26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ribuan Umat Antar Ustad Jeffry ke Peristirahatan Terakhir

JAKARTA-Bangsa Indonesia kembali kehilangan ulama. Dai kondang Jeffry al Buchori meninggal dunia kemarin (26/4) dini hari, tidak lama setelah mengalami kecelakaan motor di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Dai yang akrab dipanggil Uje itu sempat dirawat di RS pondok Indah, Jakarta, namun nyawanya tidak tertolong.

TANGIS: Pipik Dian Irawati, Istri Almarhum Ustad Jeffry Al Buchori (Uje) memeluk foto almarhum  rumah duka.//Miladi Ahmad Cemol/Tangerang Ekspres/jpnn
TANGIS: Pipik Dian Irawati, Istri Almarhum Ustad Jeffry Al Buchori (Uje) memeluk foto almarhum di rumah duka.//Miladi Ahmad Cemol/Tangerang Ekspres/jpnn

Kabar kematian ustad muda yang dijuluki ustad gaul ini tentu saja mengagetkan. Terlebih untuk istrinya  Pipik Dian Irawati dan keempat anak mereka. Mereka tidak menyangka Uje akan pergi di usia yang masih terbilang muda. Isak tangis pun mengiringi kedatangan jenazah Uje di kediamannya di Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang.

Sejak pagi, ratusan pelayat silih berganti datang ke rumah duka, tidak lama setelah kabar wafatnya Uje tersebar. Menjelang siang, jenazah Uje dibawa ke Masjid Istiqlal. Usai salat Jumat, ribuan jamaah menyalatkan jenazah dai bersuara merdu itu.

Usai disalatkan, jenazah Uje dibawa ke TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat untuk dikebumikan. Uje dimakamkan bersebelahan dengan makam ayahnya, H Ismalid Modal, yang sudah meninggal 21 tahun lalu. Banyak sekali orang yang datang ke TPU tersebut. Mereka semua ingin melihat dan mengantarkan Uje ke tempat peristirahatan terakhirnya. Saking banyaknya pelayat, jalanan di sepanjang Jalan KH Mas Mansyur macet.

Di antara ribuan pelayat itu tampak sejumlah artis maupun ulama yang hadir mengantar kepergian Uje untuk selama-lamanya. Seperti Band Ungu, Teuku Wisnu, Opick, Nuri Maulida, dan sejumlah artis lain.

Mengenai tempat pemakaman, pihak keluarga memang menginginkan agar almarhum dimakamkan di sebelah makam ayahnya. Kebetulan, di situ adalah makam keluarga Uje. Selain ayah, ada juga makam kakeknya. Namun ketika tanah untuk makam Uje digali, petugas makam hanya bisa menggali hingga 1,2 meter saja.

Sebab di kedalaman itu masih terlihat kain kafan milik mendiang ayah Uje. “Itu masih ada kafan almarhum ayahnya Uje. Itu terlihat kan,” kata petugas sambil menunjukkan tiga bagian yang memperlihatkan kain kafan yang sudah berwarna cokelat. Menurut petugas itu,  jika digali lebih dalam lagi, dikhawatirkan makam ayahnya akan ambrol.

“Jadi bisanya segini. Nanti jenazah Uje diletakkan di sini. Agak di atas ayahnya,” lanjut petugas tersebut. Sekitar pukul 14.30 jenazah tiba di pemakaman. Rombongan jenazah sempat kesulitan menuju liang lahat. Sebab ribuan orang sudah memadati area pemakaman. Dan banyak yang mendekat mengelilingi liang. Tenda yang menaungi liang pun sampai bergoyang mau rubuh.

Setelah diperingatkan untuk mundur, barulah para pelayat ini memberikan jalan. Pipik, istri Uje, terlihat tak henti menangis. Dia bahkan pingsan setelah suaminya dikuburkan. Di rumah pun dia sempat pingsan. Dia terlihat begitu terpukul.

Suami tercinta yang pergi dari rumah dalam keadaan sehat, pulang tinggal jasad. “Abi, Umi ikut. Abi, Umi ikut,” ratapnya memeluk keranda suaminya. Dia juga mempertanyakan kenapa suaminya pergi secepat ini. “Abi kan janji kita sehidup semati,” ratapnya sambil menangis.

Padahal dua minggu sebelumnya, mereka sekeluarga baru saja berlibur ke Bali. Sekaligus, merayakan ulangtahun Uje yang ke-40. Ustad Solmed memiliki firasat akan kepergian Uje. Beberapa hari sebelum kejadian, Uje memberikan cincin dan pecinya ke Solmed. “Dia bilang, nih kamu teruskan dakwah ya,” cerita Solmed.

