30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Syamsuri Berharap Pulang ke Tanah Air

 Syamsuri Berharap Pulang ke Tanah Air

Syamsuri Berharap Pulang ke Tanah Air

Musim haji memasuki masa kepulangan ke tanah air. Namun, banyak jamaah Indonesia yang tergolek lemah di rumah sakit.

RAUT muka Syamsuri penuh kepasrahan. Mulutnya komat-kamit mengucap zikir. Sambil berbaring, sesekali pria 73 tahun asal Pulau Bawean, Jatim, itu berusaha menggerakkan dua kakinya.

Syamsuri adalah salah satu pasien yang kemarin (24/10) baru masuk ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkahn
Usia lanjut tidak menghalangi Syamsuri untuk berangkat haji sendiri. Tanpa istri, anak, atau anggota keluarga lain. “Ingin pulang,” katanya lirih.

Cairan infus mengalir melalui tangan kiri. Di tangan kanannya ada dua gelang tanda identitas jamaah. Satu gelang karet, satu lagi dari besi.

Semestinya Syamsuri bersama anggota kloter 14 embarkasi Surabaya (SUB) pulang ke tanah air pada Minggu (27/10). Tapi, dengan kondisi yang masih tergolek, dia sangat mungkin tidak bisa pulang bareng rombongan.

Saat berangkat ke Arab Saudi, keadaan Syamsuri sehat. Dia juga berhasil menyelesaikan seluruh prosesi haji. Namun, ketika menanti waktu pulang ke tanah air, dia mendadak sakit dan hanya bisa tergolek di pembaringan.

Syamsuri tidak sendiri. Banyak jamaah haji yang terbaring dalam perawatan medis. Di BPHI Makkah saja ada 45 pasien. Belum lagi di perawatan sektor-sektor maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Ada yang sudah dipulangkan lebih awal, ada juga yang terpaksa diundur.

Menurut Edi Supriatna, dokter BPHI Makkah, banyak kepulangan jamaah yang terpaksa tanazul (dimutasi) lantaran deraan sakit. Baik tanazul awal maupun mundur. Sejauh ini sudah terdata sekitar 80 orang yang diusulkan untuk pulang lebih cepat. Di antara jumlah itu, 14 orang telah disetujui.

“Banyak pertimbangan saat jamaah sakit harus dipulangan lebih cepat. Antara lain, mendapat perawatan lebih lanjut di tanah air,” ujarnya.

Setiap musim haji, jumlah jamaah yang tergolek sakit dan mesti dirawat sangatlah berjibun. Baik rawat inap maupun rawat jalan. Hingga kemarin, ada 253 orang yang dirawat inap di BPHI Makkah. Adapun yang wafat mencapai tujuh orang. Kalau ditambah BPHI Madinah dan Jeddah, sejak awal musim haji, jumlahnya 1.410 orang. Belum lagi di sektor-sektor atau pemondokan. Yang rawat jalan lebih banyak, yakni 4.600 jamaah.

Sebagian besar di antara mereka adalah jamaah berusia lanjut atau lebih dari 60 tahun. Jumlah jamaah berusia lanjut setiap tahun selalu mayoritas. Tahun ini hampir 40 persen dari total 160 ribu jamaah. Merekalah yang disebut-sebut kelompok risiko tinggi (risti). Mereka yang wafat di Arab Saudi yang sampai kemarin menyentuh angka 156 orang rata-rata juga berusia lanjut.

Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Fidiansjah mengungkapkan, dalam proses ibadah haji, para jamaah menghadapi berbagai perubahan situasi yang tidak pernah dirasakan di tanah air. Contohnya, mereka sekamar dengan orang yang mempunyai kebiasaan berbeda. Bagi yang tidak mempunyai adaptasi yang baik, daya tahan mereka jadi terganggu. Dampaknya, mereka bisa stres, cemas, depresi, bahkan yang paling parah daya berpikirnya sudah tidak riil atau rasional.

Sementara itu, seorang jamaah haji asal Surabaya yang kemarin tiba di tanah air diduga terpapar virus corona. Dugaan itu muncul setelah jamaah tersebut demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius.

Kementerian Kesehatan belum memastikan apakah jamaah tersebut merupakan suspect corona. “Yang pasti, pasien tersebut demam, kemudian pneumonia, gangguan pada saluran pernapasan,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron saat dihubungi tadi malam.

Dia menegaskan, kondisi tersebut belum pasti merupakan akibat paparan virus corona. Saat ini jamaah tersebut diperiksa lebih lanjut. Dokter kloter juga akan dimintai keterangan mengenai catatan medis pasien.

