25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Bomber Solo Ahmad Yosepa

Kirim Wasiat via Email

SOLO-Teka teki identitas bomber Solo sedikit terkuak. Memang belum bisa dipastikan 100 persen karena menunggu hasil uji laboratorium. Namun dari pengecekan fisik, hampir pasti bomber Solo adalah Ahmad Yosepa Hayat.
“Itu tadi sudah A1, pasti dia, Ahmad itu,” kata sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya, Senin (26/9). Ahmad Yosepa Hayat, punya pesan khusus untuk keluarganya.

Dia meminta agar anaknya setelah dewasa dimasukkan ke pesantren.
“Kami temukan sebuah pesan lewat email,” ujar sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) lainnya di lingkungan anti teror Polri tadi malam (26/09).

Semua barang bukti pengeboman GBIS sekarang ditangan Densus 88 Polri. Termasuk CPU komputer dari warnet sekitar gereja yang pernah dipakai pelaku. “Email itu dikirimkan ke sebuah mailing list (group),” tambahnya. Tim cybercrime Polri sedang memilah data-data itu sebagai bagian dari alat bukti digital forensik.

Apa bunyi lengkapnya? Perwira ini menjelaskan, pertimbangan tim, isinya belum akan dibeberkan pada media. “Atau tunggu besok saja (hari ini, Red) akan ada penjelasan lengkap di Mabes,” kata alumni kursus anti teror di Manila  yang hingga tadi malam masih di Solo ini.

Selain browsing situs arrahmah.com, diketahui Hayat juga membuka situs http://millahibrahim.wordpress.com/ yang isinya berupa ajakan jihad. “Sekarang tim sedang mencari jejak digital yang lain. Termasuk kemungkinan adanya rekaman video seperti yang dilakukan M Syarif sebelum mengebom masjid Mapolresta Cirebon,” tambahnya.
Tim penyidik juga sedang mencari orang yang menampung Hayat selama di Solo. “Dia masuk Solo sejak tiga hari yang lalu. Dari rekaman CCTV gereja terlihat hari Jumat sore (23/09) dia jelas punya penampung disini,” katanya.

Tim pembantu pengebom itu diduga juga menyiapkan bahan bahan bom. “Termasuk menyiapkan paku dan gotri-gotri,” katanya. Sebagian anggota Densus 88 sekarang berada di Klaten, Jawa Tengah untuk mengembangkan informasi.
Dari lima DPO kasus bom Cirebon (termasuk Hayat), hampir semuanya punya keterkaitan dengan sel Klaten. Yang dimaksud sel Klaten adalah kelompok pengebom amatir yang anggotanya pelajar-pelajar SMA. Mereka beraksi Desember 2010 di beberapa gereja namun gagal meledak. Komandannya, Atok, tertangkap Januari 2011. Atok adalah kolega Sigit Qurdowi (tewas), yang menurut Densus 88, pelatih M Syarif bomber Cirebon. Dari lima ini, ada dua yang bisa merakit bom. Mereka belajar dari Soghir mantan narapidana kasus bom Kedubes Australia 2004 yang juga telah ditangkap (Juni 2010).

Siang tadi sebenarnya keluarga Ahmad Yosepa didatangkan dengan menggunakan Kijang Innova berplat H ke RS Polri Kramatjati.

“Sudah diperiksa anak, istri, dan orangtuanya,” terang petugas itu.

Keluarga Ahmad Yosepa pun sudah meninggalkan RS Polri. Mereka datang dengan diam-diam, menyamar sebagai pasien biasa menuju sebuah tempat. Sedang jasad Ahmad Yosepa masih berada di RS Polri.

“Kita harus pastikan bahwa apa benar itu suami dan bapaknya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam.
Anton awalnya enggan menyebut siapa istri dan anak yang dibawa petugas. Namun saat ditanya apakah keduanya adalah istri dan anak Hayat? “Iya (Hayat), istrinya dan anaknya yang diambil karena lebih akurat,” jelasnya.
Menurut Anton, jenazah pelaku telah diotopsi dan diidentifikasi. Selanjutnya proses pencocokan DNA baru akan disampaikan besok, Selasa (27/9).

“Keluarga dari pada pelaku, istri dan anaknya. Untuk memastikan yang bersangkutan A tentu harus dilakukan tes DNA, agar objektif,” imbuhnya.

Anton menjelaskan istri dan anaknya saat ini dibawa ke Jakarta untuk langsung dites DNA di RS Polri. “Kita sudah tahu pelaku, tapi harus dibuktikan secara formal,” terangnya.

