Bertabrakan lalu tenggelam
JAKARTA- Kisah pilu kembali terjadi dalam dunia transportasi Indonesia. Kemarin, kapal KMP Bahuga Jaya tenggelam setelah ditabrak lambung kanannya oleh kapal tanker Norgas Cathinka yang berbendera Singapura. Sebanyak tujuh penumpang meninggal dunia, sedangkan penumpang selamat termasuk anak buah kapal ada 215 orang.
Kejadian naas itu terjadi antara pukul 04.45 – 05.00 kemarin. Subuh mencekam itu terjadi setelah KMP Bahuga Jaya bertolak dari pelabuhan Merak, Banten menuju Bakauheni, Lampung sekitar pukul 03.08. Di dalam kapal terdapat sekitar 219 orang dan 78 kendaran bermotor.
Kepal Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho merinci ada 10 kendaraan roda dua, 22 unit mobil pribadi, 11 pick up, 17 colt diesel, dan 18 truk Fuso. Saat berangkat tidak ada tanda-tanda kapal bermasalah alias layak mengarungi lautan. Kapal berlayar dengan kecepatan kurang lebih 10 knot. Masalah terjadi saat memasuki Pulau Sangiang, KMP Bahuga Jaya “bertemu” kapal Norgas. Jarak yang terlalu dekat membuat kapal milik PT. Atosim Lampung Pelayaran itu berinisiatif untuk memutar haluan ke arah kiri. Maksudnya, untuk memberi jalan kapal Norgas.
Kapal Norgas ternyata punya inisiatif yang sama, nahkoda memutar haluan ke kanan. Tapi, maksud baik itu malah berujung petaka. Ternyata lambung kanan KMP Bahuga Jaya tertabrak dan robek. Air lantas masuk dan membuat keseimbangan kapal yang dinahkodai Sahat Marulitua Manurung (39) itu kacau.
Sebelum kejadian, sejumlah saksi mengaku sempat mendengar suara klakson kapal bersahut-sahutan. Tak lama kemudian, benturan keras terjadi. “Saya sedang tidur di dek paling bawah, tiba-tiba benturan itu terjadi sampai saya terjatuh dari kursi mobil,” ujar Firman (38), sopir profit yang hendak mengantarkan mobil ke Pekanbaru, kepada Radar Banten (grup JPNN) di kantor Pelabuhan Merak.
Para sopir yang terbangun langsung panik. Firman beserta para sopir lainnya langsung berhamburan menuju tangga ke arah dek paling atas kapal. Naas, Firman mengatakan banyak sekali sopir dan kernet yang terlambat menyelamatkan diri. “Banyak yang tidak bisa keluar mobil karena pintu sulit dibuka setelah air masuk dari segala arah. Mereka semua menjerit meminta tolong, suara itu langsung menghilang setelah mereka tenggelam. Itu semua terjadi hanya dalam hitungan menit,” katanya.
Senada dikatakan Budi Ramdani (35), penumpang lainnya asal Tangerang. Kepada Radar Banten (grup JPNN) ia mengatakan, para ABK tidak mencoba menenangkan para penumpang. Mereka hanya mengeluarkan pelampung dan membiarkannya di lantai kapal kemudian kabur. “Mereka (ABK) orang-orang yang paling pertama kabur. Saya lihat mereka berusaha menurunkan sekoci, namun karena rusak, mereka terjun duluan,” katanya.
Sementara dalam situasi kebingungan, Budi dan puluhan penumpang lain lari ke arah kiri kapal. Hanya butuh beberapa menit saja, kapal terus miring ke arah kanan. Ini membuat para penumpang bergelantungan di pinggir kiri kapal.
Namun, kapal yang sebelumnya miring tiba-tiba langsung kembali ke posisi semua dengan cepat. Sejumlah penumpang yang bergelantungan jatuh ke dalam air. Sementara beberapa penumpang lain berhasil bertahan di pinggiran kapal.
Tak lama kemudian, kapal kembali miring. Namun kali ini bagian depan kapal masuk ke dalam air dan tenggelam. Ini membuat seluruh penumpang yang masih bertahan di kapal terjun ke dalam air.
Dalam kurun waktu 30 menit , kapal buatan Norwegia yang dibuat pada 1992 itu tenggelam ke dasar laut. Diperkirakan ada penumpang yang ikut tenggelam.
“Saya pakai pelampung tapi tetap saja seperti mau tenggelam, akhirnya ada sekoci terbalik keluar dari dalam air. Saya dan beberapa penumpang lainnya berpegangan di sekoci itu,” katanya. “Saya terombang-ambing hampir satu jam lamanya. Kemudian saya diselamatkan kapal dari arah Lampung (KMP Mufidah-red) katanya.
Sementara kapal tanker MT Norgas Chatinka setelah menabrak KMP Bahuga Jaya berusaha kabur. Kurang lebih satu jam setelah kejadian, Ditpolair Polda Banten melakukan pengejaran terhadap kapal Norgas yang baru saja bertolak dari Kota Durban, Provinsi Kwazulu Natal, Afrika Selatan.
Nahkoda KMP Bahuga Jaya Sahat Marulitua Manurung menjalani pemeriksaan di Administrator Pelabuhan (Adpel) Klas II Banten. Sementara nahkoda MT Norgas Chatinka diperiksa Polda Lampung.
Menurut catatan, lokasi tenggelamnya kapal ada di sekitar empat mil pelabuhan Bakauheni atau dua mil dari Pulau Rimau Balak. Kabar tenggelamnya kapal langsung direspon cepat oleh otoritas pelabuhan dengan melakukan evakuasi. Namun, cepatnya proses tenggelam membuat delapan orang meninggal dunia.
“Tujuh penumpang meninggal dunia,” tuturnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Suroyo Alimuso membenarkan kalau 215 penumpang selamat. Total penumpang sendiri diperkirakan berjumlah sekitar 222 orang termasuk ABK dan perwira kapal. Menurutnya, evakuasi dilakukan oleh kapal-kapal yang saat kejadian sedang sandar di Pelabuhan Merak dan Bakauheni.
Terkait penyebab tabrakan, apakah murni kecelakaan atau human error masih dilakukan pengecekan. Dikatakan kalau tabrakan kapal jarang terjadi di Indonesia, dia menduga kalau lalu-lintas kapal makin padat. Bagaimana dengan kelaikan kapal? Dia memastikan kalau KMP Bahuga tidak kelebihan muatan saat berangkat.
Terpisah, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Mabes Polri, Inspektur Jenderal Agus Rianto menurutkan kalau pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan itu. Dia belum bisa memberikan kesimpulan apapun terkait kejadian nahas tersebut. “Ditangani oleh Polda Lampung dibantu Polda Banten,” katanya.
Dia juga menjelaskan kalau saat kejadian cuaca dilokasi cerah. Jadi, kecil kemungkinan kalau diakibatkan oleh cuaca. Dia hanya bisa memastikan kalau penelusuran sementara kedua nahkoda berniat memberikan jalan dengan cara memutar haluan. “Tapi, tiba-tiba di TKP terjadi kecelakaan,” terangnya. (dim /jpnn)