30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Praja IPDN Asal Medan Tewas

Tiga Bulan Jelang Wisuda

MEDAN-Agustus, tiga bulan ke depan, sejatinya menjadi hari bahagia bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Yudhi Wardhana Siregar (22). Bagaimana tidak, Agustus mendatang dia dijadwalkan akan wisuda. Sayang, Jumat dini hari (25/5) dia tewas.

Kematian Wasana Praja (Praja tingkat akhir di IPDN) ini cukup mengejutkan. Pasalnya, meski pihak RS Al Islam Jalan Soekarno Hatta, Bandung Yudhi meninggal karena ada gangguan di selaput otaknya, pihak keluarga mengakun
Yudhi tidak memiliki sejarah penyakit berat. “Sepengetahuan keluarga, almarhum tidak pernah menderita sakit keras, karena itu keluarga terkejut mendapat kabar almarhum meninggal karena sakit,” sebut Paman Yudhi, Ardon Suhartono, kemarin di rumah duka di kawasan Jl Pimpinan, Gang Tegas, No 10A, Kelurahan Sei Kera Hilir, Medan.

Menurut Ardon, almarhum Yudhi rencananya akan diwisuda pada Agustus mendatang. Dia terdaftar sebagai Praja IPDN tahun 2008 lalu. Praja Yudhi Wardhana Siregar kelahiran 22 April 1990, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. “Dia itu sudah semester akhir, dan anaknya pintar. Rencananya dia wisuda Agustus nanti, tapi kok bisa gini dia meninggal,” ucap Iyet, tante Yudhi, dengan nada curiga atas kematian keponakannya yang terlalu cepat.

Tekad wisuda pada Agustus mendatang sempat dituliskan Yudhi dalam status Facebooknya dengan akun Yudhi Wardhana Siregar. Status yang dikirimkannya melalui layanan BlackBerry per 12 Februari berbunyi: toga buat orangtua 2012.
Tapi ajal memang berkata lain. Lelaki berparas cukup tampan ini menghembuskan napas terakhir pada pukul 1.40 WIB kemarin. Kepergian Yudhi yang begitu cepat tak pelak menuai banyak kecurigaan. Apalagi, tempat dia sekolah memiliki jejak rekam yang tak bagus.

Kematian Yudhi juga menjadi tanda tanya besar bagi rekan-rekannya di Medan. Pasalnya selama ini mereka tak pernah mendengar Yudhi sakit. “Aku tahu, tidak dia mempunyai (penyakit) seperti ini, yang dikatakan keluarganya sakit kepala yang membuat dia meninggal,” kata Agus Riadi sahabat Yudhi.

Agus mengatakan bahwa dirinya sudah berteman sewaktu kecil hingga dewasa, terakhir jumpa saat malam tahun baru. “Tidak pernah dia menceritakan tentang kampusnya, aku sangat terkejut saat kabar dia meninggal dengan secepat itu, akau tidak menyangka Yudhi yang sehat dan masih muda sangat cepat dipanggil Tuhan,” jelasnya.

Bahkan, dari Jakarta, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Nurul Arifin pun meminta pihak yang berwenang untuk menyelidiki kasus meninggalnya Yudhi. “Ada baiknya kematian yang mendadak itu, diselidiki dengan teliti,” kata Nurul.
Menurut Nurul belum tentu berkaitan dengan faktor kekerasan. Namun merujuk jejak rekam kasus kekerasan di IPDN, maka kematian tersebut menurutnya layak diselidiki. “Saya sebagai masyarakat sipil juga sebagai anggota DPR Komisi II menghendaki segala bentuk kekerasan dan militeristik di IPDN dihentikan, terbukti kekerasan juga tidak diperlukan dalam karirnya ke depan,” kata Nurul.

Sayang, hingga tadi malam pihak IPDN tidak bisa dihubungi. Rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi tidak bisa dihubungi. Sejak pagi hingga sore, nomor telepon selulernya tidak aktif. Wakil Rektor Sadu Wasistiono mengaku tidak mengetahui secara jelas kasus tersebut. “Dua hari ini saya di Jakarta sedang menyusun standar kompetensi camat. Jadi belum mengetahui secara jelas kasus yang Anda tanyakan,” tulisnya dalam pesan pendek.
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan IPDN Bernard Rondonuwu menolak memberikan keterangan. “Pernyataan resmi dari IPDN terkait kematian praja tersebut merupakan otoritas Rektor. Begitu prosedurnya. Maaf, saya tidak bisa memberikan keterangan,” ucapnya.