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, pria tersebut memang benar Ahmad Yosepa alias Ahmad Abu Dauh alias Raharjo.
Jika membandingkan foto Yosepa yang dirilis oleh Mabes Polri pada Juni lalu. Wajah pria tersebut sangat mirip dengan foto laki-laki yang diduga merupakan pelaku bom Solo. Foto tersebut dilansir oleh Reuters, Senin (26/9). Sekali pandang saja, dilihat dari bentuk muka, sudah bisa terlihat laki-laki tersebut sangat mirip dengan foto Ahmad Yosepa yang fotonya yang masuk dalam daftar 10 DPO Polri.

Kemiripan pertama terlihat pada dua tanda hitam di kening. Yosepa memiliki dua tanda hitam di keningnya. Begitu juga dengan pelaku bom Solo. Letak tanda berwarna hitam juga sangat mirip. Selain dua tanda tersebut, kemiripan juga terlihat dari bentuk dahi dan bentuk alis. Dahi Yosepa yang lebar sama persis dengan dahi pria yang telah melakukan bom bunuh diri dan mengakibatkan sejumlah orang luka-luka tersebut. Alis keduanya juga sama-sama tebal.

Hal yang sangat mirip juga terlihat di bentuk hidung. Hidung Yosepa sangat mirip dengan hidung pria yang diduga sebagai pelaku bom Solo tersebut. Yosepa memiliki hidung melebar di bagian bawah, sama persis dengan pembom Solo.

Kemiripan lainnya dapat dilihat dari bentuk bibir. Yosepa dan pria yang diduga terkait jaringan Cirebon ini sama-sama memiliki bentuk bibir tebal dan lebar. Namun pria di foto pelaku tampak sedikit lebih bengkak.

Jenazah terduga pelaku pengeboman di gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, langsung diidentifikasi oleh tim dokter kepolisian setibanya di RS Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (26/9) pagi. Identifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas jenazah.

“Sekarang kita sedang lakukan pemeriksaan. Semua kita akan lakukan, identifikasi sidik jari, DNA. Otopsi juga kita lakukan. Nanti hasilnya, kita akan bandingkan,” kata Kabid Kedokteran Kepolisian Pusdokkes Polri Kombes Anton P Castilani, Senin (26/9).

Setelah hasil pemeriksaan DNA dan sidik jari jenazah diperoleh, pihak kepolisian akan membandingkan dengan DNA dan sidik jari yang ada dalam bank data milik kepolisian. Terkait hal tersebut kepolisian menyatakan wajah terduga pelaku bom secara fisik mirip dengan seorang DPO bom Cirebon bernama Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo.

“Ya mirip secara fisik,” kata Kabag Penum Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (26/9).
Boy mengklaim diduga kuat pelaku bom gereja Kepunton terkait dengan pemboman yang dilakukan M Syarif di masjid Mapolres Cirebon pada 15 April 2011 lalu.

“Kita pernah meliris DPO itu ada 5. Nah itu salah satunya,” imbuhnya.

Sebagaimana yang disampaikan pihak Polri beberapa waktu lalu, 5 orang DPO terkait bom di Mapolres Cirebon, yakni Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo, Beni Asri, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Rian, dan Heru Komarudin, yang merupakan adik ipar Musola.
Namun meskipun demikian, pihak kepolisian belum berani memastikan sebelum memperoleh hasil pasti dari pemeriksaan DNA dan sidik jari.

Pelaku bom bunuh diri yang diyakini bernama Ahmad Yosepha alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo itu adalah warga Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. Kabar lainnya, Raharjo adalah warga Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem.

Camat Bulukerto Sriyanto yang dikonfirmasi wartawan kemarin memastikan bahwa tidak ada warga Desa Nadi yang bernama Raharjo. Dia mendapat kepastian itu setelah melakukan klarifikasi ke parangkat Desa Nadi. “Tadi pagi (kemarin) setelah mendapat kabar itu, saya dan polisi langsung mengumpulkan informasi. Tapi, hasilnya negatif. Kabar itu tidak terbukti,” katanya kemarin sore.

Hal yang sama juga dikatakan AKP Sukimin, Kapolsek Bulukerto. Nama-nama yang disebutkan itu termasuk foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran tidak ada di data miliknya. Dia juga menegaskan bahwa hingga kemarin sore, kabar bahwa pelaku bom bunuh diri di Solo merupakan warga Desa Nadi tidak terbukti. Hal itu didukung data dari Desa Nadi dan Kecamatan Bulukerto.

