32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Densus Buru Suplier Bahan Bom

JAKARTA-Jaringan dan pola gerak kelompok Pepi Fernando terus diurai Densus 88 Mabes Polri. Korps burung hantu itu sedang memburu penyedia bahan peledak yang dipakai Pepi. Polisi menduga ada jaringan pasar gelap menjadi penyalur rutin kelompok ini.

“Sekarang diselidiki kaitannya dengan asal usul bahan peledak yang digunakan,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (25/4). Pepi merangkai bom serpong dengan campuran karbit, potasium chlorat dan black powder.

Menurut Boy, penyelidikan difokuskan di sekitar Jakarta. “Kami menduga ada semacam pasar gelap,” ujar mantan Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 Mabes Polri ini.

Semua bahan bom siap pakai yang disita dari rumah mertua Pepi di Perumahan Harapan Indah Bekasi sudah dijinakkan oleh tim Gegana. “Sekarang masih dianalisis oleh Pusalbfor,” tambahnya.

Polisi kemarin juga memeriksa istri Pepi, Deni yang juga staf Badan Narkotika Nasional. “Statusnya masih menjadi saksi,” kata Boy. Meski begitu, jika ada bukti keterlibatan , Deni bisa dijerat dengan pasal 12, 13, 14 UU Terorisme. “Itu untuk orang yang mengetahui tapi tidak melaporkan. Kita tunggu saja hasil pemeriksaan,” tambahnya.
Sebanyak 12 dari 20 tersangka, kemarin dipindahkan ke rutan Polda Metro Jaya dengan pengawalan ketat. Duabelas tersangka yang kini ditahan di Tahanan Narkoba Polda Metro Jaya tersebut yaitu IK alias F, W alias T, HS alias H, FD alias P, FH alias A, AG alias S, MMS alias S, RR alias I, D, MS, MG dan JK alias J. Pimpinannya, Pepi Fernando, “tidak ikut dipindah. “Dia masih diperiksa di suatu tempat,” kata Boy.

Pepi diketahui punya beberapa bisnis di Aceh, antara lain berjualan batu mulia. “Dia jual beli giok,” kata perwira menengah ini. Boy tidak tahu pasti apakah bisnis giok itu juga terkait pendanaan aksi terror kelompok ini. “Masih didalami,” katanya.

Terpisah, seorang sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) menyebut jaringan penyuplai bahan peledak sebenarnya sudah mati suri. Apalagi, setelah kelompok Sunata terbongkar dan Dulmatin tewas. “Kita masih kejar seseorang. Ini ada kaitannya dengan pihak lain,” katanya.

Perwira muda ini enggan menjelaskan siapa yang dimaksud pihak lain. “Nanti akan jelas kalau tertangkap,” katanya.
Dalam rekam jejak teror di Indonesia dalam kurun waktu 2009-2011, ada dua orang mantan aparat yang terlibat. Yang pertama Sofyan At Sauri, pecatan polisi Depok yang jadi supplier senjata rakitan untuk latihan di Aceh.
Yang kedua, Yuli Harsono, pecatan TNI AD yang bergabung dengan kelompok Abdullah Sonata. Yuli meninggal saat baku tembak dengan Densus 88 di Klaten Juni 2010 lalu.

Seorang mantan kombatan Poso yang ditemui Jawa Pos kemarin menyebut jaringan penyuplai bahan peledak sudah dihabisi polisi. “Ini juga jadi rasan-rasan (gunjingan). Apa benar si Pepi ini punya bahan sampai ratusan kilo,” katanya.

Pria yang kini mengajar bahasa Arab di kawasan Jakarta Utara itu menyebut, akses jaringan lama untuk bahan bom bisa dikatakan tidak ada lagi. “Semua sudah dimonitor. Sudah tidak ada yang main,” jelasnya.

Ustad ini justru curiga Pepi digerakkan aktor asing. “Nama Pepi ini asing sekali. Saya sms beberapa teman juga tidak ada yang tahu,” katanya. Jika polisi menyebut Pepi masuk jaringan NII Banten atau regu kang Jaja, menurut dia pasti gampang dilacak. “Mungkin saja ikut pengajian satu dua kali. Tapi kalau aktif kok rasanya janggal,” tambahnya.
Di Mabes Polri, pengacara Fery Juan akhirnya mendapat kepastian soal penahanan IF, juru kamera Global TV yang diduga terkait bom di jalur pipa gas negara Serpong. Fery ditunjuk mendampingi IF oleh pihak keluarga.
“Benar ditangkap dan ditahan di Densus 88 Mabes Polri. Tapi kami tidak dikasih tahu posisi sekarang,” kata Fery Juan usai mendatangi Gedung Trans National Crime Center (TNCC) Mabes Polri kemarin.(rdl/jpnn)

JAKARTA-Jaringan dan pola gerak kelompok Pepi Fernando terus diurai Densus 88 Mabes Polri. Korps burung hantu itu sedang memburu penyedia bahan peledak yang dipakai Pepi. Polisi menduga ada jaringan pasar gelap menjadi penyalur rutin kelompok ini.