Terlepas dari itu, tadi malam kedatangan jenazah Yudhi disambut air mata keluarga. Yudhi tiba di rumah duka sekitar pukul 20.15 WIB. Peti berwarna krem yang berisi jasad Yudhi lalu dikeluarkan dari mobil ambulans, langsung disambut dengan tangisan sanak keluarga, family dan tetangga, tak habis-habis keluarga meneriakkan nama almarhum sambil meneteskan air mata.

Kedatangan jasad diiringi dengan tangisan sang ibu, Arbet. “Anakku…anakku…anakku,” jeritan sang ibu sambil dituntun oleh sejumlah kerabat keluarga masuk ke rumah duka.
Selanjutnya, jasad Wasana Praja ini dikebumikan di Tempat Pemakaman Muslim di Jalan Sado Medan, tadi malam.

Sebelumnya, pihak rumah sakit menjelaskan Yudi masuk ke rumah sakit sejak Rabu (23/5) sekitar pukul 21.40 WIB dalam kondisi kritis. Dan, langsung ditangani High Care Unit (HCU). “Dia mengalami demam selama tiga hari, disertai penurunan kesadaran. Dan, meninggal pada Jumat tadi (kemarin) sekitar pukul 1.40 WIB di HCU,” jelas dr Wendi Adam, selaku Divisi Pemasaran RS Al Islam, kemarin di Bandung.
Masih dikatakan Wendi, dengan sakit infeksi berat di daerah selaput otak. Kemungkinan infeksi di daerah selaput otak tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Lebih jauh dirinya menjelaskan, dari keterangan keluarga, Yudi sudah menderita sakit kepala sejak dua pekan lalu. “Sebelumnya sempat berobat ke beberapa tempat termasuk ditangani di klinik IPDN,” ucapnya.

Ketika ditanya apakah ada luka memar atau tanda kekerasan pada tubuh Yudi, dia menjawab, “Tidak (ada, Red). Yang jelas dia masuk ke sini dalam kondisi berat,” tegasnya.
Bantahan juga di sampaikan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai pengelola kampus IPDN. “Sesuai keterangan dokter yang menangani, yang bersangkutan meninggal karena mengalami gangguan virus pada otaknya. Tidak ada unsur kekerasan,” tegas Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek saat dihubungi koran ini tadi malam.
Ditanya berkali-kali soal dugaan ada penganiayaan, berkali-kali pula birokrat yang akrab dipanggil Donny itu membantahnya. Disebutkan, setiap acara wisuda di Kampus Jatinangor, Mendagri Gamawan Fauzi selalu menekankan agar model-model kekerasan di kampus calon pamong praja itu ditinggalkan.
“Mendagri menegaskan, jika masih ada kekerasan, tiada ampun, pasti dipecat. Sekali lagi, meninggalnya Yudhi Siregar murni karena sakit, bukan karena ada penganiayaan,” tegasnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Donny atas nama pribadi, kemendagri dan IPDN, menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Yudhi Siregar. (bbs/gus/ram/jon/sam)

Muncul Firasat dari BlackBerry

Penuturan Ardon Suaharsono, paman Yudhi, keluarga mengetahui Yudhi meninggal sekira pukul 03.00 dari pihak IPDN yang melalui sambungan telpon.

“Kami tahu kabarnya, dini hari tadi (kemarin), dari telepon pihak IPDN. Yudhi sebelum meninggal dua hari yang lalu sempat buat status di BBM (BlackBerry Massengger) mengeluhkan penyakitnya dan memasang foto profil BBM bersama pacarnya,” ucapnya.

Mendapatkan kabar kematian itu, orangtua Yudhi, Arbet dan Usman Siregar, beserta abangnya Aci dan kakaknya Ina langsung berangkat ke Bandung dengan menumpang pesawat. “Pukul  04.00 WIB, mereka berangkat,” ucapnya.
Ia mengatakan, keponakkannya tersebut masuk IPDN pada 2008, namun almarhum masuk tidak melalui kontingen Medan. “Dia masuk dari Jakarta, bukan dari Medan, di Jakarta sana tempat keluarga juga,” ucapnya.

Bagi warga sekitar rumah duka di Medan, almarhum terkenal sangat baik dan ramah terhadap masyarakat sekitar. Keluarga dan sahabat Yudhi tidak menyangka praja IPDN tersebut meninggal begitu Cepat. “Tidak sangka aku Bang, cepat kali dia meninggal,” ucap Topan, warga Jalan Pimpinan yang merupakan rekan almarhum.

