Site icon SumutPos

Dijanjikan Muhaimin Iskandar sebagai Duta Transmigrasi

Suparwono, Manusia Tertinggi Indonesia Sebelum Meninggal

Suasana haru sejak ditinggal pergi oleh Suparwono manusia tertinggi di Indonesia selama-lamanya masih menyelimuti keluarga besarnya. Bahkan, saat wartawan Radar Lampung  (grup Sumut Pos) memasuki halaman rumah almarhum setelah menempuh jalan panjang selama 3 jam dengan jarak 22 km dan kondisi jalan yang memperihatinkan.

“Mari silahkan masuk, Mas,” cetus seorang perempuan paruh baya dan diiringi suara perempuan muda yang tidak lain Salima, kakak almarhum.
Di dalam rumah Sugito (65) ayah almarhum Suparwono pun menyambut dengan hangat. “Silahkan duduk,” katanya.

Selang beberapa menit, Sugito menceritakan kisah karir anaknya yang dikenal masyarakat sebagai manusia tertinggi di Indonesia. Hidup Suparwono sangat banyak tantangan dan rintangan. Sebelum dibawa kerabatnya ke Jakarta, Suparwono malah pernah dibawa orang dan dijual. “Entah siapa yang memprovokasi Bupati Tuba agar menahan almarhum untuk tidak pergi ke Jakarta. Bahkan, saat anak saya tiba di atas kapal dirinya dipaksa untuk pulang ke Lampung dan tidak boleh bekerja di Jakarta,” cetus Sugito.

Bahkan, lanjut Sugito,a anaknya pun sempat dijual orang. Selama itu dirinya telah tiga kali meminta agar anaknya dapat kembali ke sisinya, tetapi tidak diperbolehkan. “Suparwono mulai dikenal orang sebagai manusia tertinggi di Indonesia tidak lain setelah dibawa kakak sepupunya ke Jakarta. Ya, untuk mengharumkan nama Kabupaten Pringsewu. Tapi, Pemkab Tuba malah mengklaim Suparwono ini berasal dari Tuba. Sayangnya, Pemkab Tuba hanya mengklaim tapi tidak bertanggungjawab,” imbuhnya.

Saat itu, Bupati Tuba pernah berjanji akan memberikan rumah, mobil, dan pekerjaan kepada anaknya semasa hidup. Akan tetapi, hingga almarhum tiada belum ada yang teralisasi.

Sugito juga bercerita kalau anaknya itu sempat diminta untuk menjadi duta transmigrasi. Permintaan itu malah dilakukan langsung oleh Menteri Transmigrasi Muhaimin Iskandar. “Ya, sempat dijanjikan Menteri Tranmigrasi Muhaimin Iskandar bahwa almarhum akan digaji sebesar Rp5juta. Tetapi, hingga saat ini tidak ada,” katanya.

Sugito menjelaskan, almarhum memang tidak memiliki pendapatan tetap. Yang dia dapat tak lain adalah honor saat ada even. Sugito juga menepis bahwa meninggalnya almarhum  dikarenakan ketidakmampuannya berobat. Menurut Sugito, untuk biaya 10-20 juta dia masih mampu. Selama ini, dia memang tidak tahu penyakit almarhum kecuali penyakit kelebihan hormon.

Sebelumnya, keluarga besar Suparwono sempat kerepotan lantaran tinggi badan Suparwono yang mencapai 242 centimeter dan berat 176 kg. Postur tubuh ‘raksasa’ ini membuat masyarakat kesulitan mengangkat jenazahnya. Sementara untuk menutupi tubuh almarhum suparwono dibutuhkan kain kafan sepanjang 39, 21 meter. Bahkan, dibutuhkan 18 orang untuk mengangkat jenazahnya.

Saat dibawa ke pemakaman, jenazah pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, 4 November 1985 lalu itu tidak dimasukkan dalam keranda maupun peti seperti umumnya. Jasadnya dibawa menggunakan mobil pick up. Suparwono dimakamkan di Kampung Tri Tunggal Jaya SP 8 Kecamatan Gunung Agung, Tuba Barat, sekitar pukul 11.00 Kamis (23/2) siang.

Anak kelima dari enam bersaudara itu dimakamkan di tengah kebun karet milik orang tuanya yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya.
Menurut keterangan pihak keluarga, pria yang memiliki tinggi 242 centimeter itu meninggal akibat menderita muntaber. Menurut Sugito, tidak ada tanda-tanda penyakit yang menyebabkan pria raksasa yang menjadi kebanggaan Lampung dan Indonesia itu meninggal. Ibu Suparwono, Siti Aisyah menuturkan, ia sempat punya firasat tidak baik, beberapa hari sebelum Suparwono meninggal. Ia mengatakan, sempat bermimpi di kediamannya ramai dikunjungi orang. “Saya bilang sama Bapak, kok, kayak mau pengajian, banyak orang,” katanya.

Selain itu, kata Siti Aisyah, beberapa hari sebelum meninggal, Suparwono sempat mengatakan kepada teman-teman di kampungnya akan pergi dari kampungnya. “Dia (Suparwono) bilang sama teman-temannya, Saya mau pergi, besok kalau tempat Pak Jumali selesai hajatan saya mau pergi,” ucap Siti Aisyah menirukan ucapan Suparwono kepada teman-temannya. (san)

Exit mobile version