Sriyanto dan Sukimin tak membantah bahwa sempat muncul inisial AH, warga Desa Nadi yang dicurigai sebagai bomber yang meledakkan diri di Gereja Kepunton. Tapi, setelah dicocokkan datanya, termasuk mencocokkan foto, dipastikan bahwa AH bukan pelaku bom bunuh diri tersebut. Bahkan kemudian, orang yang sempat dicurigai itu berhasil terlacak dan sedang berada di Wonogiri kota.

Sedang Kepala Desa Nadi Sakatno kemarin juga mengaku tak kalah sibuk dengan aparat lainnya. Sebab, begitu mendapatkan kabar dari kecamatan bahwa ada informasi yang menyebutkan pelaku bom bunuh diri di Solo adalah warga Nadi, dia langsung mengumpulkan stafnya untuk melacak. Selain melacak langsung ke dusun-dusun, dia juga rela membongkar berkas dokumen kependudukan di kantornya untuk memastikan kabar tersebut.

Hasilnya, tidak ada temuan yang terkait dengan pelaku bom bunuh diri itu. Bahkan, Sakatno juga memastikan bahwa foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran dan di televisi bukan merupakan orang yang dikenali di Desa Nadi. “Tidak ada yang kenal dengan dia. Di sini kami juga tidak menemukan nama Raharjo, Ahmad Yosepha, atau Hayat. Warga tidak ada yang kenal,” katanya.

Sementara itu, kesibukan juga terjadi di Kecamatan Puh Pelem. Sebab, di saat pencarian di Bulukerto dilakukan, muncul kabar baru yang menyebutkan bahwa pelaku bom bunuh diri yang disebut-sebut bernama Raharjo itu berasal dari Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem. Tapi, kabar itu kemudian tidak terbukti. “Kami juga sempat melacak ke Giriharjo. Tapi, dia tidak dikenal di sini. Tidak ada warga yang mengenalinya,” kata Camat Puh Pelem Ahmad Trisetyawan Bambang Hermawan.

Kapolres Wonogiri AKBP Ni Ketut Swastika tak menampik kabar bahwa pelaku bom bunuh diri sempat disebutkan berasal dari Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto. Tapi setelah dicek dan dikoordinasikan ternyata kabar itu tidak benar. “Hasil koordinasi Alhamdulillah bukan,” kata dia.

Sakelar Dipencet Bom Meledak

Satu per satu bukti kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mulai dapat dianalisis polisi. Dari sekian banyak barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) ada satu yang menarik. Polisi menemukan rangkaian kabel dan sakelar yang dibawa bomber bunuh diri tersebut. Sakelar ini diduga kuat sebagai alat pemicu meledaknya bom yang dibawa pelaku.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Djihartono menyatakan, penyidik terus melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus bom bunuh diri itu. Dari hasil olah TKP, bom yang digunakan bomber itu memasang sakelar pada bom. Dengan sakelar ini, pelaku bisa menentukan kapan saja bom tersebut diledakkan. Sakelar ini diduga kuat menjadi detonator yang sengaja disiapkan oleh bomber.

Dalam kejadian Minggu (25/9) lalu, pelaku memilih meledakkan bom tersebut tepat di pintu masuk gereja. Kebetulan saat bom tersebut meledak, jemaat gereja tengah berjalan keluar ruang kebaktian menuju halaman. Beberapa korban luka pun mayoritas jemaat yang saat itu berada di sekitar pintu utama gereja.

“Hasil olah TKP kami mengamankan beberapa barang bukti. Di antaranya sakelar, paku dan baut yang pajang,” ungkap Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos), saat ditemui usai acara rapat koordinasi (Rakor) Asian Parliamentary Assembly (APA) di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Sedangkan paku dan baut tersebut kemungkinan menjadi tambahan amunisi yang dicampur di dalam bom bikinan pelaku. Paku dan baut tajam ini terlontar kala bom tersebut meledak. Paku  dan baut ini memang ditemukan di tubuh para korban luka yang saat itu berada dekat dengan pelaku. Tak hanya itu, paku-paku ini juga ditemukan bertebaran di sekitar lokasi ledakan.

Djihartono menyatakan, kemungkinan besar pelaku masuk saat kebaktian berakhir. Sayangnya, Djihartono enggan memastikan, pelaku tersebut sempat mengikuti kebaktian di dalam gereja. “Dari hasil penyelidikan di lapangan, dia masuk hanya sebentar kemudian berjalan menuju pintu utama. Di situlah kemudian bom tersebut meledak,” terang dia. Terkait adanya kemungkinan bom bunuh diri ini berhubungan dengan penemuan bahan peledak rakit di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi pada Lebaran lalu, Djihartono belum dapat memastikan.

