30 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Pemerintah Tetapkan 10 Zulhijah Hari Minggu, 10 Juli, Idul Adha Tak Serentak

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha pada tahun ini tak secara berbarengan. Pasalnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 10 Zulhijah 1443 Hijriah atau Hari Raya Idul Adha jatuh pada Hari Sabtu (9/7). Sementara pemerintah, melalui sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Hari Minggu (10/7).

Keputusan itu diambil berdasarkan hasil sidang Isbat penentuan awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah yang dipimpin langsung Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Rabu (29/4). Sidang isbat menghasilkan ketetapan, hilal tidak terpantau di sejumlah wilayah pemantauan. “Secara mufakat, 1 Zulhijah jatuh pada Jumat 1 Juli 2022,” ujar Zainut Tauhid membacakan keputusan sidang Isbat di Kementerian Agama.

Wamenag menjelaskan, dari sebanyak 86 titik para pemantau tidak melihat hilal. Dengan ditatapkannya 1 Zulhijah pada 1 Juli 2022, maka Hari Raya Iduladha atau 10 Zulhijah jatuh pada Minggu (10/7). Kementerian Agama telah mengamati posisi hilal awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah di 86 titik di seluruh provinsi di Indonesia. Pemantau hilal berasal dari petugas Kanwil Kemenag yang bekerja sama dengan Pengadilan Agama, ormas Islam serta instansi terkait.

Zainut berharap, hasil sidang isbat bisa menjadi patokan umat Islam untuk merayakan Idul Adha secara bersama-sama. Namun, bila terjadi perbedaan, tidak seharusnya menjadi masalah. “Mudah-mudahan ini simbol kebersamaan umat Islam di Indonesia, kebersamaan ini mudah-mudahan menjadi wujud kebersamaan anak bangsa,” pungkasnya.

Dalam paparan tim sebelumnya, Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag Thomas Djamaluddin memaparkan, posisi hilal awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah secara umum kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.

Kondisi hilal seperti ini dinilai tidak memenuhi kriteria masuknya Bulan Zulhijah. “Dengan gunakan kriteria MABIMS, wilayah Indonesia dan Asia Tenggara belum memenuhi kriteria. Tinggi bulannya itu masih kurang 3 derajat. Dan dari data elongasi itu pun elongasi ya baru sekitar 5 derajat kurang,” kata Thomas saat seminar posisi hilal.

Kemenag tahun ini menggunakan kriteria MABIMS atau Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam menentukan kriteria hilal. Kriteria itu yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, Kemenag masih mengacu kriteria hilal (bulan) awal Hijriah adalah pada ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1443 Hijriah beserta Hari Arafah dan Idul Adha dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab, Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah. Maklumat itu diterbitkan sejak 3 Februari 2022.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti kembali menjelaskan mengenai penetapan 1 Dzulhijjah dan Idul Adha 2022. Adapun 1 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada tanggal 30 Juni 2022, sedangkan Idul Adha 2022 jatuh pada 9 Juli 2022. Keputusan Muhammadiyah tersebut berdasarkan hasil perhitungan wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

PBNU Sama dengan Pemerintah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga menetapkan 1 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022. Artinya, Hari Raya Idul Adha atau 10 Zulhijah 1443 Hijriah akan jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022. “Awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat Pon tanggal 1 Juli 2022,” kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf membacakan keputusan yang disiarkan di kanal YouTube TVNU, Rabu (29/6).

Yahya menetapkan hilal awal Zulhijah 1443 Hijriah tidak terpantau di sejumlah wilayah pemantauan petang ini. Pemantauan telah dilakukan PBNU di 55 titik di yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga, 1 Zulhijah akan jatuh pada 1 Juli 2022 mendatang.

Keputusan itu dituangkan dalam surat resmi PBNU. Surat itu ditandatangani Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, Katib Aam Ahmad Said Asrori, Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.