Ia menceritakan, dirinya terakhir kali jumpa Yudhi, pada malam Tahun Baru 2012 lalu. Saat itu, dia dan teman-teman lainnya berkumpul dan bakar-bakar ikan. “Terakhir kali dia pulang pada malam tahun baru lalu, kami bakar-bakar ikan dan saat itu dia sangat ceria,” ucapnya.

Saat malam Tahun Baru itu, dirinya sudah mempunyai firasat. Saat itu Yudhi meminta dia untuk mencarikan ponsel BlackBerry Bold dan memberi panjar uang kepadanya. Namun, ketika ponsel pesanannya sudah di dapat, tiba-tiba Yudhi tidak mau dengan ponsel tersebut. “Yudhi ngasih Rp200 ribu sama aku sebagai panjar, sudah ada ponselnya itu, eh dia tidak mau, lalu kubilang sama dia, uang DP nya sudah terpakai, dan hanya kupulangkan Rp100 ribu dan dia mau. Namun kuminta dia mengirim nomor rekeningnya untuk mengganti mengirim uang kekurangan DP  HP itu,” sebutnya.

Tapi, sambung Topan, uang Rp100 ribu untuk DP ponsel tersebut tidak kunjung dibayarnya. “Saat ini belum kubayar bang, beberapa bulan yang lalu lah, aku telpon dia, dan aku mengatakan aku bayar saat dia pulang, namun Yudhi tiba-tiba mengatakan kalau dia tak akan pulang lagi ke Medan. Eh rupanya kayak gini ceritanya,” ucap Topan mengingat perbincangan terakhirnya dengan Yudhi pada Maret lalu.

Sementara itu Evi (33)  warga Jalan Pimpinan lainnya, mengatakan, Yudhi merupakan anak yang sangat baik dan sopan terhadap orang yang lebih tua. “Setiap lewat dia, pasti selalu menyapa dan tersenyum dengan orang yang lebih tua darinya,” ucapnya mengenang Yudhi. (gus/ram/jon)

18 Praja IPDN 1993-2008 Tewas Misterius

  1. Aliyan Jerani (1993)
    Praja Madya asal Kalimantan Barat ini tewas pada 8 Mei 1993 karena dipukul pengasuhnya setelah terjatuh di Barak Bengkulu.
  2. Gatot (1994)
    Praja Madya Gatot, kontingen Jawa Timur, meninggal saat mengikuti latihan dasar kemiliteran. Di dadanya ditemukan bekas kebiru-biruan, dan tulang dada retak.
  3. Alfian (1995)
    Pada 1995, Praja Madya yang mewakili kontingen Lampung ini meninggal karena kepalanya pecah.
  4. Fahruddin (1997)
    Praja Madya Fahruddin, kontingen Jawa Tengah, meninggal pada 1997 tanpa sebab yang jelas. Pihak STPDN (saat ini berganti nama menjadi IPDN) mencegah jenazahnya divisum.
  5. Edy (1999)
    Dua tahun berikutnya, giliran Praja Madya Edy, meninggal dengan alasan belajar sepeda motor saat praktik kerja lapangan (PKL). Pihak STPDN menolak jenazahnya divisum.
  6. Arizal (2000)
    Kemudian pada 25 Juli 2000, Arizal, Praja Madya asal Sulawesi Selatan, meninggal di Danau Toba. Jenazahnya tidak boleh dilihat.
  7. Purwanto (2000)
    Pada 2000, Praja Madya Purwanto, kontingen Jawa Tengah, meninggal dunia setelah lulus dengan dada retak.
  8. Obeth Nege Indow (2000)
    Di tahun yang sama, Praja Madya Obeth Nege Indow, kontingen Papua meninggal dunia di tempat kos. Dia muntah darah dan dada retak.
  9. Eri Rahman (2000)
    Pada 3 Maret 2000, praja asal Jawa Barat Eri Rahman meninggal karena dipukuli tujuh orang seniornya.
  10. Wirawan Nurman (2002)
    Pada tahun yang sama, Praja Madya Wirawan Nurman, kontingen Sulawesi Utara, pihak STPDN menyatakan sebagai korban kecelakaan.
  11. Wahyu Hidayat (2003)
    Pada 2 September 2003, Praja Madya Wahyu Hidayat, kontingen Jawa Barat meninggal dan STPDN menolak keras jenazah yang telah dikubur untuk diotopsi.
  12. Arizal Sadad (2004)
    Praja Madya Arizal Sadad, kontingen Jawa Tengah, meninggal pada 8 Januari 2004. Namun, STPDN menyatakan korban tewas karena kecelakaan.
  13. Irfan Alberth Hibo (2005)
    Setahun berikutnya, Madya Praja Irfan Alberth Hibo, kontingen Papua. Pihak STPDN menyatakan bunuh diri karena minum Baygon.
  14. Manfred Habi (2006)
    Wasana Praja Manfred Habi, kontingen Papua, meninggal dunia karena penyakit liver, tapi tidak dilakukan otopsi.
  15. Fitria Wahyudin (2006)
    Pada tahun yang sama pula praja Fitria Wahyudin juga meninggal. Tidak diketahui penyebab kematiannya.
  16. Cliff Muntu (2007)
    Cliff Muntu, praja tingkat II asal Manado, Sulawesi Utara meninggal dengan nahas. Untuk kasus ini seluruh pejabat IPDN mengekspos penyebab kematian Cliff karena liver. Padahal, diketahui terdapat bekas lebam di beberapa bagian tubuhnya. Namun, berhasil disamarkan karena ditaburi formalin.
  17. Chris Bernard (2008)
    Praja IPDN asal Kalimantan Tengah Chris Bernard meninggal secara misterius pada 2008. Tidak diketahui penyebab pastinya.
  18. Yudhi Wardhana Siregar (2012)
    Praja IPDN asal Sumut ini rencananya diwisuda  Agustus mendatang. Yudhi meninggal di RS Al Islam, Jumat (25/5), pukul 01.40 WIB. Informasi dari pihak RS, Yudhi mengeluhkan sakit kepala sejak dua minggu lalu.

