BANDUNG- Ketegangan Indonesia dengan Malaysia kian meningkat, terakhir mengenai isu tapal batas di wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu, Sambas, Kalimantan Barat. Tapal batas di wilayah itu bergeser hingga1.499 hektar atau kehilangan 3,3 km persegi.
Demikian berdasarkan data dan dokumen peta serta data intelijen BAIS (Badan Intelijen Strategis) yang didapat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat ( Pemprov Kalbar).
Gubernur Provinsi Kalbar Cornelis mengatakan pemerintah pusat diminta untuk membeberkan apa isi memorandum of understanding (MoU) atau perjanjian RI dan Malaysia pada 1978, sehingga dapat diketahui secara lebih detail kenapa terjadi kehilangan 1.499 hektar atau bergesernya garis batas tersebut.
“Hal itu supaya masyarakat tahu secara transparan apa isi perjanjian tersebut, karena berdasarkan data dan dokumen peta yang kami miliki, jelas terjadi pergeseran garis batas,” ungkapnya, Rabu (26/10).
Dia memaparkan dari dokumen peta yang dibuat Belanda Van Doorn pada1905 dan 1906, serta peta Agraria Sambas Borneo Belanda First Edition 1944, terdapat kesamaan data bahwa Tanjung Datu dan Camar Bulan masuk wilayah RI. Tetapi, setelah dikomparasikan dengan peta keluaran 1978 ternyata Indonesia kehilangan 1.499 hektar.
Menurut Cornelis, sebaiknya masalah ini dilakukan diplomasi antara pemerintah RI dan Malaysia dengan bukti dan data yang dimiliki.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa Indonesia akan terlebih dahulu membicarakan hal tersebut untuk didengar negara-negara lain, bagi Indonesia perang jalan terakhir.
“Bagi setiap perselisihan konflik, kami akan dahulukan cara lain, cara damai, perang itu adalah jalan terakhir jika tak ada solusi lain,” tegasnya. (bbs/jpnn)