“Sekarang diselidiki kaitannya dengan asal usul bahan peledak yang digunakan,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (25/4). Pepi merangkai bom serpong dengan campuran karbit, potasium chlorat dan black powder.

Menurut Boy, penyelidikan difokuskan di sekitar Jakarta. “Kami menduga ada semacam pasar gelap,” ujar mantan Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 Mabes Polri ini.

Semua bahan bom siap pakai yang disita dari rumah mertua Pepi di Perumahan Harapan Indah Bekasi sudah dijinakkan oleh tim Gegana. “Sekarang masih dianalisis oleh Pusalbfor,” tambahnya.

Polisi kemarin juga memeriksa istri Pepi, Deni yang juga staf Badan Narkotika Nasional. “Statusnya masih menjadi saksi,” kata Boy. Meski begitu, jika ada bukti keterlibatan , Deni bisa dijerat dengan pasal 12, 13, 14 UU Terorisme. “Itu untuk orang yang mengetahui tapi tidak melaporkan. Kita tunggu saja hasil pemeriksaan,” tambahnya.
Sebanyak 12 dari 20 tersangka, kemarin dipindahkan ke rutan Polda Metro Jaya dengan pengawalan ketat. Duabelas tersangka yang kini ditahan di Tahanan Narkoba Polda Metro Jaya tersebut yaitu IK alias F, W alias T, HS alias H, FD alias P, FH alias A, AG alias S, MMS alias S, RR alias I, D, MS, MG dan JK alias J. Pimpinannya, Pepi Fernando, “tidak ikut dipindah. “Dia masih diperiksa di suatu tempat,” kata Boy.

Pepi diketahui punya beberapa bisnis di Aceh, antara lain berjualan batu mulia. “Dia jual beli giok,” kata perwira menengah ini. Boy tidak tahu pasti apakah bisnis giok itu juga terkait pendanaan aksi terror kelompok ini. “Masih didalami,” katanya.

Terpisah, seorang sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) menyebut jaringan penyuplai bahan peledak sebenarnya sudah mati suri. Apalagi, setelah kelompok Sunata terbongkar dan Dulmatin tewas. “Kita masih kejar seseorang. Ini ada kaitannya dengan pihak lain,” katanya.

Perwira muda ini enggan menjelaskan siapa yang dimaksud pihak lain. “Nanti akan jelas kalau tertangkap,” katanya.
Dalam rekam jejak teror di Indonesia dalam kurun waktu 2009-2011, ada dua orang mantan aparat yang terlibat. Yang pertama Sofyan At Sauri, pecatan polisi Depok yang jadi supplier senjata rakitan untuk latihan di Aceh.
Yang kedua, Yuli Harsono, pecatan TNI AD yang bergabung dengan kelompok Abdullah Sonata. Yuli meninggal saat baku tembak dengan Densus 88 di Klaten Juni 2010 lalu.

Seorang mantan kombatan Poso yang ditemui Jawa Pos kemarin menyebut jaringan penyuplai bahan peledak sudah dihabisi polisi. “Ini juga jadi rasan-rasan (gunjingan). Apa benar si Pepi ini punya bahan sampai ratusan kilo,” katanya.

Pria yang kini mengajar bahasa Arab di kawasan Jakarta Utara itu menyebut, akses jaringan lama untuk bahan bom bisa dikatakan tidak ada lagi. “Semua sudah dimonitor. Sudah tidak ada yang main,” jelasnya.

Ustad ini justru curiga Pepi digerakkan aktor asing. “Nama Pepi ini asing sekali. Saya sms beberapa teman juga tidak ada yang tahu,” katanya. Jika polisi menyebut Pepi masuk jaringan NII Banten atau regu kang Jaja, menurut dia pasti gampang dilacak. “Mungkin saja ikut pengajian satu dua kali. Tapi kalau aktif kok rasanya janggal,” tambahnya.
Di Mabes Polri, pengacara Fery Juan akhirnya mendapat kepastian soal penahanan IF, juru kamera Global TV yang diduga terkait bom di jalur pipa gas negara Serpong. Fery ditunjuk mendampingi IF oleh pihak keluarga.
“Benar ditangkap dan ditahan di Densus 88 Mabes Polri. Tapi kami tidak dikasih tahu posisi sekarang,” kata Fery Juan usai mendatangi Gedung Trans National Crime Center (TNCC) Mabes Polri kemarin.(rdl/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/