30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pemerintah Jajaki Tiongkok Atasi Masalah Perumahan

JAKARTA-Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menghitung, rata-rata kebutuhan rumah nasional mencapai 800 ribu unit pertahun. Pemerintah berpendapat, kebutuhan itu sulit tercapai jika ongkos membuat rumah masih tinggi. Kemenpera siap menjajaki kerjasama dengan Tiongkok untuk mengatasi kesulitan pembangunan rumah skala besar dan murah.

Menpera Suharso Monoarfa menjelaskan, kerjasama dengan negeri tirai bambu tersebut cukup penting. Sebab, dia menilai Tiongkok memiliki program tepat guna dalam pembangunan perumahan sekala besar. “Kami ingin menerapkannya disini (Indonesia),” ujar menteri 56 tahun itu.

Tingginya anggaran membangun rumah, terdapat dalam pos-pos tertentu. Diantaranya, asesoris rumah seperti pintu, kusen, jendela dan jamban. Rata-rata, untuk membangun rumah sederharap sehat (RSH) di kawasan berkembang, membutuhkan ongkos pokok Rp 3 juta per meter.

Dengan mencontoh teknologi di Tiongkok, Suharso berusaha menekan harga dari pos anggaran tersebut dengan membangun fasilitas yang bersifat umum. “Bisa murah jika bisa digunakan tiga hingga lima rumah sekaligus,” ucap dia.
Permulaan hubungan bilateral itu bakal dimulai dengan kunjungan studi bunding langsung ke Tiongkok. Di negeri tersebut, Suharso akan melihat langsung teknologi yang diterapkan membangun rumah dalam skala besar.
Suharso menyebutkan, kebutuhan perumahan terutama rumah murah untuk masyarakat Indonesia terus meningkat. Dia memperkirakan, seiring dengan jumlah pertambahan penduduk setiap tahun, perkembangan kebutuhan rumah nasional mencapai 710 ribu hingga 800 ribu unit pertahun.  (wan/jpnn)

JAKARTA-Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menghitung, rata-rata kebutuhan rumah nasional mencapai 800 ribu unit pertahun. Pemerintah berpendapat, kebutuhan itu sulit tercapai jika ongkos membuat rumah masih tinggi. Kemenpera siap menjajaki kerjasama dengan Tiongkok untuk mengatasi kesulitan pembangunan rumah skala besar dan murah.

Menpera Suharso Monoarfa menjelaskan, kerjasama dengan negeri tirai bambu tersebut cukup penting. Sebab, dia menilai Tiongkok memiliki program tepat guna dalam pembangunan perumahan sekala besar. “Kami ingin menerapkannya disini (Indonesia),” ujar menteri 56 tahun itu.

Tingginya anggaran membangun rumah, terdapat dalam pos-pos tertentu. Diantaranya, asesoris rumah seperti pintu, kusen, jendela dan jamban. Rata-rata, untuk membangun rumah sederharap sehat (RSH) di kawasan berkembang, membutuhkan ongkos pokok Rp 3 juta per meter.

Dengan mencontoh teknologi di Tiongkok, Suharso berusaha menekan harga dari pos anggaran tersebut dengan membangun fasilitas yang bersifat umum. “Bisa murah jika bisa digunakan tiga hingga lima rumah sekaligus,” ucap dia.
Permulaan hubungan bilateral itu bakal dimulai dengan kunjungan studi bunding langsung ke Tiongkok. Di negeri tersebut, Suharso akan melihat langsung teknologi yang diterapkan membangun rumah dalam skala besar.
Suharso menyebutkan, kebutuhan perumahan terutama rumah murah untuk masyarakat Indonesia terus meningkat. Dia memperkirakan, seiring dengan jumlah pertambahan penduduk setiap tahun, perkembangan kebutuhan rumah nasional mencapai 710 ribu hingga 800 ribu unit pertahun.  (wan/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/