Tingkat Kepangkatan Praja di IPDN

 

  • Muda Praja
    Muda Praja, adalah praja tingkat awal atau yang baru memasuki jenjang pendidikan di IPDN, Muda=Muda artinya awal, pada tahap Muda Praja ini, sistem pendidikan yang diterapkan adalah penanaman, artinya pada tahap ini adalah tahap penanaman mindset. Muda Praja sendiri memiliki evolet pangkat dengan Lambang Balok Polos seperti gambar diatas, polos menandakan tidak ada angkatan dibawahnya.
  • Madya Praja
    Madya Praja, adalah praja tingkat dua di IPDN, Madya = Menengah, artinya pada tahap Madya ini sudah bukan lagi sistem penanaman seperti Muda Praja namun sudah mendapat peningkatan yakni lebih kepada pembelajaran. Madya Praja memiliki Evolet Pangkat dengan Lambang Balok polos dengan satu buah bintang di atasnya, yang mengartikan Madya Praja memiliki tanggung jawab untuk mengayomi 1 angkatan di bawahnya, yakni Muda Praja.
  • Nindya Praja
    Nindya Praja, adalah praja tingkat tiga di IPDN, Nindya = Tanpa Cela, artinya pada tahap nindya ini praja diharapkan sudah saatnya bisa menerapkan apa yang sudah didapat ketika menjadi Muda dan Madya dalam kehidupan sehari-hari didalam kampus IPDN. Madya Praja memiliki Evolet Pangkat dengan lambang balok dengan 2 buah bintang diatasnya, yang mengartikan Nindya Praja memiliki tanggung jawab untuk mengayomi 2 angkatan dibawahnya yakni Muda dan Madya Praja.
  • Wasana Praja
    Wasana Praja, adalah Praja tingkat akhir di IPDN, Wasana = Dewasa, artinya pada tahap wasana ini praja diharapkan menjadi manusia seutuhnya, manusia yang dewasa yang bisa menerapkan apa yang didapat saat Muda Praja, Madya Praja dan Nindya Praja. Bukan hanya menerapkan di kehidupan kampus tapi di kehidupan nyata. Sebab itu hingga angkatan XII wasana praja tak diasramakan melainkan disebar di wilayah Jatinangor agar berbaur dengan masyarakat sebelum lulus dari IPDN. Wasana Praja memiliki Evolet Pangkat dengan lambang balok dengan 3 buah bintang di atasnya. Ini mengartikan Wasana Praja punya tanggungjawab mengayomi 3 angkatan di bawahnya, yakni Muda Praja, Madya Praja, dan Nindya Praja.

Penyebab Kematian Praja IPDN 1993-2012

[table hl=””]

Meninggal Misterius (Diduga Korban Kekerasan)     ,18
Tenggelam di Pantai Cilacap                ,1
Korban kecelakaan                    ,2
Bunuh Diri Minum Baygon               , 1
Penyakit Tifus                        ,1
Sakit Lambung                    ,1
Aborsi                             ,1

[/table]

Pangkat Praja IPDN Meninggal 1993-2012

[table hl=””]

Praja Muda        ,3
Praja Madya         ,17
Wasana Praja       , 3
Nindya Praja       , 2

[/table]

* Data Olahan Sumut Pos   

Tiga Bulan Jelang Wisuda

MEDAN-Agustus, tiga bulan ke depan, sejatinya menjadi hari bahagia bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Yudhi Wardhana Siregar (22). Bagaimana tidak, Agustus mendatang dia dijadwalkan akan wisuda. Sayang, Jumat dini hari (25/5) dia tewas.

