30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Angin Topan Ancam Sumut

Siklon Bolaven Picu Banjir Bandang

JAKARTA-Cuaca tak menentu beberapa hari ini di Sumatera Utara, khususnya Medan, tak lain disebabkan oleh siklon tropis. Siklon tropis yang dapat diartikan sebagai angin topan itu diprediksi akan melanda beberapa kawasan di Sumut. Bahkan, bisa menyebabkan banjir bandang.

GELOMBANG: Sebuah kapal nelayan China melawan gelombang tinggi  kawasan Pulau Jeju, Korea Selatan, menjelang kedatangan angin topan bolaven, Senin (27/8). Angin topan juga masih mengancam beberapa kawasan  Sumatera Utara. Selain itu, angin topan bolaven juga bisa memicu banjir bandang.//AFP PHOTO/YONHAP
GELOMBANG: Sebuah kapal nelayan China melawan gelombang tinggi di kawasan Pulau Jeju, Korea Selatan, menjelang kedatangan angin topan bolaven, Senin (27/8). Angin topan juga masih mengancam beberapa kawasan di Sumatera Utara. Selain itu, angin topan bolaven juga bisa memicu banjir bandang.//AFP PHOTO/YONHAP

Sejatinya, pusat dua siklon tropis, yakni siklon tropis Tembin dan siklon tropis Bolaven, kemarin (27/8) posisinya sudah mulai bergeser, menjauh dari kawasan Indonesia. Untuk siklon Tembin posisinya sudah bergeser mendekati daratan China bagian Tenggara.

Sedang siklon Bolaven berada di sebelah barat daya atau selatan Jepang.

Tiga hari lalu, siklon Bolaven yang memicu banjir di Medan dan banjir bandang di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu malam (25/8), posisinya masih berada di sebelah barat Filipina.

Hanya saja, menurut Kepala Pusat Informasi Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Prabowo Mulyono, potensi adanya efek tidak langsung dua siklon tropis itu masih mengancam sejumlah wilayah, termasuk Sumut dan NAD.

“Siklon tropis itu seperti koma, ada buntutnya, ekornya tetap bisa mencapai Indonesia. Dampaknya bisa sampai Sumatera tengah. Efek tak langsung siklon Bolaven masih menyebabkan awan hujan di Indonesia bagian utara seperti Aceh, Sumut, Kalbar bagian utara, Kaltim, Sulwesi bagian utara. Dalam dua-tiga hari ke depan baru mereda,” ujar Prabowo Mulyono kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin.

Kemarin (27/8), lanjut dia, kecepatan angin akibat dampak tak langsung siklon tersebut masih 150 km/jam. “Ke depan, karena posisinya makin menjauh, kecepatan angin maksimal 130 km per jam,” urainya.

Meski posisi dua siklon tropis itu mulai menjauh, menurut Prabowo, seluruh daerah harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, ada potensi terbentuknya siklon baru. Hasil pantauan BMKG, kemarin sudah mulai terbentuk sistem tekanan rendah di sebelah timur Filipina, utara Papua. “Awal mula siklon dari sistem tekanan rendah,” terangnya.

Dijelaskan, BMKG akan terus memantau terbentuknya sistem tekanan rendah itu. “Kita monitor dalam dua hingga tiga hari mendatang seperti apa perkembangannya. Apakah tekanan rendah akan menurun yang berarti pusaran makin kuat, apa seperti apa,” ujarnya.

Diterangkan, pada dasarnya Agustus hingga September mendatang di Indonesia masih musim kemarau. Banjir di sejumlah daerah seperti di Medan dan Parigi Moutong, lebih merupakan dampak dari siklon tropis tersebut.

Siklon tropis tersebut memicu aliran udara makin kuat, yang membentuk awan hujan. Bahkan, menimbulkan angin kuat di wilayah Indonesia bagian selatan khatulistiwa. “Di bagian utara menstimulus awan-awan hujan, yang efeknya ke Sumatera bagian tengah seperti Sumut sampai dengan Aceh. Kalimantan Barat bagian utara, Sulawesi bagian utara, hingga bagian utara Papua, kepala burung,” urainya.

Sekali lagi dia mengingatkan seluruh daerah agar tetap waspada meski dua siklon tropis makin menjauh. Pasalnya, masih ada potensi terbentuknya siklon tropis baru.

Terpisah, Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah Sumut/NAD, Hendra Swarta mengatakan siklon Bolaven dapat terjadi secara global atau menyeluruh. Akibatnya menyebabkan pertumbuhan awan semakin banyak dan berakibat volume turunnya hujan juga meningkat sehingga menyebabkan banjir. “Siklon bolaven ini tidak hanya terjadi lokal. Artinya seluruh kawasan bisa mengalaminya. Namun dampaknya sangat mempengaruhi suatu kawasan misalnya turun hujan terus menerus yang mengakibatkan banjir,” ucapnya.

