Site icon SumutPos

Peringati Tsunami, Warga Aceh Larut dalam Doa

MENGENANG TSUNAMI: Pengunjung melihat nama-nama korban tsunami yang meninggal saat gempa dan tsunami melanda Aceh 2004 silam, Senin (25/12).

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Memperingati 13 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh, ratusan masyarakat Aceh memadati sejumlah kuburan massal korban tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar. Suasana haru menyelimuti keluarga korban yang datang untuk berdoa.

Di kuburan massal Ule Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh tempat bersemayamnya 14.264 jiwa korban, warga mulai berdatangan sejak pagi. Walau bencana telah berlalu 13 tahun, duka kehilangan anggota keluarga serta sanak saudara masih tersisa.

Warga memilih kuburan massal untuk berdoa, berdasarkan keyakinan masing-masing. “Pada momen seperti ini, teringat terus sama orang tua, sewaktu itu (saat peristiwa tsunami) lagi sama suami di asrama PHB. Orang tua di sini, Blang Oi, di rumah,” ungkap Rohani, warga Banda Aceh.

Setiap peringatan tsunami, ia selalu terasa terus dengan kedua orang tuanya. “Di sini saya yakin mereka karena kontak batin, ada juga pergi ke kuburan lain. Di sini rutin pergi, orang bilang di sini, ya kita ke sini. Kontak batin,” ungkapnya lagi.

Hal serupa juga dikatakan Nasyidah, warga Gampong Blang Oi. Pada saat bencana tsunami ia kehilangan satu keluarga dari abangnya. “Walaupun jasad sang abang hingga sampai saat ini tidak diketahui dimana dimakamkan. Namun berdasarkan cerita dan mimpi yang ketemu abang ipar di belakang sini. Makanya saya kemari,” katanya.

Sementara di Aceh Besar, ratusan orang memadati halaman Masjid Al Ikhlas Gampong Meunasah Masjid, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (26/12). Kegiatan tersebut juga dihadiri tamu dari Korea, Jepang, Malaysia, Thailand, Yaman dan Myanmar.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, melalui peringatan ini, diharapkan jadi momentum untuk Aceh bangkit kembali pasca gempa dan tsunami 13 tahun lalu yang memporak-porandakan Aceh. “Ini momentum bagi masyarakat Aceh umumnya untuk membangun budaya siaga bencana di masa akan datang. Mari kita memperkuat kewaspadaan,” kata Irwandi.

Semangat pembangunan yang pesat setelah tsunami, kata Irwandi, harus dijadikan semangat untuk membangun Aceh lebih baik lagi. “Tapi dukungan dari masyarakat dunia kepada Aceh cukup luar biasa, ini yang membuat Aceh kembali bangkit secara perlahan-lahan hingga hari ini, ” katanya.

Ia juga mengapresiasi semua pihak dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Apalagi, masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan itu. Bagi masyarakat, lanjut Irwandi, harus memiliki sikap kewaspadaan sejak dini. Tanpa itu, bencana yang tiba akan memakan korban bisa lebih banyak lagi karena tanpa ada kesadaran untuk mengantisipasi bencana.

“Orang takkan punya kapasitas untuk memprediksi kapan bencana itu datang, tapi sikap was-was yang dimiliki harus selalu siaga. Jangan pernah berhenti berjuang. Inilah semangat yang bisa kita petik dari bencana yang pernah melanda kita,”ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi mengatakan, pemilihan Kecamatan Leupung sebagai lokasi utama penyelenggaraan peringatan tsunami didasarkan pada kejadian masa lalu. “Kecamatan ini juga mengalami dampak serius, akibat gempa dan gelombang tsunami yang menghancurkan harta benda dan korban ribuan nyawa masyarakat setempat,” ungkap Reza.

Sebelum kegiatan, unsur tamu undangan juga menyempatkan diri untuk berziarah ke makam korban tsunami di lokasi setempat. Peringatan tsunami ini turut dihadiri Anggota DPR Aceh, MPU, kepala SKPA, Bupati Aceh Besar dan tamu undangan lainnya.

Serupa dengan sejumlah kabupaten/kota di Aceh, warga Sabang juga larut dalam zikir dan doa bersama memperingati 13 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh. Kegiatan tersebut digelar serentak hampir di seluruh masjid dan meunasah, tak terkecuali di kawasan wisata bahari Gampong Iboih.

Khusus di kawasan wisata Gampong Iboih, kegiatan para wisatawan dihentikan selama lima jam dari pagi hingga menjelang siang. “Kita hentikan semua aktivitas para wisatawan untuk berwisata selama lima jam dari pagi pukul 07.00 WIB, sampai dengan pukul 12.00 WIB. Semua toko dan warung juga tutup, dalam tenggang waktu lima jam itu kita melakukan zikir dan doa bersama di Masjid,” kata Ketua Pariwisata Gampong Iboih Zulfikri.

Ia menyebutkan, kegiatan ini menjadi rutinitas tahunan memperingati musibah gempa bumi dan tsunami. Bahkan sudah menjadi aturan gampong setempat, yang diperkuat dengan qanun peraturan desa.

Semua aktivitas dihentikan, baik itu aktivitas wisata laut maupun aktivitas wisata di darat. “Artinya, aktivitas jual beli, aktivitas bahari semua dihentikan selama lima jam, setelah zikir dan doa bersama baru kita mulai kembali manjalankan aktivitas seperti semula,” terangnya.

Pengumuman penghentian aktivitas wisata bahari dan aktivitas jual- beli selama lima jam, jauh sebelumnya sudah dihimbau dan diumumkan melalui penyebaran selebaran ke sejumlah dinas, kantor desa, serta sejumlah media termasuk media sosial. “Alhamdulillah semua berjalan dengan baik, dan semua ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan semua pihak baik pemerintah, dinas terkait, aparat TNI/Polri juga seluruh masyarakat dan para perangkat gampong,” sebutnya.

Berikutnya peran Panglima Laot, dalam mengenang 13 tahun musibah gempa bumi dan tsunami ini. “Aktivitas melaut juga dihentikan, dan berlaku sejak 25 Desember pukul 18.00 WIB, dan aktivitas akan kembali 26 Desember pada pukul 18.00 WIB,” sebutnya. (han/ibi/mai/adz)

Exit mobile version