Kematian Wasana Praja (Praja tingkat akhir di IPDN) ini cukup mengejutkan. Pasalnya, meski pihak RS Al Islam Jalan Soekarno Hatta, Bandung Yudhi meninggal karena ada gangguan di selaput otaknya, pihak keluarga mengakun
Yudhi tidak memiliki sejarah penyakit berat. “Sepengetahuan keluarga, almarhum tidak pernah menderita sakit keras, karena itu keluarga terkejut mendapat kabar almarhum meninggal karena sakit,” sebut Paman Yudhi, Ardon Suhartono, kemarin di rumah duka di kawasan Jl Pimpinan, Gang Tegas, No 10A, Kelurahan Sei Kera Hilir, Medan.

Menurut Ardon, almarhum Yudhi rencananya akan diwisuda pada Agustus mendatang. Dia terdaftar sebagai Praja IPDN tahun 2008 lalu. Praja Yudhi Wardhana Siregar kelahiran 22 April 1990, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. “Dia itu sudah semester akhir, dan anaknya pintar. Rencananya dia wisuda Agustus nanti, tapi kok bisa gini dia meninggal,” ucap Iyet, tante Yudhi, dengan nada curiga atas kematian keponakannya yang terlalu cepat.

Tekad wisuda pada Agustus mendatang sempat dituliskan Yudhi dalam status Facebooknya dengan akun Yudhi Wardhana Siregar. Status yang dikirimkannya melalui layanan BlackBerry per 12 Februari berbunyi: toga buat orangtua 2012.
Tapi ajal memang berkata lain. Lelaki berparas cukup tampan ini menghembuskan napas terakhir pada pukul 1.40 WIB kemarin. Kepergian Yudhi yang begitu cepat tak pelak menuai banyak kecurigaan. Apalagi, tempat dia sekolah memiliki jejak rekam yang tak bagus.

Kematian Yudhi juga menjadi tanda tanya besar bagi rekan-rekannya di Medan. Pasalnya selama ini mereka tak pernah mendengar Yudhi sakit. “Aku tahu, tidak dia mempunyai (penyakit) seperti ini, yang dikatakan keluarganya sakit kepala yang membuat dia meninggal,” kata Agus Riadi sahabat Yudhi.

Agus mengatakan bahwa dirinya sudah berteman sewaktu kecil hingga dewasa, terakhir jumpa saat malam tahun baru. “Tidak pernah dia menceritakan tentang kampusnya, aku sangat terkejut saat kabar dia meninggal dengan secepat itu, akau tidak menyangka Yudhi yang sehat dan masih muda sangat cepat dipanggil Tuhan,” jelasnya.

Bahkan, dari Jakarta, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Nurul Arifin pun meminta pihak yang berwenang untuk menyelidiki kasus meninggalnya Yudhi. “Ada baiknya kematian yang mendadak itu, diselidiki dengan teliti,” kata Nurul.
Menurut Nurul belum tentu berkaitan dengan faktor kekerasan. Namun merujuk jejak rekam kasus kekerasan di IPDN, maka kematian tersebut menurutnya layak diselidiki. “Saya sebagai masyarakat sipil juga sebagai anggota DPR Komisi II menghendaki segala bentuk kekerasan dan militeristik di IPDN dihentikan, terbukti kekerasan juga tidak diperlukan dalam karirnya ke depan,” kata Nurul.

Sayang, hingga tadi malam pihak IPDN tidak bisa dihubungi. Rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi tidak bisa dihubungi. Sejak pagi hingga sore, nomor telepon selulernya tidak aktif. Wakil Rektor Sadu Wasistiono mengaku tidak mengetahui secara jelas kasus tersebut. “Dua hari ini saya di Jakarta sedang menyusun standar kompetensi camat. Jadi belum mengetahui secara jelas kasus yang Anda tanyakan,” tulisnya dalam pesan pendek.
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan IPDN Bernard Rondonuwu menolak memberikan keterangan. “Pernyataan resmi dari IPDN terkait kematian praja tersebut merupakan otoritas Rektor. Begitu prosedurnya. Maaf, saya tidak bisa memberikan keterangan,” ucapnya.