Sebagai informasi, mulai tahun 2022 ini Lembaga Falakiyah PBNU menerapkan kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU) baru dalam menentukan kriteria hilal. Kriteria itu yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Dengan hasil ini, warga NU akan menjalani Hari Raya Idul Adha juga berbeda dari ormas Islam Muhammadiyah. (jpc/cnni/kps/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha pada tahun ini tak secara berbarengan. Pasalnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 10 Zulhijah 1443 Hijriah atau Hari Raya Idul Adha jatuh pada Hari Sabtu (9/7). Sementara pemerintah, melalui sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Hari Minggu (10/7).

Keputusan itu diambil berdasarkan hasil sidang Isbat penentuan awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah yang dipimpin langsung Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Rabu (29/4). Sidang isbat menghasilkan ketetapan, hilal tidak terpantau di sejumlah wilayah pemantauan. “Secara mufakat, 1 Zulhijah jatuh pada Jumat 1 Juli 2022,” ujar Zainut Tauhid membacakan keputusan sidang Isbat di Kementerian Agama.

Wamenag menjelaskan, dari sebanyak 86 titik para pemantau tidak melihat hilal. Dengan ditatapkannya 1 Zulhijah pada 1 Juli 2022, maka Hari Raya Iduladha atau 10 Zulhijah jatuh pada Minggu (10/7). Kementerian Agama telah mengamati posisi hilal awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah di 86 titik di seluruh provinsi di Indonesia. Pemantau hilal berasal dari petugas Kanwil Kemenag yang bekerja sama dengan Pengadilan Agama, ormas Islam serta instansi terkait.

Zainut berharap, hasil sidang isbat bisa menjadi patokan umat Islam untuk merayakan Idul Adha secara bersama-sama. Namun, bila terjadi perbedaan, tidak seharusnya menjadi masalah. “Mudah-mudahan ini simbol kebersamaan umat Islam di Indonesia, kebersamaan ini mudah-mudahan menjadi wujud kebersamaan anak bangsa,” pungkasnya.

Dalam paparan tim sebelumnya, Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag Thomas Djamaluddin memaparkan, posisi hilal awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah secara umum kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.

Kondisi hilal seperti ini dinilai tidak memenuhi kriteria masuknya Bulan Zulhijah. “Dengan gunakan kriteria MABIMS, wilayah Indonesia dan Asia Tenggara belum memenuhi kriteria. Tinggi bulannya itu masih kurang 3 derajat. Dan dari data elongasi itu pun elongasi ya baru sekitar 5 derajat kurang,” kata Thomas saat seminar posisi hilal.

Kemenag tahun ini menggunakan kriteria MABIMS atau Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam menentukan kriteria hilal. Kriteria itu yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, Kemenag masih mengacu kriteria hilal (bulan) awal Hijriah adalah pada ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1443 Hijriah beserta Hari Arafah dan Idul Adha dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab, Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah. Maklumat itu diterbitkan sejak 3 Februari 2022.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti kembali menjelaskan mengenai penetapan 1 Dzulhijjah dan Idul Adha 2022. Adapun 1 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada tanggal 30 Juni 2022, sedangkan Idul Adha 2022 jatuh pada 9 Juli 2022. Keputusan Muhammadiyah tersebut berdasarkan hasil perhitungan wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

PBNU Sama dengan Pemerintah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga menetapkan 1 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022. Artinya, Hari Raya Idul Adha atau 10 Zulhijah 1443 Hijriah akan jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022. “Awal Bulan Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat Pon tanggal 1 Juli 2022,” kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf membacakan keputusan yang disiarkan di kanal YouTube TVNU, Rabu (29/6).

Yahya menetapkan hilal awal Zulhijah 1443 Hijriah tidak terpantau di sejumlah wilayah pemantauan petang ini. Pemantauan telah dilakukan PBNU di 55 titik di yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga, 1 Zulhijah akan jatuh pada 1 Juli 2022 mendatang.

Keputusan itu dituangkan dalam surat resmi PBNU. Surat itu ditandatangani Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, Katib Aam Ahmad Said Asrori, Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.

Sebagai informasi, mulai tahun 2022 ini Lembaga Falakiyah PBNU menerapkan kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU) baru dalam menentukan kriteria hilal. Kriteria itu yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Dengan hasil ini, warga NU akan menjalani Hari Raya Idul Adha juga berbeda dari ormas Islam Muhammadiyah. (jpc/cnni/kps/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/