahwa dia menyampaikan permohonan maaf atas nama Kerajaan. Termasuk mengakui bahwa pihaknya lalai tidak memberitahukan prosesi ekseskusi hukuman mati terhadap Ruyati. Yang ada, Dubes akan menyampaikan nota protes Kemenlu kepada kerajaan.

Di surat itu Dubes Arab memang mengakui adanya pertemuan dengan pihak Kemenlu pada 22 Juni lalu. Namun, pertemuan itu bukan untuk membicarakan masalah eksekusi Ruyati. Terbatas pada pembicarakan hubungan bilateral kedua negara saja.

Surat resmi Dubes Arab tersebut tentu saja menampar wajah Kemenlu. Sebab, Rabu (22/6) lalu Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Arab Saudi sudah menyampaikan penyesalan dan mengakui adanya kelalaian. “Mereka menyampaikan penyesalannya. Intinya lalai karena tidak menyampaikan kepada kita,” kata Marty saat itu.
Agar lebih meyakinkan, saat itu dia mengaku telah bertemu Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Abdulrahman Mohammed Amin Al-Khayyat. Bahkan, saat itu Marty menegaskan jika memberitahu kepada negara asal terdakwa yang akan dihukum pancung merupakan prosedur tetap. “Tentu perwakilan negara yang dimaksud harus diberi informasi,” imbuhnya.

Sadar menjadi sasaran tembak, kemarin Marty enggan menanggapi bantahan Dubes Arab Saudi itu. Dengan singkat dia menyebut segala penjelasan terkait sikap pemerintah Arab sudah cukup. “Mengenai masalah itu semua sudah cukup faktual. Saya hanya menyampaikan bahwa semua penjelasan sudah cukup,” kata Marty di Kantor Presiden, kemarin (24/6).

Marty menyebutkan bahwa pemerintah Arab Saudi meminta maaf dan mengaku lalai pada Rabu (22/6). Hal itu juga diulanginya saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers khusus terkait kasus Ruyati dan masalah ketenagakerjaan (23/6).

“Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah yakin dengan pernyataan Marty. “Yang saya garis bawahi, penyampaian bapak menteri kemarin adalah sesuai fakta. Itu saja,” katanya.(fal/jpnn)

Soal Kasus Pancung Ruyati

JAKARTA- Polemik penyelesaian kasus hukum pancung yang menimpa Ruyati, TKI asal Bekasi, makin berliku. Kali ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa dituding melakukan pembohongan publik. Itu terkait dengan pernyataannya yang menyebut pemerintah Arab Saudi telah menyampaikan permintaan maaf atas kelalaian mengeksekusi  Ruyati.

Dubes Saudi Abdulrahman Mohammed Amin Al-Khayyat membantah bahwa pihaknya telah menyampaikan permohonan maaf. Selain merasa tidak pernah mengucapkan hal itu kepada Kemenlu, dia juga merasa seluruh proses yang dilakukan pemerintah Arab sudah benar. Termasuk prosesi saat mengeksekusi Ruyati dengan hukum pancung.
Dalam surat protes yang itu, Dubes Arab Saudi mengatakan tidak pernah berbicara kepada Menlu bahwa dia menyampaikan permohonan maaf atas nama Kerajaan. Termasuk mengakui bahwa pihaknya lalai tidak memberitahukan prosesi ekseskusi hukuman mati terhadap Ruyati. Yang ada, Dubes akan menyampaikan nota protes Kemenlu kepada kerajaan.

Di surat itu Dubes Arab memang mengakui adanya pertemuan dengan pihak Kemenlu pada 22 Juni lalu. Namun, pertemuan itu bukan untuk membicarakan masalah eksekusi Ruyati. Terbatas pada pembicarakan hubungan bilateral kedua negara saja.

Surat resmi Dubes Arab tersebut tentu saja menampar wajah Kemenlu. Sebab, Rabu (22/6) lalu Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Arab Saudi sudah menyampaikan penyesalan dan mengakui adanya kelalaian. “Mereka menyampaikan penyesalannya. Intinya lalai karena tidak menyampaikan kepada kita,” kata Marty saat itu.
Agar lebih meyakinkan, saat itu dia mengaku telah bertemu Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Abdulrahman Mohammed Amin Al-Khayyat. Bahkan, saat itu Marty menegaskan jika memberitahu kepada negara asal terdakwa yang akan dihukum pancung merupakan prosedur tetap. “Tentu perwakilan negara yang dimaksud harus diberi informasi,” imbuhnya.

Sadar menjadi sasaran tembak, kemarin Marty enggan menanggapi bantahan Dubes Arab Saudi itu. Dengan singkat dia menyebut segala penjelasan terkait sikap pemerintah Arab sudah cukup. “Mengenai masalah itu semua sudah cukup faktual. Saya hanya menyampaikan bahwa semua penjelasan sudah cukup,” kata Marty di Kantor Presiden, kemarin (24/6).

Marty menyebutkan bahwa pemerintah Arab Saudi meminta maaf dan mengaku lalai pada Rabu (22/6). Hal itu juga diulanginya saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers khusus terkait kasus Ruyati dan masalah ketenagakerjaan (23/6).

“Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah yakin dengan pernyataan Marty. “Yang saya garis bawahi, penyampaian bapak menteri kemarin adalah sesuai fakta. Itu saja,” katanya.(fal/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/