Terlepas dari itu, tadi malam kedatangan jenazah Yudhi disambut air mata keluarga. Yudhi tiba di rumah duka sekitar pukul 20.15 WIB. Peti berwarna krem yang berisi jasad Yudhi lalu dikeluarkan dari mobil ambulans, langsung disambut dengan tangisan sanak keluarga, family dan tetangga, tak habis-habis keluarga meneriakkan nama almarhum sambil meneteskan air mata.

Kedatangan jasad diiringi dengan tangisan sang ibu, Arbet. “Anakku…anakku…anakku,” jeritan sang ibu sambil dituntun oleh sejumlah kerabat keluarga masuk ke rumah duka.
Selanjutnya, jasad Wasana Praja ini dikebumikan di Tempat Pemakaman Muslim di Jalan Sado Medan, tadi malam.

Sebelumnya, pihak rumah sakit menjelaskan Yudi masuk ke rumah sakit sejak Rabu (23/5) sekitar pukul 21.40 WIB dalam kondisi kritis. Dan, langsung ditangani High Care Unit (HCU). “Dia mengalami demam selama tiga hari, disertai penurunan kesadaran. Dan, meninggal pada Jumat tadi (kemarin) sekitar pukul 1.40 WIB di HCU,” jelas dr Wendi Adam, selaku Divisi Pemasaran RS Al Islam, kemarin di Bandung.
Masih dikatakan Wendi, dengan sakit infeksi berat di daerah selaput otak. Kemungkinan infeksi di daerah selaput otak tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Lebih jauh dirinya menjelaskan, dari keterangan keluarga, Yudi sudah menderita sakit kepala sejak dua pekan lalu. “Sebelumnya sempat berobat ke beberapa tempat termasuk ditangani di klinik IPDN,” ucapnya.

Ketika ditanya apakah ada luka memar atau tanda kekerasan pada tubuh Yudi, dia menjawab, “Tidak (ada, Red). Yang jelas dia masuk ke sini dalam kondisi berat,” tegasnya.
Bantahan juga di sampaikan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai pengelola kampus IPDN. “Sesuai keterangan dokter yang menangani, yang bersangkutan meninggal karena mengalami gangguan virus pada otaknya. Tidak ada unsur kekerasan,” tegas Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek saat dihubungi koran ini tadi malam.
Ditanya berkali-kali soal dugaan ada penganiayaan, berkali-kali pula birokrat yang akrab dipanggil Donny itu membantahnya. Disebutkan, setiap acara wisuda di Kampus Jatinangor, Mendagri Gamawan Fauzi selalu menekankan agar model-model kekerasan di kampus calon pamong praja itu ditinggalkan.
“Mendagri menegaskan, jika masih ada kekerasan, tiada ampun, pasti dipecat. Sekali lagi, meninggalnya Yudhi Siregar murni karena sakit, bukan karena ada penganiayaan,” tegasnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Donny atas nama pribadi, kemendagri dan IPDN, menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Yudhi Siregar. (bbs/gus/ram/jon/sam)

Muncul Firasat dari BlackBerry

Penuturan Ardon Suaharsono, paman Yudhi, keluarga mengetahui Yudhi meninggal sekira pukul 03.00 dari pihak IPDN yang melalui sambungan telpon.

“Kami tahu kabarnya, dini hari tadi (kemarin), dari telepon pihak IPDN. Yudhi sebelum meninggal dua hari yang lalu sempat buat status di BBM (BlackBerry Massengger) mengeluhkan penyakitnya dan memasang foto profil BBM bersama pacarnya,” ucapnya.

Mendapatkan kabar kematian itu, orangtua Yudhi, Arbet dan Usman Siregar, beserta abangnya Aci dan kakaknya Ina langsung berangkat ke Bandung dengan menumpang pesawat. “Pukul  04.00 WIB, mereka berangkat,” ucapnya.
Ia mengatakan, keponakkannya tersebut masuk IPDN pada 2008, namun almarhum masuk tidak melalui kontingen Medan. “Dia masuk dari Jakarta, bukan dari Medan, di Jakarta sana tempat keluarga juga,” ucapnya.

Bagi warga sekitar rumah duka di Medan, almarhum terkenal sangat baik dan ramah terhadap masyarakat sekitar. Keluarga dan sahabat Yudhi tidak menyangka praja IPDN tersebut meninggal begitu Cepat. “Tidak sangka aku Bang, cepat kali dia meninggal,” ucap Topan, warga Jalan Pimpinan yang merupakan rekan almarhum.