“Seluruh jamaah yang tiba tidak akan kami karantina. Bakal dilakukan pemeriksaan thermal scanner untuk mengetahui suhu tubuh mereka,” ungkapnya. (*/mia/c5/ca/jpnn)

 Syamsuri Berharap Pulang ke Tanah Air

Syamsuri Berharap Pulang ke Tanah Air

Musim haji memasuki masa kepulangan ke tanah air. Namun, banyak jamaah Indonesia yang tergolek lemah di rumah sakit.

RAUT muka Syamsuri penuh kepasrahan. Mulutnya komat-kamit mengucap zikir. Sambil berbaring, sesekali pria 73 tahun asal Pulau Bawean, Jatim, itu berusaha menggerakkan dua kakinya.

Syamsuri adalah salah satu pasien yang kemarin (24/10) baru masuk ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkahn
Usia lanjut tidak menghalangi Syamsuri untuk berangkat haji sendiri. Tanpa istri, anak, atau anggota keluarga lain. “Ingin pulang,” katanya lirih.

Cairan infus mengalir melalui tangan kiri. Di tangan kanannya ada dua gelang tanda identitas jamaah. Satu gelang karet, satu lagi dari besi.

Semestinya Syamsuri bersama anggota kloter 14 embarkasi Surabaya (SUB) pulang ke tanah air pada Minggu (27/10). Tapi, dengan kondisi yang masih tergolek, dia sangat mungkin tidak bisa pulang bareng rombongan.

Saat berangkat ke Arab Saudi, keadaan Syamsuri sehat. Dia juga berhasil menyelesaikan seluruh prosesi haji. Namun, ketika menanti waktu pulang ke tanah air, dia mendadak sakit dan hanya bisa tergolek di pembaringan.

Syamsuri tidak sendiri. Banyak jamaah haji yang terbaring dalam perawatan medis. Di BPHI Makkah saja ada 45 pasien. Belum lagi di perawatan sektor-sektor maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Ada yang sudah dipulangkan lebih awal, ada juga yang terpaksa diundur.

Menurut Edi Supriatna, dokter BPHI Makkah, banyak kepulangan jamaah yang terpaksa tanazul (dimutasi) lantaran deraan sakit. Baik tanazul awal maupun mundur. Sejauh ini sudah terdata sekitar 80 orang yang diusulkan untuk pulang lebih cepat. Di antara jumlah itu, 14 orang telah disetujui.

“Banyak pertimbangan saat jamaah sakit harus dipulangan lebih cepat. Antara lain, mendapat perawatan lebih lanjut di tanah air,” ujarnya.

Setiap musim haji, jumlah jamaah yang tergolek sakit dan mesti dirawat sangatlah berjibun. Baik rawat inap maupun rawat jalan. Hingga kemarin, ada 253 orang yang dirawat inap di BPHI Makkah. Adapun yang wafat mencapai tujuh orang. Kalau ditambah BPHI Madinah dan Jeddah, sejak awal musim haji, jumlahnya 1.410 orang. Belum lagi di sektor-sektor atau pemondokan. Yang rawat jalan lebih banyak, yakni 4.600 jamaah.

Sebagian besar di antara mereka adalah jamaah berusia lanjut atau lebih dari 60 tahun. Jumlah jamaah berusia lanjut setiap tahun selalu mayoritas. Tahun ini hampir 40 persen dari total 160 ribu jamaah. Merekalah yang disebut-sebut kelompok risiko tinggi (risti). Mereka yang wafat di Arab Saudi yang sampai kemarin menyentuh angka 156 orang rata-rata juga berusia lanjut.

Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Fidiansjah mengungkapkan, dalam proses ibadah haji, para jamaah menghadapi berbagai perubahan situasi yang tidak pernah dirasakan di tanah air. Contohnya, mereka sekamar dengan orang yang mempunyai kebiasaan berbeda. Bagi yang tidak mempunyai adaptasi yang baik, daya tahan mereka jadi terganggu. Dampaknya, mereka bisa stres, cemas, depresi, bahkan yang paling parah daya berpikirnya sudah tidak riil atau rasional.

Sementara itu, seorang jamaah haji asal Surabaya yang kemarin tiba di tanah air diduga terpapar virus corona. Dugaan itu muncul setelah jamaah tersebut demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius.

Kementerian Kesehatan belum memastikan apakah jamaah tersebut merupakan suspect corona. “Yang pasti, pasien tersebut demam, kemudian pneumonia, gangguan pada saluran pernapasan,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron saat dihubungi tadi malam.

Dia menegaskan, kondisi tersebut belum pasti merupakan akibat paparan virus corona. Saat ini jamaah tersebut diperiksa lebih lanjut. Dokter kloter juga akan dimintai keterangan mengenai catatan medis pasien.

“Seluruh jamaah yang tiba tidak akan kami karantina. Bakal dilakukan pemeriksaan thermal scanner untuk mengetahui suhu tubuh mereka,” ungkapnya. (*/mia/c5/ca/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/