Sebelum aksi bom bunuh diri di GBIS Minggu lalu, memang ada dua kejadian menonjol yang terjadi di Solo dan Boyolali. Saat Lebaran, polisi menemukan sebuah rangkaian bom aktif yang ditenggelamkan di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi Solo. Saat itu polisi menyatakan tak ada bahan peledak dalam rangkaian mirip bom tersebut. Namun dari data yang didapat koran ini, bom tersebut memiliki daya ledak yang cukup besar (high explosive).
Kejadian kedua di Boyolali. Berbekal informasi dan petunjuk yang didapat dari kenalannya di situs jejaring sosial Facebook berinisial AJ, seorang pemuda tamatan SMK di Kecamatan Colomadu berhasil membuat bom rakitan. Ibnu Aziz Rifai, 20, warga Dusun Pilangsari, Desa Potronayan, Kecamatan Nogosari, Boyolali, merangkai bom atas petunjuk AJ, warga Makassar.

Uniknya, instruksi keduanya belum pernah bertatap muka secara langsung. Petunjuk pembuatan bom  diberikan AJ kepada Ibnu melalui akun Facebook. Bahan baku bom yang digunakan berupa tabung elpiji, pupuk, gula pasir, serbuk belerang, serbuk besi, kabel, baterai, dan ponsel. Bahan-bahan tersebut dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah bom rakitan. Rangkaian bom ini diduga dirakit sebelum Lebaran.

Oleh Ibnu, bom tersebut diledakkan tepat pada Hari Raya Idul Fitri Rabu (31/8) lalu. Tempat uji coba peledakan bom dipilih di sebuah ladang kering dekat dusun setempat. Namun wilayahnya masuk Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Meski sudah setengah bulan bom ini diledakkan, namun kasus ini baru terungkap kemarin (14/9).
Satu tim dari Labfor Polda Jateng turun ke TKP mengecek bekas ledakan. Ledakan bom rakitan ini terdengar hingga radius dua kilometer. saking dahsyatnya, di lokasi ledakan meninggalkan bekas lubang sedalam 40 centimeter dengan diameter 90 centimeter.

Polisi Amankan Tas Milik Terduga Pelaku

Tercatat ada 15 orang yang diperiksa oleh polisi. Ke-15 orang yang diperiksa di antaranya berasal dari jemaat, pendeta dan pengurus GBIS.

Tak hanya itu, polisi juga meminta keterangan dari Rina Kristianingsih, penjaga warnet Solonet. Penjaga warnet ini diperiksa lantaran sebelumnya, terduga pelaku juga sempat mampir ke Solonet. Bahkan orang tersebut menitipkan tas kepada Rina.

Kabid Humas Polda Jateng Kombespol Djihartono mengatakan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Gegana masih menyelidiki identitas pelaku bom bunuh diri itu. Dalam penyelidikan itu, polisi juga melakukan tes DNA. Sampel darah pelaku diambil untuk dicocokkan dengan beberapa orang yang diduga punya ikatan keluarga dengan bomber itu. “Sampai saat ini sudah ada sejumlah 15 orang saksi yang telah dimintai keterangan. Jika memang dibutuhkan keterangan saksi lain, pasti akan dilakukan,” tuturnya.

Kasus itu langsung ditangani Densus 88. Jadi siapa saja yang dites DNA yang tahu Densus 88. Jika sudah ditemukan, pasti akan diinfomasikan oleh Mabes Polri,” kata Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos) saat ditemui di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Setelah hasil tes DNA dapat diketahui apa ada hubungan dengan empat orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris jaringan Cirebon. Saat ditanya apa pelaku berasal dari daerah Wonogiri, Djihartono menegaskan belum mengetahui informasi itu. Tetapi pihaknya terus menyelidiki semua pihak yang ada kaitan dengan kasus terorisme.
Selain itu, kepolisian mengamankan dua barang bukti dari warnet Solonet itu yaitu sebuah central processor unit (CPU) komputer dan rekaman closed circuit television (CCTV) milik warnet. Tak hanya itu sebuah tas ransel milik pelaku yang dititipkan di warnet juga ikut dibawa polsi.