Hujan di Sumut Makin Meningkat

Disebutkannya, selain Medan, beberapa kawasan lainnya yang termasuk dalam Pesisir Timur seperti Langkat, Binjai, Deli Serdang, Sergai, Tebingtinggi dan Simalungun juga dapat terkena dampak siklon bolaven ini. Biasanya siklon bolaven hanya bertahan hingga sepekan. “Jadi sebenarnya siklon bolaven ini tidak secara langsung mengenai kita. Biasanya siklon bolaven ini hanya bertahan satu pekan dan bisa memicu banjir bandang,” katanya.

Namun, lanjutnya hujan yang terjadi di wilayah Sumut memang semakin meningkat dengan intensitas sedang hingga lebat dan cukup merata. Ini diakibatkan di wilayah Sumut terbentuk daerah arus udara masuk (konvergen) sehingga kandungan uap air di udara tinggi. Udara menjadi labil dan pembentukan awan cukup kuat. Awan yang terbentuk juga cukup tebal dan puncaknya sangat tinggi sehingga durasi terjadinya hujan cukup lama. Hujan yang terjadi terkadang disertai petir dan angin kencang dengan kecepatan mencapai 10-25 knot. “Hujan umumnya terjadi pada sore atau malam hari dan terkadang sampai pagi hari. Angin kencang juga berpeluang terjadi di daerah Deliserdang, Medan, Binjai dan Langkat,” bebernya.(sam/far/jon)

Transportasi Diminta Hati-hati

Kementerian Perhubungan meminta operator transportasi baik darat, laut dan udara untuk mewaspadai sejumlah potensi gangguan alam dalam beberapa hari ke depan. Itu terkait dengan peringatan dini yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Kita meminta mereka waspada, bukan berarti harus berhenti beroperasi tetapi melihat secara cermat kondisi di lapangan sebelum memutuskan berangkat. Para operator harus mengutamakan.

keselamatan penumpang,” ujar Kepala Komunikasi Publik (Kapuskom) Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan di Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012 kemarin.

Untuk sektor penerbangan, khususnya yang melewati Provinsi Jambi diminta untuk waspada terkait adanya potensi kabut asap akibat kebakaran hutan atau lahan di beberapa daerah di Jambi. Asap tebal bisa menganggu jarak pandang visual pilot saat akan mendarat di bandara,”Tidak boleh memaksakan terbang kalau memang tidak memungkinkan kea rah sana,” tegasnya.

Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini akan adanya angin kencang dengan kecepatan lebih dari 30 kilometer per jam yang berpeluang terjadi di Maluku Tenggara Barat. Untuk itu para operator pesawat terbang diminta untuk waspada dan berhati-hati dalam melaksanakan operasionalnya, ”Dengan begitu potensi terjadinya gangguan penerbangan bisa diminimalisir,” tandasnya.

Sedangkan hujan sedang dengan angin kencang dan guntur berpotensi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir dengan durasi singkat berpotensi terjadi di daerah Aceh bagian selatan, tenggara, utara, dan timur pada sore atau malam hari. Begitu pun dengan Sumatera Utara. “Kewaspadaan terhadap landasan pacu yang licin perlu diperhatikan,” ungkapnya.

Sementara itu pelayaran di beberapa kepulauan di Indonesia, kata Bambang, harus mewaspadai adanya arus atau gelombang tinggi. Sebab menurut prediksi BMKG, arus laut yang cukup kuat berpotensi terjadi di sekitar Natuna hingga 85 centimeter per detik. Hal itu berpotensi bisa menggiring kapal dari posisi yang seharusnya,”Arus cukup kuat di sekitar Natuna harus di waspadai,” terangnya.

Sedangkan gelombang setinggi 2-3 meter berpeluang terjadi di perairan Bengkulu, perairan barat Lampung, perairan selatan Banten, perairan selatan Jawa Barat, perairan Kalimantan Selatan, selat Makasar bagian selatan, laut Banda timur Sulawesi Tenggara, perairan selatan Pulau Buru dan Seram, perairan Sermatan-Leti, perairan Yos Sudarso, dan perairan Merauke,” Meskipun cukup sedang namun harus diperhatikan,” lanjutnya.

Gelombang yang cukup tinggi sekitar 3-4 meter, menurut BMKG, perpeluang terjadi di Laut Andaman, perairan selatan Kalimantan, laut Jawa bagian timur, laut Banda, perairan Kep. Babar dan Tanimbar, perairan Kep. Kai dan Aru, dan Laut Arafuru. Gelombang yang cukup tinggi seperti itu tentunya bisa berpotensi menyebabkan kerusakan pada badan kapal,”Itu harus diwaspadai,” jelasnya. (wir/jpnn)

Siklon Bolaven Picu Banjir Bandang

JAKARTA-Cuaca tak menentu beberapa hari ini di Sumatera Utara, khususnya Medan, tak lain disebabkan oleh siklon tropis. Siklon tropis yang dapat diartikan sebagai angin topan itu diprediksi akan melanda beberapa kawasan di Sumut. Bahkan, bisa menyebabkan banjir bandang.

