Jakarta- PSSI terancam dibekukan oleh asosiasi sepak bola dunia FIFA, seiring kemelut yang terjadi dalam tahapan pencalonan ketua umum organisasi sepak bola nasional tersebut. Hal itu dikatakan Anggota Komite Etik FIFA, Suryadharma ‘Dali’ Tahir, di Jakarta, Sabtu (26/2) “FIFA langsung merespon. Salah satunya dengan
mengirimkan surat elektronik yang berisi penolakan campur tangan pemerintah,” katanya saat dikonfirmasi.
Surat FIFA diklaim telah diterima PSSI setelah Komite Banding Pemilihan mengumumkan penolakan materi
banding dari dua bakal calon Ketua Umum PSSI yaitu George Toisutta dan Arifin Panigoro serta dari dua bakal calon Executive Comitte (EXCO) PSSI, Sihar Sitorus dan Tuti Dau.
Komite Banding juga menganulir keputusan Komite Pemilihan yang meloloskan Nurdin Halid dan Nirwan D Bakrie sebagai calon Ketua Umum PSSI. Dengan demikian, hingga kini, belum ada calon yang akan maju pada bursa pemilihan di Kongres empat tahunan PSSI di Bali, 26 Maret mendatang.
Jika FIFA benar-benar memberikan hukuman kepada PSSI, bisa dipastikan pasukan Garuda tidak bisa tampil pada
pertandingan internasional termasuk pada SEA Games yang akan digelar di Tanah Air akhir tahun nanti.
Suporter pendemo anti Nurdin Halid kembali beraksi di sekitar kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (26/2) pagi. Salah seorang suporter tampak memakai baju seperti pocong, yang bertuliskan nama jasad Nurdin Halid. Sementara, suporter lain terlihat sibuk menyiraminya dengan bunga kuburan, pertanda mereka menginginkan Nurdin Halid segera ‘mati’ dari dunia sepak bola Indonesia.
“Kami memang ingin Nurdin segera meninggalkan PSSI Mundur, atau kami yang akan menurunkannya,” kata Jial, salah seorang suporter asal Jepara, didampingi rekan-rekannya, yang sebelum berdemo di kantor PSSI berkumpul di samping gedung PB PBSI.
Ia menambahkan, Nurdin harus diturunkan bila ingin persepakbolaan Indonesia maju. “Kami tak akan mundur dalam revolusi Merah Putih ini. Demi kejayaan sepak bola Indonesia ke depan, Nurdin harus mundur,” tegasnya.
Sementara itu, Fahrizal, salah seorang suporter Persija Jakarta mengatakan, selama Nurdin belum mundur, demonstrasi yang menuntut revolusi di tubuh PSSI itu tak akan dihentikan. “Revolusi harga mati pokoknya,” tegasnya.
“Nurdin juga terlibat dalam kasus korupsi. Makanya, kita mesti membersihkan PSSI dari para koruptor,” tambahnya
Sekitar pukul 12.30 WIB, mereka secara serentak bergerak menuju kantor PSSI.
“Kami datang murni menginginkan adanya perubahan di tubuh PSSI. Kami ke sini tanpa ada yang mendanai, dan sama sekali tak ada muatan (politis),” kata salah seorang pengunjuk rasa dalam orasinya. Uniknya, meski hujan dan petir menemani perjalanan menuju kantor PSSI, para suporter ini sama sekali tak bergeming. “Kami tak takut hujan, selama Nurdin Halid belum mundur. Nurdin turun… turun… turun!” teriak orator lainnya, di tengah hujan deras yang mulai mengguyur.
Di hari kelima unjuk rasa itu, massa yang datang dari sejumlah daerah meminta untuk ditemui oleh pengurus PSSI. “Di hari kelima ini dan keenam nanti, kami minta PSSI menemui kami,” kata salah seorang pendemo dalam orasinya.
“Kami berdemonstrasi atas nama masyarakat sepakbola. Mana PSSI? Kita sudah gembok PSSI, mestinya (pengurus) keluar dan temui kami,” kata pendemo wanita tersebut di atas panggung orasi.
Orator lainnya, Yoko dari Slemania, dalam orasinya meminta para suporter berbagai klub sepakbola yang berorasi, untuk menekan klubnya masing-masing. “Kita tak punya hak suara (dalam kongres), dan klub yang memilikinya. Tak ada gunanya kita berteriak-teriak menurunkan Nurdin Halid, kalau klub malah di tangan Nurdin,” kata pria berbadan gempal tersebut.
Richard Ahmad, Sekjen The Jakmania, dalam orasinya pun mengatakan bahwa perubahan di tubuh PSSI tak akan turun dari langit. Oleh karena itu, seluruh masyarakat pecinta sepakbola diminta mendukung agenda Revolusi PSSI ini. “Ganyang Nurdin!” teriaknya pula.Pelatih timnas U-23, Alfred Riedl, tak mau menanggapi hal itu. “Saya tidak mau berkomentar mengenai hal itu. Saya tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Jadi, saya tidak mau berkomentar,” ujar pelatih asal Austria itu, usai latihan di Lapangan C, kawasan Gelora Bung Karno, Sabtu (26/2).
Riedl mengaku tak mengikuti perkembangan demonstrasi pro dan kontra Nurdin Halid tersebut. “Saya juga baru melihat yang seperti ini. Aksi masyarakat turun ke jalan adalah sesuatu yang jarang terjadi,” katanya.
Riedl menyebut, dirinya hanya berharap agar para pemainnya tak terpengaruh dengan demonstrasi itu. Ia ingin pemainnya saat ini berkonsentrasi saja pada laga leg kedua pra-olimpiade di kandang Turkmenistan mendatang. “Tidak tahu apakah para pemain terpengaruh. Saya berharap mereka tidak terpengaruh,” tambahnya.
Lebih jauh, Riedl pun meminta agar masalah ini tak terlalu dibesar-besarkan lagi, serta menyarankan media untuk sebaiknya menulis hal lain. “(Tapi) Memang, sepak bola di Indonesia adalah olahraga yang populer. Makanya mau tak mau, berita ini menjadi headline,” katanya pula. (sto/jpnn)