Suami dari pesinetron April Jasmine ini menerima cincin dan peci sambil menangis. “Saya memeluk Uje sambil nangis waktu itu,” katanya. Seperti yang diceritakan Fajar Shidiq, adik Uje, ada niatan Uje untuk istirahat berceramah karena capek.

Di malam kejadian, salah satu karyawan Uje bertandang ke rumah Ustad Solmed. Kala itu Solmed menanyakan bagaimana kabar Uje. Karyawan yang bernama Opik itu bilang kalau Uje sedang ngopi di Kemang bersama adiknya.

Mendengar itu, spontan Solmed berkata pada Opik agar dia menjemput Uje. “Uje kan lagi sakit, jemput sana. Jangan sampai bawa motor sendiri,” kata Solmed kala itu. Rupanya itu seperti sebuah firasat. Karena ternyata Uje meninggal karena kecelakaan.

Rasa sedih dan pilu juga timbul tatkala melihat anak bungsu Uje dan Pipik, Attaya Bilal Rizkillah. Selama pemakaman ayahnya, Bilal digendong oleh kerabat. Balita itu mungkin belum mengerti sepenuhnya kalau mulai hari itu dia tidak bisa melihat ayahnya lagi.

Kalau kakak-kakaknya menangis, Bilal terlihat biasa saja di pemakaman. Sesekali dia tersenyum dan memainkan botol minuman yang dipegangnya. Dia bahkan berkata kepada orang yang menggendongnya,”Abi sudah dikubur. Abi sudah dikubur, ya,” ucapnya polos.

Kecelakaan yang merenggut nyawa sang ustad bermula saat Uje yang mengendarai Kawasaki ER 650 cc bernopol B 3590 SGQ pulang dari sebuah pertemuan dengan sejumlah rekannya di kawsan Kemang. Dia dan rekan-rekannya pulang beriringan menggunakan empat buah motor.
Di tengah jalan, pria 40 tahun itu sempat dua kali terjatuh dari motor saat melintas di kawasan Radio Dalam. Namun, dia tetap melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 01.00, Uje dan rekan-rekannya melintasi kawasan Pondok Indah.

Usai melewati bundaran di jalan utama perumahan elite itu, diduga Uje melajukan motornya dengan kencang. “Melihat dampak tabrakan, kami perkirakan kecepatan motor korban saat itu di atas 70 kilometer per jam,” terang Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Hindarsono.
Dalam kondisi melaju kencang Uje mendapati tikungan kecil di JalanGedung Hijau itu. Namun, menjelang tikungan terdapat gundukan aspal. Meski tidak tinggi, gundukan itu sudah cukup membuat motor yang dikendarai Uje gagal berbelok. Uje pun tidak mampu menguasai kendaraannya, dan motor tersebut menghantam pohon palem di depan rumah nomor 17.

Ayah tiga anak itu terpelanting dari motornya sejauh lima meter usai menabrak pohon. Sementara, motor berwarna hijau itu terlempar dan terseret hingga sejauh 20 meter. Kerasnya tabrakan diungkapkan oleh Suyono, penjaga rumah yang pohonnya ditabrak Uje.

“Saya di dalam rumah mendengar suara tabrakan yang keras. Saat saya keluar, korban sudah diangkat oleh rekan-rekannya dan digotong menuju taksi,” ujar pria 44 tahun itu. Dia melihat hidung dan bibir Uje terus mengalirkan darah. Helmnya terlepas dari kepala, sementara bagian depan motornya rusak parah.

Uje langsung dilarikan ke RS dan tidak lama kemudian sejumlah polisi datang. Upaya rekan-rekan Uje membawa dia ke RS Pondok Indah pun berakhir duka. Uje memang sempat mendapat perawatan, namun nyawanya tidak tertolong. “Dia mengalami luka di tempurung kepala sebelah kiri,” ujar Hindarsono.

Menurut Hindarsono, helm yang dipakai Uje sebenarnya merupakan helm jenis full face dan berkualitas baik. Namun, saat kejadian Uje membukanya sehingga menjadi half face. Faktor lain dalam kecelakaan tersebut adalah penerangan jalan yang lemah, sehingga jalanan di situ tampak remang.
“Untuk kelengkapan berkendara tidak ada masalah. Korban sudah melengkapi diri dengan SIM dan STNK,” lanjut Hindarsono. Saat ini, motor Uje diamankan di Mapolres Metro Jakarta Barat. (jan/byu/jpnn)

JAKARTA-Bangsa Indonesia kembali kehilangan ulama. Dai kondang Jeffry al Buchori meninggal dunia kemarin (26/4) dini hari, tidak lama setelah mengalami kecelakaan motor di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Dai yang akrab dipanggil Uje itu sempat dirawat di RS pondok Indah, Jakarta, namun nyawanya tidak tertolong.