GELOMBANG: Sebuah kapal nelayan China melawan gelombang tinggi  kawasan Pulau Jeju, Korea Selatan, menjelang kedatangan angin topan bolaven, Senin (27/8). Angin topan juga masih mengancam beberapa kawasan  Sumatera Utara. Selain itu, angin topan bolaven juga bisa memicu banjir bandang.//AFP PHOTO/YONHAP
GELOMBANG: Sebuah kapal nelayan China melawan gelombang tinggi di kawasan Pulau Jeju, Korea Selatan, menjelang kedatangan angin topan bolaven, Senin (27/8). Angin topan juga masih mengancam beberapa kawasan di Sumatera Utara. Selain itu, angin topan bolaven juga bisa memicu banjir bandang.//AFP PHOTO/YONHAP

Sejatinya, pusat dua siklon tropis, yakni siklon tropis Tembin dan siklon tropis Bolaven, kemarin (27/8) posisinya sudah mulai bergeser, menjauh dari kawasan Indonesia. Untuk siklon Tembin posisinya sudah bergeser mendekati daratan China bagian Tenggara.

Sedang siklon Bolaven berada di sebelah barat daya atau selatan Jepang.

Tiga hari lalu, siklon Bolaven yang memicu banjir di Medan dan banjir bandang di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu malam (25/8), posisinya masih berada di sebelah barat Filipina.

Hanya saja, menurut Kepala Pusat Informasi Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Prabowo Mulyono, potensi adanya efek tidak langsung dua siklon tropis itu masih mengancam sejumlah wilayah, termasuk Sumut dan NAD.

“Siklon tropis itu seperti koma, ada buntutnya, ekornya tetap bisa mencapai Indonesia. Dampaknya bisa sampai Sumatera tengah. Efek tak langsung siklon Bolaven masih menyebabkan awan hujan di Indonesia bagian utara seperti Aceh, Sumut, Kalbar bagian utara, Kaltim, Sulwesi bagian utara. Dalam dua-tiga hari ke depan baru mereda,” ujar Prabowo Mulyono kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin.

Kemarin (27/8), lanjut dia, kecepatan angin akibat dampak tak langsung siklon tersebut masih 150 km/jam. “Ke depan, karena posisinya makin menjauh, kecepatan angin maksimal 130 km per jam,” urainya.

Meski posisi dua siklon tropis itu mulai menjauh, menurut Prabowo, seluruh daerah harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, ada potensi terbentuknya siklon baru. Hasil pantauan BMKG, kemarin sudah mulai terbentuk sistem tekanan rendah di sebelah timur Filipina, utara Papua. “Awal mula siklon dari sistem tekanan rendah,” terangnya.

Dijelaskan, BMKG akan terus memantau terbentuknya sistem tekanan rendah itu. “Kita monitor dalam dua hingga tiga hari mendatang seperti apa perkembangannya. Apakah tekanan rendah akan menurun yang berarti pusaran makin kuat, apa seperti apa,” ujarnya.

Diterangkan, pada dasarnya Agustus hingga September mendatang di Indonesia masih musim kemarau. Banjir di sejumlah daerah seperti di Medan dan Parigi Moutong, lebih merupakan dampak dari siklon tropis tersebut.

Siklon tropis tersebut memicu aliran udara makin kuat, yang membentuk awan hujan. Bahkan, menimbulkan angin kuat di wilayah Indonesia bagian selatan khatulistiwa. “Di bagian utara menstimulus awan-awan hujan, yang efeknya ke Sumatera bagian tengah seperti Sumut sampai dengan Aceh. Kalimantan Barat bagian utara, Sulawesi bagian utara, hingga bagian utara Papua, kepala burung,” urainya.

Sekali lagi dia mengingatkan seluruh daerah agar tetap waspada meski dua siklon tropis makin menjauh. Pasalnya, masih ada potensi terbentuknya siklon tropis baru.

Terpisah, Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah Sumut/NAD, Hendra Swarta mengatakan siklon Bolaven dapat terjadi secara global atau menyeluruh. Akibatnya menyebabkan pertumbuhan awan semakin banyak dan berakibat volume turunnya hujan juga meningkat sehingga menyebabkan banjir. “Siklon bolaven ini tidak hanya terjadi lokal. Artinya seluruh kawasan bisa mengalaminya. Namun dampaknya sangat mempengaruhi suatu kawasan misalnya turun hujan terus menerus yang mengakibatkan banjir,” ucapnya.

