31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

SBY Merasa Ditekan

Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku merasakan tekanan atau desakan luar biasa kepada pemerintahan yang ia pimpin sekarang ini agar segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Tekanan ini boleh dikatakan luar biasa, boleh dikatakan dari kalangan parpol tertentu dan media konvensional tertentu dan juga sejumlah pihak,”aku SBY dalam program wawancara khusus “Isu Terkini” yang disebarluaskan lewat Youtube, Jumat (29/8).

SBY mengingatkan, waktu ia hendak mengawali jabatan presiden tahun 2004, dia tidak pernah mendesak pemerintahan yang ada (saat itu pemerintahan Megawati Soekarnoputri) untuk segera menaikkan harga BBM.

“Padahal dulu (tahun 2004) gap (ketimpangan)-nya jauh sekali antara harga yang disubsidi  dengan harga keekonomian,” terang SBY.

“Tahun lalu BBM dinaikkan, tahun ini kami naikkan harga listrik, menaikkan bahan bakar gas, pemotongan anggaran, itu semua untuk kurangi defisit,” kata SBY.”Dan jangan lupa, setiap kami usulkan menaikkan BBM, selalu ditolak DPR. Sejumlah fraksi tak setuju. Alasannya, inflasi naik dan kemiskinan membengkak. Justru kenapa sekarang kami dipaksa menaikkan harga BBM? Tidakkah itu menaikkan kemiskinan dan membebani masyarakat?” ucap SBY.

Menurut SBY, kalau ia menaikkan lagi harga BBM pada tahun ini maka beban rakyat terlalu berat. “Kasihan mereka (rakyat),” tegasnya.

Sementara itu di tempat terpisah, Pengamat politik Andar Nubowo mengkritisi kebijakan Megawati Soekarnoputri yang mendukung rencana  Jokowi menaikkan harga BBM. Andar mengatakan, sebenarnya menaikan harga BBM bukan hal yang baru bagi PDIP di bawah pimpinan Megawati Soekarnoputri.

Saat menjadi presiden, Mega yang juga memiliki kekuatan parlemen hasil kemenangan PDIP di Pemilu 1999 pernah menaikan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu pada Maret 2002 dari harga Rp 1.450 per liter menjadi Rp 1.550 per liter dan pada Januari 2003 menjadi Rp 1.810 per liter.

Karenanya, Andar menyebut, keputusan  Megawati mendukung kenaikan harga BBM telah menodai citra baik PDIP di  mata masyarakat. “Citra PDIP selama ini telah ternoda. Bahkan sekarang partai ini bisa disebut plin-plan,” tandas Andar Nubowo. (ald/rmo/jpnn)

Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku merasakan tekanan atau desakan luar biasa kepada pemerintahan yang ia pimpin sekarang ini agar segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Tekanan ini boleh dikatakan luar biasa, boleh dikatakan dari kalangan parpol tertentu dan media konvensional tertentu dan juga sejumlah pihak,”aku SBY dalam program wawancara khusus “Isu Terkini” yang disebarluaskan lewat Youtube, Jumat (29/8).

SBY mengingatkan, waktu ia hendak mengawali jabatan presiden tahun 2004, dia tidak pernah mendesak pemerintahan yang ada (saat itu pemerintahan Megawati Soekarnoputri) untuk segera menaikkan harga BBM.

“Padahal dulu (tahun 2004) gap (ketimpangan)-nya jauh sekali antara harga yang disubsidi  dengan harga keekonomian,” terang SBY.

“Tahun lalu BBM dinaikkan, tahun ini kami naikkan harga listrik, menaikkan bahan bakar gas, pemotongan anggaran, itu semua untuk kurangi defisit,” kata SBY.”Dan jangan lupa, setiap kami usulkan menaikkan BBM, selalu ditolak DPR. Sejumlah fraksi tak setuju. Alasannya, inflasi naik dan kemiskinan membengkak. Justru kenapa sekarang kami dipaksa menaikkan harga BBM? Tidakkah itu menaikkan kemiskinan dan membebani masyarakat?” ucap SBY.

Menurut SBY, kalau ia menaikkan lagi harga BBM pada tahun ini maka beban rakyat terlalu berat. “Kasihan mereka (rakyat),” tegasnya.

Sementara itu di tempat terpisah, Pengamat politik Andar Nubowo mengkritisi kebijakan Megawati Soekarnoputri yang mendukung rencana  Jokowi menaikkan harga BBM. Andar mengatakan, sebenarnya menaikan harga BBM bukan hal yang baru bagi PDIP di bawah pimpinan Megawati Soekarnoputri.

Saat menjadi presiden, Mega yang juga memiliki kekuatan parlemen hasil kemenangan PDIP di Pemilu 1999 pernah menaikan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu pada Maret 2002 dari harga Rp 1.450 per liter menjadi Rp 1.550 per liter dan pada Januari 2003 menjadi Rp 1.810 per liter.

Karenanya, Andar menyebut, keputusan  Megawati mendukung kenaikan harga BBM telah menodai citra baik PDIP di  mata masyarakat. “Citra PDIP selama ini telah ternoda. Bahkan sekarang partai ini bisa disebut plin-plan,” tandas Andar Nubowo. (ald/rmo/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/