Dari hasil penyelidikan polisi dalam rekaman CCTV yang ada di warnet tersebut, terlihat pelaku yang sempat menyewa internet di lokasi itu. Pelaku yang terekam di CCTV warnet itu memiliki kesamaan dengan pelaku yang terekam di dalam gereja. “Hasil CCTV di warnet dan gereja sama. Pelaku yang menyewa internet itu sama dengan pelaku yang di gereja,” ungkapnya. (udi/aw/nan/rdl/dim/wir/pri/jpnn)

Kirim Wasiat via Email

SOLO-Teka teki identitas bomber Solo sedikit terkuak. Memang belum bisa dipastikan 100 persen karena menunggu hasil uji laboratorium. Namun dari pengecekan fisik, hampir pasti bomber Solo adalah Ahmad Yosepa Hayat.
“Itu tadi sudah A1, pasti dia, Ahmad itu,” kata sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya, Senin (26/9). Ahmad Yosepa Hayat, punya pesan khusus untuk keluarganya.

Dia meminta agar anaknya setelah dewasa dimasukkan ke pesantren.
“Kami temukan sebuah pesan lewat email,” ujar sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) lainnya di lingkungan anti teror Polri tadi malam (26/09).

Semua barang bukti pengeboman GBIS sekarang ditangan Densus 88 Polri. Termasuk CPU komputer dari warnet sekitar gereja yang pernah dipakai pelaku. “Email itu dikirimkan ke sebuah mailing list (group),” tambahnya. Tim cybercrime Polri sedang memilah data-data itu sebagai bagian dari alat bukti digital forensik.

Apa bunyi lengkapnya? Perwira ini menjelaskan, pertimbangan tim, isinya belum akan dibeberkan pada media. “Atau tunggu besok saja (hari ini, Red) akan ada penjelasan lengkap di Mabes,” kata alumni kursus anti teror di Manila  yang hingga tadi malam masih di Solo ini.

Selain browsing situs arrahmah.com, diketahui Hayat juga membuka situs http://millahibrahim.wordpress.com/ yang isinya berupa ajakan jihad. “Sekarang tim sedang mencari jejak digital yang lain. Termasuk kemungkinan adanya rekaman video seperti yang dilakukan M Syarif sebelum mengebom masjid Mapolresta Cirebon,” tambahnya.
Tim penyidik juga sedang mencari orang yang menampung Hayat selama di Solo. “Dia masuk Solo sejak tiga hari yang lalu. Dari rekaman CCTV gereja terlihat hari Jumat sore (23/09) dia jelas punya penampung disini,” katanya.

Tim pembantu pengebom itu diduga juga menyiapkan bahan bahan bom. “Termasuk menyiapkan paku dan gotri-gotri,” katanya. Sebagian anggota Densus 88 sekarang berada di Klaten, Jawa Tengah untuk mengembangkan informasi.
Dari lima DPO kasus bom Cirebon (termasuk Hayat), hampir semuanya punya keterkaitan dengan sel Klaten. Yang dimaksud sel Klaten adalah kelompok pengebom amatir yang anggotanya pelajar-pelajar SMA. Mereka beraksi Desember 2010 di beberapa gereja namun gagal meledak. Komandannya, Atok, tertangkap Januari 2011. Atok adalah kolega Sigit Qurdowi (tewas), yang menurut Densus 88, pelatih M Syarif bomber Cirebon. Dari lima ini, ada dua yang bisa merakit bom. Mereka belajar dari Soghir mantan narapidana kasus bom Kedubes Australia 2004 yang juga telah ditangkap (Juni 2010).

Siang tadi sebenarnya keluarga Ahmad Yosepa didatangkan dengan menggunakan Kijang Innova berplat H ke RS Polri Kramatjati.

“Sudah diperiksa anak, istri, dan orangtuanya,” terang petugas itu.

Keluarga Ahmad Yosepa pun sudah meninggalkan RS Polri. Mereka datang dengan diam-diam, menyamar sebagai pasien biasa menuju sebuah tempat. Sedang jasad Ahmad Yosepa masih berada di RS Polri.

“Kita harus pastikan bahwa apa benar itu suami dan bapaknya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam.
Anton awalnya enggan menyebut siapa istri dan anak yang dibawa petugas. Namun saat ditanya apakah keduanya adalah istri dan anak Hayat? “Iya (Hayat), istrinya dan anaknya yang diambil karena lebih akurat,” jelasnya.
Menurut Anton, jenazah pelaku telah diotopsi dan diidentifikasi. Selanjutnya proses pencocokan DNA baru akan disampaikan besok, Selasa (27/9).

“Keluarga dari pada pelaku, istri dan anaknya. Untuk memastikan yang bersangkutan A tentu harus dilakukan tes DNA, agar objektif,” imbuhnya.

Anton menjelaskan istri dan anaknya saat ini dibawa ke Jakarta untuk langsung dites DNA di RS Polri. “Kita sudah tahu pelaku, tapi harus dibuktikan secara formal,” terangnya.