Ia menceritakan, dirinya terakhir kali jumpa Yudhi, pada malam Tahun Baru 2012 lalu. Saat itu, dia dan teman-teman lainnya berkumpul dan bakar-bakar ikan. “Terakhir kali dia pulang pada malam tahun baru lalu, kami bakar-bakar ikan dan saat itu dia sangat ceria,” ucapnya.

Saat malam Tahun Baru itu, dirinya sudah mempunyai firasat. Saat itu Yudhi meminta dia untuk mencarikan ponsel BlackBerry Bold dan memberi panjar uang kepadanya. Namun, ketika ponsel pesanannya sudah di dapat, tiba-tiba Yudhi tidak mau dengan ponsel tersebut. “Yudhi ngasih Rp200 ribu sama aku sebagai panjar, sudah ada ponselnya itu, eh dia tidak mau, lalu kubilang sama dia, uang DP nya sudah terpakai, dan hanya kupulangkan Rp100 ribu dan dia mau. Namun kuminta dia mengirim nomor rekeningnya untuk mengganti mengirim uang kekurangan DP  HP itu,” sebutnya.

Tapi, sambung Topan, uang Rp100 ribu untuk DP ponsel tersebut tidak kunjung dibayarnya. “Saat ini belum kubayar bang, beberapa bulan yang lalu lah, aku telpon dia, dan aku mengatakan aku bayar saat dia pulang, namun Yudhi tiba-tiba mengatakan kalau dia tak akan pulang lagi ke Medan. Eh rupanya kayak gini ceritanya,” ucap Topan mengingat perbincangan terakhirnya dengan Yudhi pada Maret lalu.

Sementara itu Evi (33)  warga Jalan Pimpinan lainnya, mengatakan, Yudhi merupakan anak yang sangat baik dan sopan terhadap orang yang lebih tua. “Setiap lewat dia, pasti selalu menyapa dan tersenyum dengan orang yang lebih tua darinya,” ucapnya mengenang Yudhi. (gus/ram/jon)

18 Praja IPDN 1993-2008 Tewas Misterius

  1. Aliyan Jerani (1993)
    Praja Madya asal Kalimantan Barat ini tewas pada 8 Mei 1993 karena dipukul pengasuhnya setelah terjatuh di Barak Bengkulu.
  2. Gatot (1994)
    Praja Madya Gatot, kontingen Jawa Timur, meninggal saat mengikuti latihan dasar kemiliteran. Di dadanya ditemukan bekas kebiru-biruan, dan tulang dada retak.
  3. Alfian (1995)
    Pada 1995, Praja Madya yang mewakili kontingen Lampung ini meninggal karena kepalanya pecah.
  4. Fahruddin (1997)
    Praja Madya Fahruddin, kontingen Jawa Tengah, meninggal pada 1997 tanpa sebab yang jelas. Pihak STPDN (saat ini berganti nama menjadi IPDN) mencegah jenazahnya divisum.
  5. Edy (1999)
    Dua tahun berikutnya, giliran Praja Madya Edy, meninggal dengan alasan belajar sepeda motor saat praktik kerja lapangan (PKL). Pihak STPDN menolak jenazahnya divisum.
  6. Arizal (2000)
    Kemudian pada 25 Juli 2000, Arizal, Praja Madya asal Sulawesi Selatan, meninggal di Danau Toba. Jenazahnya tidak boleh dilihat.
  7. Purwanto (2000)
    Pada 2000, Praja Madya Purwanto, kontingen Jawa Tengah, meninggal dunia setelah lulus dengan dada retak.
  8. Obeth Nege Indow (2000)
    Di tahun yang sama, Praja Madya Obeth Nege Indow, kontingen Papua meninggal dunia di tempat kos. Dia muntah darah dan dada retak.
  9. Eri Rahman (2000)
    Pada 3 Maret 2000, praja asal Jawa Barat Eri Rahman meninggal karena dipukuli tujuh orang seniornya.
  10. Wirawan Nurman (2002)
    Pada tahun yang sama, Praja Madya Wirawan Nurman, kontingen Sulawesi Utara, pihak STPDN menyatakan sebagai korban kecelakaan.
  11. Wahyu Hidayat (2003)
    Pada 2 September 2003, Praja Madya Wahyu Hidayat, kontingen Jawa Barat meninggal dan STPDN menolak keras jenazah yang telah dikubur untuk diotopsi.
  12. Arizal Sadad (2004)
    Praja Madya Arizal Sadad, kontingen Jawa Tengah, meninggal pada 8 Januari 2004. Namun, STPDN menyatakan korban tewas karena kecelakaan.
  13. Irfan Alberth Hibo (2005)
    Setahun berikutnya, Madya Praja Irfan Alberth Hibo, kontingen Papua. Pihak STPDN menyatakan bunuh diri karena minum Baygon.
  14. Manfred Habi (2006)
    Wasana Praja Manfred Habi, kontingen Papua, meninggal dunia karena penyakit liver, tapi tidak dilakukan otopsi.
  15. Fitria Wahyudin (2006)
    Pada tahun yang sama pula praja Fitria Wahyudin juga meninggal. Tidak diketahui penyebab kematiannya.
  16. Cliff Muntu (2007)
    Cliff Muntu, praja tingkat II asal Manado, Sulawesi Utara meninggal dengan nahas. Untuk kasus ini seluruh pejabat IPDN mengekspos penyebab kematian Cliff karena liver. Padahal, diketahui terdapat bekas lebam di beberapa bagian tubuhnya. Namun, berhasil disamarkan karena ditaburi formalin.
  17. Chris Bernard (2008)
    Praja IPDN asal Kalimantan Tengah Chris Bernard meninggal secara misterius pada 2008. Tidak diketahui penyebab pastinya.
  18. Yudhi Wardhana Siregar (2012)
    Praja IPDN asal Sumut ini rencananya diwisuda  Agustus mendatang. Yudhi meninggal di RS Al Islam, Jumat (25/5), pukul 01.40 WIB. Informasi dari pihak RS, Yudhi mengeluhkan sakit kepala sejak dua minggu lalu.

