Semburan Berlangsung 30 Menit
PADANG-Warga di sekitar kaki Gunung Marapi dikejutkan dengan suara letusan dari puncak Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) Rabu (26/9) pukul 16.45 WIB. Letusan dengan ketinggian 1.500 meter dan merupakan yang terbesar dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Sedangkan semburan kepundan berlangsung hampir 30 menit.
Letusan menyemburkan abu vulkanik kelam setinggi sekitar 100 meter lebih. Abu berarak ke wilayah timur dan turun di sekitar Salimpauang dan Sungaitarab, Kabupaten Tanahdatar. Dari wilayah Kota Padangpanjang, letusan tidak terlihat dengan jelas karena seluruh kawasan gunung diliputi awan tebal. Namun, dari Nagari Aia Angek (sekitar 3 km dari puncak) kepundan terlihat jelas. Bunyi letusan terdengar jelas.
Warga mengaku letusan tersebut adalah yang terkuat dari letusan yang pernah terjadi sebelumnya. Wali Nagari Aia Angek, Rosman Subara mengatakan, hingga pukul 18.00 WIB letusan kecil masih terus terjadi. Namun, intensitas tidak sebesar letusan pertama. ‘“Warga tidak panik. Untuk sementara keadaan masih aman,” sebutnya.
Berdasarkan pengalaman ketika terjadi letusan sekitar setahun lalu, kata Rosman, abu vulkanik berdampak buruk bagi pertanian. Tanaman seperti lobak dan wortel mengalami pembusukan. Selain itu, ikan yang dipelihara di kolam-kolam terbuka juga mati karena abu. “Namun, kali ini abunya tidak begitu tebal, mudah-mudahan efeknya tidak begitu parah,” kata Rosman.
Petugas pengamat Gunung Marapi, Parmo dan Ujang kepada POSMETRO (Group Sumut Pos) menyebut, sejak letusan besar pada 3 Agustus 2011, dengan ketinggian letusan abu vulkanik mencapai 1.000 meter, aktivitas Gunung Marapi yang mempunyai ketinggian 2891,3 meter di atas permukaan laut, masih normal.
Letusan Rabu sore disertai dengan dentuman yang terdengar jelas ke Padangpanjang, bahkan sampai ke Kamang Hilir, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam yang berjarak sekitar 20 km dari puncak kawah. “Bulan ini aktivitas Marapi normal yaitu, letusan vulkanik 12 kali, vukanik dangkal 21 kali. Kemudian letusan 5 kali, hembusan 8 kali, tektonik lokal 8 kali dan tektonik jauh 30 kali,” jelas Parmo.(hsb/muh/wan)