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, pria tersebut memang benar Ahmad Yosepa alias Ahmad Abu Dauh alias Raharjo.
Jika membandingkan foto Yosepa yang dirilis oleh Mabes Polri pada Juni lalu. Wajah pria tersebut sangat mirip dengan foto laki-laki yang diduga merupakan pelaku bom Solo. Foto tersebut dilansir oleh Reuters, Senin (26/9). Sekali pandang saja, dilihat dari bentuk muka, sudah bisa terlihat laki-laki tersebut sangat mirip dengan foto Ahmad Yosepa yang fotonya yang masuk dalam daftar 10 DPO Polri.

Kemiripan pertama terlihat pada dua tanda hitam di kening. Yosepa memiliki dua tanda hitam di keningnya. Begitu juga dengan pelaku bom Solo. Letak tanda berwarna hitam juga sangat mirip. Selain dua tanda tersebut, kemiripan juga terlihat dari bentuk dahi dan bentuk alis. Dahi Yosepa yang lebar sama persis dengan dahi pria yang telah melakukan bom bunuh diri dan mengakibatkan sejumlah orang luka-luka tersebut. Alis keduanya juga sama-sama tebal.

Hal yang sangat mirip juga terlihat di bentuk hidung. Hidung Yosepa sangat mirip dengan hidung pria yang diduga sebagai pelaku bom Solo tersebut. Yosepa memiliki hidung melebar di bagian bawah, sama persis dengan pembom Solo.

Kemiripan lainnya dapat dilihat dari bentuk bibir. Yosepa dan pria yang diduga terkait jaringan Cirebon ini sama-sama memiliki bentuk bibir tebal dan lebar. Namun pria di foto pelaku tampak sedikit lebih bengkak.

Jenazah terduga pelaku pengeboman di gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, langsung diidentifikasi oleh tim dokter kepolisian setibanya di RS Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (26/9) pagi. Identifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas jenazah.

“Sekarang kita sedang lakukan pemeriksaan. Semua kita akan lakukan, identifikasi sidik jari, DNA. Otopsi juga kita lakukan. Nanti hasilnya, kita akan bandingkan,” kata Kabid Kedokteran Kepolisian Pusdokkes Polri Kombes Anton P Castilani, Senin (26/9).

Setelah hasil pemeriksaan DNA dan sidik jari jenazah diperoleh, pihak kepolisian akan membandingkan dengan DNA dan sidik jari yang ada dalam bank data milik kepolisian. Terkait hal tersebut kepolisian menyatakan wajah terduga pelaku bom secara fisik mirip dengan seorang DPO bom Cirebon bernama Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo.

“Ya mirip secara fisik,” kata Kabag Penum Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (26/9).
Boy mengklaim diduga kuat pelaku bom gereja Kepunton terkait dengan pemboman yang dilakukan M Syarif di masjid Mapolres Cirebon pada 15 April 2011 lalu.

“Kita pernah meliris DPO itu ada 5. Nah itu salah satunya,” imbuhnya.

Sebagaimana yang disampaikan pihak Polri beberapa waktu lalu, 5 orang DPO terkait bom di Mapolres Cirebon, yakni Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo, Beni Asri, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Rian, dan Heru Komarudin, yang merupakan adik ipar Musola.
Namun meskipun demikian, pihak kepolisian belum berani memastikan sebelum memperoleh hasil pasti dari pemeriksaan DNA dan sidik jari.

Pelaku bom bunuh diri yang diyakini bernama Ahmad Yosepha alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo itu adalah warga Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. Kabar lainnya, Raharjo adalah warga Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem.

Camat Bulukerto Sriyanto yang dikonfirmasi wartawan kemarin memastikan bahwa tidak ada warga Desa Nadi yang bernama Raharjo. Dia mendapat kepastian itu setelah melakukan klarifikasi ke parangkat Desa Nadi. “Tadi pagi (kemarin) setelah mendapat kabar itu, saya dan polisi langsung mengumpulkan informasi. Tapi, hasilnya negatif. Kabar itu tidak terbukti,” katanya kemarin sore.

Hal yang sama juga dikatakan AKP Sukimin, Kapolsek Bulukerto. Nama-nama yang disebutkan itu termasuk foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran tidak ada di data miliknya. Dia juga menegaskan bahwa hingga kemarin sore, kabar bahwa pelaku bom bunuh diri di Solo merupakan warga Desa Nadi tidak terbukti. Hal itu didukung data dari Desa Nadi dan Kecamatan Bulukerto.

