SURABAYA – Ada kabar mengejutkan yang beredar di media sosial Twitter hampir sepanjang hari kemarin. Yakni, harga tiket laga Persebaya Surabaya ISL melawan Mitra Kukar hari ini di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya yang konon hanya Rp 500.
Tapi, ketika dikonfirmasi, Ketua Panitia Pelaksana (panpel) Persebaya ISL Andi Baso Juherman membantah kabar tersebut. Menurutnya, tiket yang dipatok panpel adalah Rp 25 ribu untuk tribun ekonomi dan Rp 100 ribu buat tribun VIP.
“Kabar itu muncul karena memang ada pihak yang tidak suka dengan kami,” katanya.
Tapi, Tony Ho, asisten pelatih Persebaya, memastikan kabar soal tiket supermurah itu tak akan mengganggu persiapan timnya melawan Mitra.
“Semua pemain Mitra punya kualitas. Karena itu, kami tidak akan mengkhususkan penjagaan kepada pemain tertentu. Yang jelas, kami percaya diri,” kata Tony.
Di sisi lain, Stefan Hansson, pelatih Mitra Kukar, mengaku tidak tahu banyak tentang permainan Persebaya saat ini. “Saya yakin Persebaya tim bagus. Mereka tentu berambisi menang, tapi kami juga tak mau pulang dengan tangan kosong,” ujarnya.
Kabar soal tiket murah seolah mengingatkan siapa saja tentang “noda” yang mewarnai ISL, yang notabene diklaim sebagai kompetisi profesional musim ini. Yaitu, masih adanya empat tim “musafir” alias tim-tim yang harus berkandang di luar kota basis mereka tak memiliki stadion layak. Mereka adalah Perseru Serui, Persiram Raja Ampat, PSM Makassar, dan Persita Tangerang.
“Kami tak masalah bermain di Stadion Mandala Jayapura. Toh banyak orang Serui yang ada di Jayapura,” kata Robby Maruanaya, pelatih Perseru.
Sedangkan Manajer Persiram Henry Wairara justru menyatakan kalau tim asuhannya sejatinya lebih hemat kalau berkandang di Pulau Jawa, dalam hal ini Stadion Maguwoharjo Sleman.
“Kalau di Papua, bertanding kemanapun kami harus naik pesawat dan itu sangat memberatkan,” kata Henry yang menambakan kalau Persiram baru akan berkandang di Raja Ampat pada 2015. (nap/ren/ttg)