MALANG-Awal Ramadan 1432 H kemungkinan besar antara yang menggunakan hisab (perhitungan falak) dan rukyat (melihat bulan baru) akan sama. Sesuai dengan hasil perhitungan falak, tinggi hilal sudah cukup tinggi untuk dapat dilihat atau sekitar lima derajat lebih. Jika hilal sudah dapat terlihat pada Minggu sore ini, maka Senin (1/8) besok sudah ditetapkan sebagai awal Ramadan.
Selain Muhammadiyah, Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading Pesantren Kota Malang, juga telah menetapkan awal Ramadan jatuh pada Senin (1/8) besok.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan Lajnah Falakiyah PPMH Gading Pesantren yang ditashih Kepala PPMH, KH Baidlowi Muslich, 1 Ramadan jatuh pada Senin 1 Agustus 2011.
Ijtimaul hilal terjadi pada Ahad Kliwon (31/7) jam 00.39 WIB. Tinggi hilal dilihat pada Ahad malam Senin delapan derajat, letak hilal disebelah utara titik barat dengan keadaan hilal miring ke selatan. Lama hilal di atas ufuk 33 menit 45 detik.
‘’Berdasarkan istikhroj di atas, keluarga besar PP Miftahul Huda mengawali ibadah puasa Ramadan 1432 H pada Senin (1/8). Jamaah dan masyarakat dipersilakan mengikuti atau menunggu pengumuman pemerintah,” kata Kepala PPMH, KH Baidlowi Muslich dalam selebaran yang diterbitkan Lajnah Falakiyah PPMH Gading Pesantren Malang.
Meski Muhammadiyah dan PPMH sudah menetapkan awal Ramadan pada Senin besok, pemerintah baru akan menetapkan awal Ramadan pada sore hari ini, dalam sidang isbat yang digelar Kementrian Agama RI setelah menerima laporan hasil rukyat yang dilakukan Badan Hisab dan Rukyat (BHR) seluruh Indonesia.
Melihat hasil hisab tentang ketinggian hilan yang sudah cukup dilihat, Sekretaris MUI Kota Malang, A Baroni memiliki keyakinan penetapan awal Ramadan yang dilakukan pemerintah akan sama dengan hasil hisab yang sudah dilakukan berberapa organisasi keagamaan.
‘’Ketinggian hilal sudah lima derajat, kemungkinan sama pada awal Ramadan akan sangat besar. Kecuali pada saat Syawal mendatang, kemungkinan berbeda sangat terbuka. Dari hasil perhitungan hisab, tinggi hilal tidak sampai dua derajat,” ujar Baroni.
Jika ada perbedaan yang tidak dapat dihindari, umat Islam sudah dewasa dalam menyikapi perbedaan yang ada. Antar umat Islam dapat saling menghargai dan toleransi yang sangat tinggi terhadap pengunaan metode yang digunakan.
“Menghargai dan saling toleran sebagai kunci utama untuk menyikapi perbedaan yang terjadi dalam hal ini,” tambahnya.
Universitas Islam Eropa (UIE), Rotterdam, menyerukan agar umat mengaplikasikan hisaab (metode perhitungan, Red) untuk menentukan bulan baru. Atas dasar ini Ramadan 1432H (2011) dimulai Senin 1 Agustus 2011.
“Berdasarkan perhitungan dapat dikatakan bahwa istimaa (konjungsi, Red) akan terjadi 30 Juli 2011 atau 29 Sya’baan 1432 di Makkah pada pukul 21:40.02 dan di Negeri Belanda pada pukul 18:40.02,” demikian Dewan Ifta UIE melalui siaran persnya, Jumat (29/7).
Dari perspektif Fiqh, untuk kemungkinan mengamati hilal (bulan baru, Red) harus dipenuhi syurut (syarat-syarat) sebagai berikut, konjungsi harus dapat diamati minimal kira-kira 8 jam sebelum maghrib, matahari harus terlebih dulu tenggelam di ufuk (horizon, Red) dan kemudian hilal harus tenggelam. Situasi sebaliknya yakni hilal tenggelam terlebih dulu disusul tenggelamnya matahari adalah tidak valid, posisi ketinggian hilal harus sekitar 4 derajat dari horizon dan permukaannya minimal harus 4 persen (pendapat lain: ketinggian hilal harus 8 derajat dari horizon).
Kesimpulannya, konjungsi setelah maghrib tidak valid untuk menetapkan bahwa hari berikutnya adalah hari pertama Ramadan. Jadi, hari berikutnya adalah 30 Sya’baan bertepatan dengan 31 Juli. Ini berarti 1 Ramadan 1432 jatuh pada 1 Agustus 2011.
Penetapan awal Ramadan di Negeri Belanda sudah 30 tahun terakhir selalu bermasalah. Setiap tahun orientasi pada ru’yah (metode pengamatan, Red) selalu menimbulkan situasi di mana umat muslim di Negeri Belanda memulai puasa pada hari berbeda-beda. Negeri Belanda termasuk negeri rendah secara geografi. Konsekuensinya, mengamati hilal dengan mata telanjang tidak dimungkinkan.
Selanjutnya berdasarkan tradisi juga terdeteksi bahwa ritualisasi ru’yah dalam konteks di Negeri Belanda memiliki dampak negatif terhadap umat. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa penerapan hisab adalah metode terbaik untuk menetapkan 1 Ramadan.
Jaga Suasana Kondusif
Menyambut Ramadan 1432 H, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Kota Medan mengimbau seluruh umat Muslim Kota Medan agar mempertahankan suasana kondusif dengan menjaga kemanan, ketertiban dan ketentraman.
Ketum DP MUI Kota Medan Prof H Mohammad Hatta menjelaskan, suasana kondusif bisa dibentuk dengan saling menghargainya antara muslim maupun nonmuslim. “Seperti pengusaha restoran, rumah makan dan kantin yang karena sesuatu hal menjual makanan pada siang hari, diharapkan bisa menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa,” katanya, Rabu (27/7).
Hatta juga mengimbau kepada pengusaha hiburan malam seperti pub, bar, diskotek, rumah biliar dan sebagainya untuk menutup usahanya selama bulan Ramadan.
Dalam hal pemberitaan, ia juga mengimbau media massa menyediakan informasi atau hiburan yang dapat menambah kualitas ibadah umat Muslim. “Sebaiknya media massa jangan menayangkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kesucian Ramadan,” tutur Hatta.
Para muballigh/muballighah dai/daiyah juga diharapkan menyampaikan materi ceramah tentang keutamaan Ramadan. Sementara para nazir masjid dan musala diimbau agar mempersiapkan tempat ibadah yang baik, bersih sekaligus nyaman. “Demikian juga masjid dan musala yang ada di lingkungan perhotelan, rumah sakit, mall atau plaza dan tempat umum lainnya. Diharapkan juga penggunaan pengeras suara masjid dan musala agar disesuaikan dengan kebutuhan dan tak mengganggu ketertiban pihak lain,” tegasnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Sumut Syariful Mahya Bandar menjelang datangnya Bulan Ramadan juga mengimbau agar pemilik rumah makan, pengusaha hiburan dan sejenisnya bisa menyesuaikan diri dan toleran terhadap suasana yang dijalankan umat Islam.
Syariful juga mengharapkan organisasi kemasyarakat agar mampu mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan Ramadan untuk meningkatkan silaturahmi, kesatuan dan persatuan umat. (ari/omi/net/bbs/jpnn)