Sriyanto dan Sukimin tak membantah bahwa sempat muncul inisial AH, warga Desa Nadi yang dicurigai sebagai bomber yang meledakkan diri di Gereja Kepunton. Tapi, setelah dicocokkan datanya, termasuk mencocokkan foto, dipastikan bahwa AH bukan pelaku bom bunuh diri tersebut. Bahkan kemudian, orang yang sempat dicurigai itu berhasil terlacak dan sedang berada di Wonogiri kota.

Sedang Kepala Desa Nadi Sakatno kemarin juga mengaku tak kalah sibuk dengan aparat lainnya. Sebab, begitu mendapatkan kabar dari kecamatan bahwa ada informasi yang menyebutkan pelaku bom bunuh diri di Solo adalah warga Nadi, dia langsung mengumpulkan stafnya untuk melacak. Selain melacak langsung ke dusun-dusun, dia juga rela membongkar berkas dokumen kependudukan di kantornya untuk memastikan kabar tersebut.

Hasilnya, tidak ada temuan yang terkait dengan pelaku bom bunuh diri itu. Bahkan, Sakatno juga memastikan bahwa foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran dan di televisi bukan merupakan orang yang dikenali di Desa Nadi. “Tidak ada yang kenal dengan dia. Di sini kami juga tidak menemukan nama Raharjo, Ahmad Yosepha, atau Hayat. Warga tidak ada yang kenal,” katanya.

Sementara itu, kesibukan juga terjadi di Kecamatan Puh Pelem. Sebab, di saat pencarian di Bulukerto dilakukan, muncul kabar baru yang menyebutkan bahwa pelaku bom bunuh diri yang disebut-sebut bernama Raharjo itu berasal dari Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem. Tapi, kabar itu kemudian tidak terbukti. “Kami juga sempat melacak ke Giriharjo. Tapi, dia tidak dikenal di sini. Tidak ada warga yang mengenalinya,” kata Camat Puh Pelem Ahmad Trisetyawan Bambang Hermawan.

Kapolres Wonogiri AKBP Ni Ketut Swastika tak menampik kabar bahwa pelaku bom bunuh diri sempat disebutkan berasal dari Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto. Tapi setelah dicek dan dikoordinasikan ternyata kabar itu tidak benar. “Hasil koordinasi Alhamdulillah bukan,” kata dia.

Sakelar Dipencet Bom Meledak

Satu per satu bukti kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mulai dapat dianalisis polisi. Dari sekian banyak barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) ada satu yang menarik. Polisi menemukan rangkaian kabel dan sakelar yang dibawa bomber bunuh diri tersebut. Sakelar ini diduga kuat sebagai alat pemicu meledaknya bom yang dibawa pelaku.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Djihartono menyatakan, penyidik terus melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus bom bunuh diri itu. Dari hasil olah TKP, bom yang digunakan bomber itu memasang sakelar pada bom. Dengan sakelar ini, pelaku bisa menentukan kapan saja bom tersebut diledakkan. Sakelar ini diduga kuat menjadi detonator yang sengaja disiapkan oleh bomber.

Dalam kejadian Minggu (25/9) lalu, pelaku memilih meledakkan bom tersebut tepat di pintu masuk gereja. Kebetulan saat bom tersebut meledak, jemaat gereja tengah berjalan keluar ruang kebaktian menuju halaman. Beberapa korban luka pun mayoritas jemaat yang saat itu berada di sekitar pintu utama gereja.

“Hasil olah TKP kami mengamankan beberapa barang bukti. Di antaranya sakelar, paku dan baut yang pajang,” ungkap Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos), saat ditemui usai acara rapat koordinasi (Rakor) Asian Parliamentary Assembly (APA) di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Sedangkan paku dan baut tersebut kemungkinan menjadi tambahan amunisi yang dicampur di dalam bom bikinan pelaku. Paku dan baut tajam ini terlontar kala bom tersebut meledak. Paku  dan baut ini memang ditemukan di tubuh para korban luka yang saat itu berada dekat dengan pelaku. Tak hanya itu, paku-paku ini juga ditemukan bertebaran di sekitar lokasi ledakan.

Djihartono menyatakan, kemungkinan besar pelaku masuk saat kebaktian berakhir. Sayangnya, Djihartono enggan memastikan, pelaku tersebut sempat mengikuti kebaktian di dalam gereja. “Dari hasil penyelidikan di lapangan, dia masuk hanya sebentar kemudian berjalan menuju pintu utama. Di situlah kemudian bom tersebut meledak,” terang dia. Terkait adanya kemungkinan bom bunuh diri ini berhubungan dengan penemuan bahan peledak rakit di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi pada Lebaran lalu, Djihartono belum dapat memastikan.

