SUMUTPOS.CO — Bocah asal Nanggroë Aceh Darussalam, Martunis, sempat menjadi fenomena sejak dijadikan anak angkat oleh Cristiano Ronaldo dan masuk tim junior Sporting CP.
Harapan pun sempat meninggi agar Martunis bisa meniti karier cemerlang di Portugal. Namun, asa itu menguap hanya kurun waktu setahun. Martunis dianggap belum layak untuk menghuni skuad Sporting CP.
Datang dalam usia 18 tahun dan terbilang telat untuk menimba ilmu sepak bola di Sporting CP, adaptasi Martunis pun tak berjalan mulus. Pemuda berumur 19 tahun itu membagi kisah sulitnya dalam akun Instagram pribadinya, @martunis_ronaldo.
Berada di Sporting CP 1 tahun sangat sulit, mengalami cedera selama 4 bulan lebih dan kemudian harus adaptasi cuaca, makanan dan bahasa, semuanya itu butuh waktu dan proses,” tulis Martunis.
Ronaldo selaku ayah angkat Martunis pun tak bisa membantu banyak. Keputusan terkait nasib Martunis ada di tangan manajemen Sporting CP.
Seluruh staf sporting mengatakan kepada saya ‘sangat sulit jika anda datang ke eropa untuk berlatih sepak bola karena usia anda telah memasuki 18 tahun. Sebenarnya anda harus datang ketika anda berumur 8 thn’,” lanjutnya.
Martunis memang sempat mendapatkan kesempatan menimba ilmu di tim U-19 Sporting, yaitu Alcochete, pada 2015 lalu. Namun, kini dia sudah pulang ke kampung halamannya. Meski terbilang gagal, Matunis mengaku bersyukur dengan pengalaman yang diraihnya.
“Sepak bola itu tidak mudah. Bagi saya inilah pengalaman yg sangat istimewa dalam hidup saya karena bisa berlatih di negara yg saya cintai setelah Indonesia. Muito Obrigado Sporting Clube de Portugal,” tutup Martunis. (ira/jpg/don)
SUMUTPOS.CO — Bocah asal Nanggroë Aceh Darussalam, Martunis, sempat menjadi fenomena sejak dijadikan anak angkat oleh Cristiano Ronaldo dan masuk tim junior Sporting CP.
Harapan pun sempat meninggi agar Martunis bisa meniti karier cemerlang di Portugal. Namun, asa itu menguap hanya kurun waktu setahun. Martunis dianggap belum layak untuk menghuni skuad Sporting CP.
Datang dalam usia 18 tahun dan terbilang telat untuk menimba ilmu sepak bola di Sporting CP, adaptasi Martunis pun tak berjalan mulus. Pemuda berumur 19 tahun itu membagi kisah sulitnya dalam akun Instagram pribadinya, @martunis_ronaldo.
Berada di Sporting CP 1 tahun sangat sulit, mengalami cedera selama 4 bulan lebih dan kemudian harus adaptasi cuaca, makanan dan bahasa, semuanya itu butuh waktu dan proses,” tulis Martunis.
Ronaldo selaku ayah angkat Martunis pun tak bisa membantu banyak. Keputusan terkait nasib Martunis ada di tangan manajemen Sporting CP.
Seluruh staf sporting mengatakan kepada saya ‘sangat sulit jika anda datang ke eropa untuk berlatih sepak bola karena usia anda telah memasuki 18 tahun. Sebenarnya anda harus datang ketika anda berumur 8 thn’,” lanjutnya.
Martunis memang sempat mendapatkan kesempatan menimba ilmu di tim U-19 Sporting, yaitu Alcochete, pada 2015 lalu. Namun, kini dia sudah pulang ke kampung halamannya. Meski terbilang gagal, Matunis mengaku bersyukur dengan pengalaman yang diraihnya.
“Sepak bola itu tidak mudah. Bagi saya inilah pengalaman yg sangat istimewa dalam hidup saya karena bisa berlatih di negara yg saya cintai setelah Indonesia. Muito Obrigado Sporting Clube de Portugal,” tutup Martunis. (ira/jpg/don)