TANGIS: Pipik Dian Irawati, Istri Almarhum Ustad Jeffry Al Buchori (Uje) memeluk foto almarhum  rumah duka.//Miladi Ahmad Cemol/Tangerang Ekspres/jpnn
TANGIS: Pipik Dian Irawati, Istri Almarhum Ustad Jeffry Al Buchori (Uje) memeluk foto almarhum di rumah duka.//Miladi Ahmad Cemol/Tangerang Ekspres/jpnn

Kabar kematian ustad muda yang dijuluki ustad gaul ini tentu saja mengagetkan. Terlebih untuk istrinya  Pipik Dian Irawati dan keempat anak mereka. Mereka tidak menyangka Uje akan pergi di usia yang masih terbilang muda. Isak tangis pun mengiringi kedatangan jenazah Uje di kediamannya di Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang.

Sejak pagi, ratusan pelayat silih berganti datang ke rumah duka, tidak lama setelah kabar wafatnya Uje tersebar. Menjelang siang, jenazah Uje dibawa ke Masjid Istiqlal. Usai salat Jumat, ribuan jamaah menyalatkan jenazah dai bersuara merdu itu.

Usai disalatkan, jenazah Uje dibawa ke TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat untuk dikebumikan. Uje dimakamkan bersebelahan dengan makam ayahnya, H Ismalid Modal, yang sudah meninggal 21 tahun lalu. Banyak sekali orang yang datang ke TPU tersebut. Mereka semua ingin melihat dan mengantarkan Uje ke tempat peristirahatan terakhirnya. Saking banyaknya pelayat, jalanan di sepanjang Jalan KH Mas Mansyur macet.

Di antara ribuan pelayat itu tampak sejumlah artis maupun ulama yang hadir mengantar kepergian Uje untuk selama-lamanya. Seperti Band Ungu, Teuku Wisnu, Opick, Nuri Maulida, dan sejumlah artis lain.

Mengenai tempat pemakaman, pihak keluarga memang menginginkan agar almarhum dimakamkan di sebelah makam ayahnya. Kebetulan, di situ adalah makam keluarga Uje. Selain ayah, ada juga makam kakeknya. Namun ketika tanah untuk makam Uje digali, petugas makam hanya bisa menggali hingga 1,2 meter saja.

Sebab di kedalaman itu masih terlihat kain kafan milik mendiang ayah Uje. “Itu masih ada kafan almarhum ayahnya Uje. Itu terlihat kan,” kata petugas sambil menunjukkan tiga bagian yang memperlihatkan kain kafan yang sudah berwarna cokelat. Menurut petugas itu,  jika digali lebih dalam lagi, dikhawatirkan makam ayahnya akan ambrol.

“Jadi bisanya segini. Nanti jenazah Uje diletakkan di sini. Agak di atas ayahnya,” lanjut petugas tersebut. Sekitar pukul 14.30 jenazah tiba di pemakaman. Rombongan jenazah sempat kesulitan menuju liang lahat. Sebab ribuan orang sudah memadati area pemakaman. Dan banyak yang mendekat mengelilingi liang. Tenda yang menaungi liang pun sampai bergoyang mau rubuh.

Setelah diperingatkan untuk mundur, barulah para pelayat ini memberikan jalan. Pipik, istri Uje, terlihat tak henti menangis. Dia bahkan pingsan setelah suaminya dikuburkan. Di rumah pun dia sempat pingsan. Dia terlihat begitu terpukul.

Suami tercinta yang pergi dari rumah dalam keadaan sehat, pulang tinggal jasad. “Abi, Umi ikut. Abi, Umi ikut,” ratapnya memeluk keranda suaminya. Dia juga mempertanyakan kenapa suaminya pergi secepat ini. “Abi kan janji kita sehidup semati,” ratapnya sambil menangis.

Padahal dua minggu sebelumnya, mereka sekeluarga baru saja berlibur ke Bali. Sekaligus, merayakan ulangtahun Uje yang ke-40. Ustad Solmed memiliki firasat akan kepergian Uje. Beberapa hari sebelum kejadian, Uje memberikan cincin dan pecinya ke Solmed. “Dia bilang, nih kamu teruskan dakwah ya,” cerita Solmed.