Sebelum aksi bom bunuh diri di GBIS Minggu lalu, memang ada dua kejadian menonjol yang terjadi di Solo dan Boyolali. Saat Lebaran, polisi menemukan sebuah rangkaian bom aktif yang ditenggelamkan di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi Solo. Saat itu polisi menyatakan tak ada bahan peledak dalam rangkaian mirip bom tersebut. Namun dari data yang didapat koran ini, bom tersebut memiliki daya ledak yang cukup besar (high explosive).
Kejadian kedua di Boyolali. Berbekal informasi dan petunjuk yang didapat dari kenalannya di situs jejaring sosial Facebook berinisial AJ, seorang pemuda tamatan SMK di Kecamatan Colomadu berhasil membuat bom rakitan. Ibnu Aziz Rifai, 20, warga Dusun Pilangsari, Desa Potronayan, Kecamatan Nogosari, Boyolali, merangkai bom atas petunjuk AJ, warga Makassar.

Uniknya, instruksi keduanya belum pernah bertatap muka secara langsung. Petunjuk pembuatan bom  diberikan AJ kepada Ibnu melalui akun Facebook. Bahan baku bom yang digunakan berupa tabung elpiji, pupuk, gula pasir, serbuk belerang, serbuk besi, kabel, baterai, dan ponsel. Bahan-bahan tersebut dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah bom rakitan. Rangkaian bom ini diduga dirakit sebelum Lebaran.

Oleh Ibnu, bom tersebut diledakkan tepat pada Hari Raya Idul Fitri Rabu (31/8) lalu. Tempat uji coba peledakan bom dipilih di sebuah ladang kering dekat dusun setempat. Namun wilayahnya masuk Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Meski sudah setengah bulan bom ini diledakkan, namun kasus ini baru terungkap kemarin (14/9).
Satu tim dari Labfor Polda Jateng turun ke TKP mengecek bekas ledakan. Ledakan bom rakitan ini terdengar hingga radius dua kilometer. saking dahsyatnya, di lokasi ledakan meninggalkan bekas lubang sedalam 40 centimeter dengan diameter 90 centimeter.

Polisi Amankan Tas Milik Terduga Pelaku

Tercatat ada 15 orang yang diperiksa oleh polisi. Ke-15 orang yang diperiksa di antaranya berasal dari jemaat, pendeta dan pengurus GBIS.

Tak hanya itu, polisi juga meminta keterangan dari Rina Kristianingsih, penjaga warnet Solonet. Penjaga warnet ini diperiksa lantaran sebelumnya, terduga pelaku juga sempat mampir ke Solonet. Bahkan orang tersebut menitipkan tas kepada Rina.

Kabid Humas Polda Jateng Kombespol Djihartono mengatakan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Gegana masih menyelidiki identitas pelaku bom bunuh diri itu. Dalam penyelidikan itu, polisi juga melakukan tes DNA. Sampel darah pelaku diambil untuk dicocokkan dengan beberapa orang yang diduga punya ikatan keluarga dengan bomber itu. “Sampai saat ini sudah ada sejumlah 15 orang saksi yang telah dimintai keterangan. Jika memang dibutuhkan keterangan saksi lain, pasti akan dilakukan,” tuturnya.

Kasus itu langsung ditangani Densus 88. Jadi siapa saja yang dites DNA yang tahu Densus 88. Jika sudah ditemukan, pasti akan diinfomasikan oleh Mabes Polri,” kata Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos) saat ditemui di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Setelah hasil tes DNA dapat diketahui apa ada hubungan dengan empat orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris jaringan Cirebon. Saat ditanya apa pelaku berasal dari daerah Wonogiri, Djihartono menegaskan belum mengetahui informasi itu. Tetapi pihaknya terus menyelidiki semua pihak yang ada kaitan dengan kasus terorisme.
Selain itu, kepolisian mengamankan dua barang bukti dari warnet Solonet itu yaitu sebuah central processor unit (CPU) komputer dan rekaman closed circuit television (CCTV) milik warnet. Tak hanya itu sebuah tas ransel milik pelaku yang dititipkan di warnet juga ikut dibawa polsi.

Dari hasil penyelidikan polisi dalam rekaman CCTV yang ada di warnet tersebut, terlihat pelaku yang sempat menyewa internet di lokasi itu. Pelaku yang terekam di CCTV warnet itu memiliki kesamaan dengan pelaku yang terekam di dalam gereja. “Hasil CCTV di warnet dan gereja sama. Pelaku yang menyewa internet itu sama dengan pelaku yang di gereja,” ungkapnya. (udi/aw/nan/rdl/dim/wir/pri/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/