JAKARTA-Potensi terjadinya tindakan teror masih tinggi di Indonesia. Menjelang perayaan Idul Fitri, petugas anti teror dan tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam posisi siaga penuh. “Ada beberapa indikasi yang harus diwaspadai,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyad Mbai di Jakarta kemarin.
Dari operasi yang masih berjalan dan laporan intelijen, tiga kota masih menjadi hot spot atau wilayah dengan potensi serangan tinggi. Tiga daerah itu adalah Poso, Solo, dan Jakarta. “Masyarakat tidak perlu panik karena langkah “langkah pencegahan sudah berjalan,” kata mantan Kapolda Sumatera Utara itu.
Ansyaad juga meminta masyarakat tidak memberi angin kepada pelaku-pelaku teror untuk bebas melakukan aksi propaganda melalui website. Misalnya, kemunculan Santoso, pimpinan kelompok teror di Poso di YouTube beberapa waktu lalu.
“Mohon kita semua waspada, jangan terulang. Jangan memberi ruang kepada mereka untuk bebas melakukan propaganda. Karena beberapa website digunakan untuk corong mereka,”katanya.
Karena ancaman terorisme masih sangat serius, Ansyad meminta masyarakat tidak hanya menyerahkan pemberantasan terorisme kepada Densus 88. Apalagi beranggapan bahwa teroris hanya berlawanan dengan Polri. “Kelemahan kita selama ini adalah menganggap dia (teroris) hanya berlawanan pada Densus. Ini yang harus kita bangun, kebersamaan kita melawan terorisme,” katanya.
Upaya pencegahan aktivitas teror dengan memutus jaringan sudah dilakukan. Namun, terus saja terjadi di beberapa wilayah. Misalnya, kelompok yang baru saja diungkap di Tulungagung, Jawa Timur. “Laporkan sekecil apapun kegiatan orang atau sekelompok orang yang aneh dan tidak pas dengan norma “norma umum kita. Nanti polisi akan menindaklanjuti,” katanya.
Dari catatan koran ini , pada perayaan Lebaran 2012 lalu, Kota Solo diserang oleh sekelompok teroris. Serangan pertama terjadi pada 17 Agustus 2012 ketika pos pengamanan mudik di Gemblekan diberondong pelaku tidak dikenal. Serangan kedua keesokan hari, 18 Agustus 2012, saat pos pengamanan mudik di Gladak dilempar sebuah granat nanas. Serangan ketiga terjadi pada 30 Agustus 2012, saat sekelompok teroris menembaki pos polisi pasar modern Singosaren, Solo. Akibat dari tiga serangan, dua orang anggota polisi luka dan seorang tewas. Belakangan, dalang teror itu terungkap. Adalah, Farhan seorang anak muda , 18 tahun, yang memimpin sel belia itu. (rdl/jpnn)