Suami dari pesinetron April Jasmine ini menerima cincin dan peci sambil menangis. “Saya memeluk Uje sambil nangis waktu itu,” katanya. Seperti yang diceritakan Fajar Shidiq, adik Uje, ada niatan Uje untuk istirahat berceramah karena capek.

Di malam kejadian, salah satu karyawan Uje bertandang ke rumah Ustad Solmed. Kala itu Solmed menanyakan bagaimana kabar Uje. Karyawan yang bernama Opik itu bilang kalau Uje sedang ngopi di Kemang bersama adiknya.

Mendengar itu, spontan Solmed berkata pada Opik agar dia menjemput Uje. “Uje kan lagi sakit, jemput sana. Jangan sampai bawa motor sendiri,” kata Solmed kala itu. Rupanya itu seperti sebuah firasat. Karena ternyata Uje meninggal karena kecelakaan.

Rasa sedih dan pilu juga timbul tatkala melihat anak bungsu Uje dan Pipik, Attaya Bilal Rizkillah. Selama pemakaman ayahnya, Bilal digendong oleh kerabat. Balita itu mungkin belum mengerti sepenuhnya kalau mulai hari itu dia tidak bisa melihat ayahnya lagi.

Kalau kakak-kakaknya menangis, Bilal terlihat biasa saja di pemakaman. Sesekali dia tersenyum dan memainkan botol minuman yang dipegangnya. Dia bahkan berkata kepada orang yang menggendongnya,”Abi sudah dikubur. Abi sudah dikubur, ya,” ucapnya polos.

Kecelakaan yang merenggut nyawa sang ustad bermula saat Uje yang mengendarai Kawasaki ER 650 cc bernopol B 3590 SGQ pulang dari sebuah pertemuan dengan sejumlah rekannya di kawsan Kemang. Dia dan rekan-rekannya pulang beriringan menggunakan empat buah motor.
Di tengah jalan, pria 40 tahun itu sempat dua kali terjatuh dari motor saat melintas di kawasan Radio Dalam. Namun, dia tetap melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 01.00, Uje dan rekan-rekannya melintasi kawasan Pondok Indah.

Usai melewati bundaran di jalan utama perumahan elite itu, diduga Uje melajukan motornya dengan kencang. “Melihat dampak tabrakan, kami perkirakan kecepatan motor korban saat itu di atas 70 kilometer per jam,” terang Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Hindarsono.
Dalam kondisi melaju kencang Uje mendapati tikungan kecil di JalanGedung Hijau itu. Namun, menjelang tikungan terdapat gundukan aspal. Meski tidak tinggi, gundukan itu sudah cukup membuat motor yang dikendarai Uje gagal berbelok. Uje pun tidak mampu menguasai kendaraannya, dan motor tersebut menghantam pohon palem di depan rumah nomor 17.

Ayah tiga anak itu terpelanting dari motornya sejauh lima meter usai menabrak pohon. Sementara, motor berwarna hijau itu terlempar dan terseret hingga sejauh 20 meter. Kerasnya tabrakan diungkapkan oleh Suyono, penjaga rumah yang pohonnya ditabrak Uje.

“Saya di dalam rumah mendengar suara tabrakan yang keras. Saat saya keluar, korban sudah diangkat oleh rekan-rekannya dan digotong menuju taksi,” ujar pria 44 tahun itu. Dia melihat hidung dan bibir Uje terus mengalirkan darah. Helmnya terlepas dari kepala, sementara bagian depan motornya rusak parah.

Uje langsung dilarikan ke RS dan tidak lama kemudian sejumlah polisi datang. Upaya rekan-rekan Uje membawa dia ke RS Pondok Indah pun berakhir duka. Uje memang sempat mendapat perawatan, namun nyawanya tidak tertolong. “Dia mengalami luka di tempurung kepala sebelah kiri,” ujar Hindarsono.

Menurut Hindarsono, helm yang dipakai Uje sebenarnya merupakan helm jenis full face dan berkualitas baik. Namun, saat kejadian Uje membukanya sehingga menjadi half face. Faktor lain dalam kecelakaan tersebut adalah penerangan jalan yang lemah, sehingga jalanan di situ tampak remang.
“Untuk kelengkapan berkendara tidak ada masalah. Korban sudah melengkapi diri dengan SIM dan STNK,” lanjut Hindarsono. Saat ini, motor Uje diamankan di Mapolres Metro Jakarta Barat. (jan/byu/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/