28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pesawat Latih Jatuh, 2 Prajurit TNI AU Tewas

SLEMAN-Diduga karena tali pengait yang menarik glider terlepas sebelum waktunya, pesawat latih capung Glider milik TNI AU terjatuh di areal perkebunan tebu di Dusun Wotgaleh, Sendangtirto, Berbah, Sleman, kemarin (28/4). Kejadian yang mengakibatkan jatuhnya dua korban tewas itu diperkirakan terjadi sekitar pukul 15.45.
Dua korban tewas adalah Sertu Ninang Siwiono, 40, warga Kalongan, Maguwoharjo, Depok dan Sersan Karbol Habibun Rahman, taruna Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogjakarta.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Pangkalan Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto Mayor Yuto Nugroho mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat tersebut masih diselidiki. “Pesawat jatuh saat latihan rutin. Belum diketahui penyebabnya,” terangnya. Jasad kedua korban langsung dilarikan ke RS AU Harjo Lukito. Rencananya, jenazah disemayamkan di Lanud AU kemarin malam hingga menunggu pihak keluarga.

Salah satu saksi mata, Sawal, 40, yang rumahnya berada di luar areal bandara itu menuturkan, sore itu dirinya sedang menyapu rumahnya mendengar suara seperti benda terjatuh dari atas. Tidak lama kemudian terdengar benturan sangat keras. “Bersama warga lainnya dia kemudian melihat di lokasi kejadian berupa pesawat tanpa mesin sudah terjungkal di semak-semak tebu,” katanya. “Saya hanya melihat sayap pesawat dengan posisi miring karena terhalang rimbunan tebu,” imbuhnya.

Sawal menambahkan dirinya sudah terbiasa menyaksikan setiap sore pesawat latih jenis Glider tanpa mesin itu ditarik pesawat jenis Cessna terbang. Dia melihat kedua pesawat itu mulai terbang sekitar pukul 15.30. “Biasanya pesawat terbang dengan ketinggian lebih dari 200 meter baru dilepaskan pengaitnya untuk terbang bebas,” lanjut dia.

Namun, pada saat kejadian nahas kemarin angin kurang kuat berhembus, sebagaimana biasanya. “Pesawat Glider tanpa mesin kan terbang butuh angin, namun kemarin tidak ada angin,” paparnya.

Sesaat sebelum jatuh, Sawal melihat pesawat Glider itu ditarik pesawat jenis Cessna dari arah barat menuju ke timur. Dia memperkirakan sesaat sebelum jatuh ketinggian tidak seperti biasanya. “Rendah, sekitar seratusan meter. Biasanya 200 meter baru di dilepas,” terangnya.

Dari kesaksian Sawal, kawat baja yang digunakan menarik pesawat Glider itu terlepas di bagian depan. “Biasanya pesawat penarik (Cessna) melepaskan tali baja dari Glider. Tapi kemarin kabel tali baja malah lepas dari  depan (Cessna) masih mengikat Glider,” terangnya. Selanjutnya karena angin berhembus kurang kencang hingga Glider menukik ke tanah hingga terdengar suara benturan sangat keras.

Meski suara benturan cukup keras, namun tidak terlihat ledakan api atau muncul asap. (ron/jpnn/agm)

SLEMAN-Diduga karena tali pengait yang menarik glider terlepas sebelum waktunya, pesawat latih capung Glider milik TNI AU terjatuh di areal perkebunan tebu di Dusun Wotgaleh, Sendangtirto, Berbah, Sleman, kemarin (28/4). Kejadian yang mengakibatkan jatuhnya dua korban tewas itu diperkirakan terjadi sekitar pukul 15.45.
Dua korban tewas adalah Sertu Ninang Siwiono, 40, warga Kalongan, Maguwoharjo, Depok dan Sersan Karbol Habibun Rahman, taruna Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogjakarta.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Pangkalan Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto Mayor Yuto Nugroho mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat tersebut masih diselidiki. “Pesawat jatuh saat latihan rutin. Belum diketahui penyebabnya,” terangnya. Jasad kedua korban langsung dilarikan ke RS AU Harjo Lukito. Rencananya, jenazah disemayamkan di Lanud AU kemarin malam hingga menunggu pihak keluarga.

Salah satu saksi mata, Sawal, 40, yang rumahnya berada di luar areal bandara itu menuturkan, sore itu dirinya sedang menyapu rumahnya mendengar suara seperti benda terjatuh dari atas. Tidak lama kemudian terdengar benturan sangat keras. “Bersama warga lainnya dia kemudian melihat di lokasi kejadian berupa pesawat tanpa mesin sudah terjungkal di semak-semak tebu,” katanya. “Saya hanya melihat sayap pesawat dengan posisi miring karena terhalang rimbunan tebu,” imbuhnya.

Sawal menambahkan dirinya sudah terbiasa menyaksikan setiap sore pesawat latih jenis Glider tanpa mesin itu ditarik pesawat jenis Cessna terbang. Dia melihat kedua pesawat itu mulai terbang sekitar pukul 15.30. “Biasanya pesawat terbang dengan ketinggian lebih dari 200 meter baru dilepaskan pengaitnya untuk terbang bebas,” lanjut dia.

Namun, pada saat kejadian nahas kemarin angin kurang kuat berhembus, sebagaimana biasanya. “Pesawat Glider tanpa mesin kan terbang butuh angin, namun kemarin tidak ada angin,” paparnya.

Sesaat sebelum jatuh, Sawal melihat pesawat Glider itu ditarik pesawat jenis Cessna dari arah barat menuju ke timur. Dia memperkirakan sesaat sebelum jatuh ketinggian tidak seperti biasanya. “Rendah, sekitar seratusan meter. Biasanya 200 meter baru di dilepas,” terangnya.

Dari kesaksian Sawal, kawat baja yang digunakan menarik pesawat Glider itu terlepas di bagian depan. “Biasanya pesawat penarik (Cessna) melepaskan tali baja dari Glider. Tapi kemarin kabel tali baja malah lepas dari  depan (Cessna) masih mengikat Glider,” terangnya. Selanjutnya karena angin berhembus kurang kencang hingga Glider menukik ke tanah hingga terdengar suara benturan sangat keras.

Meski suara benturan cukup keras, namun tidak terlihat ledakan api atau muncul asap. (ron/jpnn/agm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/