Hujan di Sumut Makin Meningkat

Disebutkannya, selain Medan, beberapa kawasan lainnya yang termasuk dalam Pesisir Timur seperti Langkat, Binjai, Deli Serdang, Sergai, Tebingtinggi dan Simalungun juga dapat terkena dampak siklon bolaven ini. Biasanya siklon bolaven hanya bertahan hingga sepekan. “Jadi sebenarnya siklon bolaven ini tidak secara langsung mengenai kita. Biasanya siklon bolaven ini hanya bertahan satu pekan dan bisa memicu banjir bandang,” katanya.

Namun, lanjutnya hujan yang terjadi di wilayah Sumut memang semakin meningkat dengan intensitas sedang hingga lebat dan cukup merata. Ini diakibatkan di wilayah Sumut terbentuk daerah arus udara masuk (konvergen) sehingga kandungan uap air di udara tinggi. Udara menjadi labil dan pembentukan awan cukup kuat. Awan yang terbentuk juga cukup tebal dan puncaknya sangat tinggi sehingga durasi terjadinya hujan cukup lama. Hujan yang terjadi terkadang disertai petir dan angin kencang dengan kecepatan mencapai 10-25 knot. “Hujan umumnya terjadi pada sore atau malam hari dan terkadang sampai pagi hari. Angin kencang juga berpeluang terjadi di daerah Deliserdang, Medan, Binjai dan Langkat,” bebernya.(sam/far/jon)

Transportasi Diminta Hati-hati

Kementerian Perhubungan meminta operator transportasi baik darat, laut dan udara untuk mewaspadai sejumlah potensi gangguan alam dalam beberapa hari ke depan. Itu terkait dengan peringatan dini yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Kita meminta mereka waspada, bukan berarti harus berhenti beroperasi tetapi melihat secara cermat kondisi di lapangan sebelum memutuskan berangkat. Para operator harus mengutamakan.

keselamatan penumpang,” ujar Kepala Komunikasi Publik (Kapuskom) Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan di Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012 kemarin.

Untuk sektor penerbangan, khususnya yang melewati Provinsi Jambi diminta untuk waspada terkait adanya potensi kabut asap akibat kebakaran hutan atau lahan di beberapa daerah di Jambi. Asap tebal bisa menganggu jarak pandang visual pilot saat akan mendarat di bandara,”Tidak boleh memaksakan terbang kalau memang tidak memungkinkan kea rah sana,” tegasnya.

Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini akan adanya angin kencang dengan kecepatan lebih dari 30 kilometer per jam yang berpeluang terjadi di Maluku Tenggara Barat. Untuk itu para operator pesawat terbang diminta untuk waspada dan berhati-hati dalam melaksanakan operasionalnya, ”Dengan begitu potensi terjadinya gangguan penerbangan bisa diminimalisir,” tandasnya.

Sedangkan hujan sedang dengan angin kencang dan guntur berpotensi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir dengan durasi singkat berpotensi terjadi di daerah Aceh bagian selatan, tenggara, utara, dan timur pada sore atau malam hari. Begitu pun dengan Sumatera Utara. “Kewaspadaan terhadap landasan pacu yang licin perlu diperhatikan,” ungkapnya.

Sementara itu pelayaran di beberapa kepulauan di Indonesia, kata Bambang, harus mewaspadai adanya arus atau gelombang tinggi. Sebab menurut prediksi BMKG, arus laut yang cukup kuat berpotensi terjadi di sekitar Natuna hingga 85 centimeter per detik. Hal itu berpotensi bisa menggiring kapal dari posisi yang seharusnya,”Arus cukup kuat di sekitar Natuna harus di waspadai,” terangnya.

Sedangkan gelombang setinggi 2-3 meter berpeluang terjadi di perairan Bengkulu, perairan barat Lampung, perairan selatan Banten, perairan selatan Jawa Barat, perairan Kalimantan Selatan, selat Makasar bagian selatan, laut Banda timur Sulawesi Tenggara, perairan selatan Pulau Buru dan Seram, perairan Sermatan-Leti, perairan Yos Sudarso, dan perairan Merauke,” Meskipun cukup sedang namun harus diperhatikan,” lanjutnya.

Gelombang yang cukup tinggi sekitar 3-4 meter, menurut BMKG, perpeluang terjadi di Laut Andaman, perairan selatan Kalimantan, laut Jawa bagian timur, laut Banda, perairan Kep. Babar dan Tanimbar, perairan Kep. Kai dan Aru, dan Laut Arafuru. Gelombang yang cukup tinggi seperti itu tentunya bisa berpotensi menyebabkan kerusakan pada badan kapal,”Itu harus diwaspadai,” jelasnya. (wir/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/