Tingkat Kepangkatan Praja di IPDN

 

  • Muda Praja
    Muda Praja, adalah praja tingkat awal atau yang baru memasuki jenjang pendidikan di IPDN, Muda=Muda artinya awal, pada tahap Muda Praja ini, sistem pendidikan yang diterapkan adalah penanaman, artinya pada tahap ini adalah tahap penanaman mindset. Muda Praja sendiri memiliki evolet pangkat dengan Lambang Balok Polos seperti gambar diatas, polos menandakan tidak ada angkatan dibawahnya.
  • Madya Praja
    Madya Praja, adalah praja tingkat dua di IPDN, Madya = Menengah, artinya pada tahap Madya ini sudah bukan lagi sistem penanaman seperti Muda Praja namun sudah mendapat peningkatan yakni lebih kepada pembelajaran. Madya Praja memiliki Evolet Pangkat dengan Lambang Balok polos dengan satu buah bintang di atasnya, yang mengartikan Madya Praja memiliki tanggung jawab untuk mengayomi 1 angkatan di bawahnya, yakni Muda Praja.
  • Nindya Praja
    Nindya Praja, adalah praja tingkat tiga di IPDN, Nindya = Tanpa Cela, artinya pada tahap nindya ini praja diharapkan sudah saatnya bisa menerapkan apa yang sudah didapat ketika menjadi Muda dan Madya dalam kehidupan sehari-hari didalam kampus IPDN. Madya Praja memiliki Evolet Pangkat dengan lambang balok dengan 2 buah bintang diatasnya, yang mengartikan Nindya Praja memiliki tanggung jawab untuk mengayomi 2 angkatan dibawahnya yakni Muda dan Madya Praja.
  • Wasana Praja
    Wasana Praja, adalah Praja tingkat akhir di IPDN, Wasana = Dewasa, artinya pada tahap wasana ini praja diharapkan menjadi manusia seutuhnya, manusia yang dewasa yang bisa menerapkan apa yang didapat saat Muda Praja, Madya Praja dan Nindya Praja. Bukan hanya menerapkan di kehidupan kampus tapi di kehidupan nyata. Sebab itu hingga angkatan XII wasana praja tak diasramakan melainkan disebar di wilayah Jatinangor agar berbaur dengan masyarakat sebelum lulus dari IPDN. Wasana Praja memiliki Evolet Pangkat dengan lambang balok dengan 3 buah bintang di atasnya. Ini mengartikan Wasana Praja punya tanggungjawab mengayomi 3 angkatan di bawahnya, yakni Muda Praja, Madya Praja, dan Nindya Praja.

Penyebab Kematian Praja IPDN 1993-2012

[table hl=””]

Meninggal Misterius (Diduga Korban Kekerasan)     ,18
Tenggelam di Pantai Cilacap                ,1
Korban kecelakaan                    ,2
Bunuh Diri Minum Baygon               , 1
Penyakit Tifus                        ,1
Sakit Lambung                    ,1
Aborsi                             ,1

[/table]

Pangkat Praja IPDN Meninggal 1993-2012

[table hl=””]

Praja Muda        ,3
Praja Madya         ,17
Wasana Praja       , 3
Nindya Praja       , 2

[/table]

* Data Olahan Sumut Pos   

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/