32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Hadapi Persebaya Surabaya, Andik: Sekarang, Saya Siap 100 Persen

BERLATIH: Andik Vermansah (kanan) dan Ruben Sanadi dalam latihan pramusim Bhayangkara FC.
BERLATIH: Andik Vermansah (kanan) dan Ruben Sanadi dalam latihan pramusim Bhayangkara FC.

Dicap pengkhianat dan dicaci maki dengan kata-kata tidak pantas, mengiringi kepindahan Andik Vermansah ke Bhayangkara FC. Tapi, dia sudah membuat keputusan dan akan menjalani sebaik-sebaiknya sebagai pemain profesional.

Hujan cukup deras yang mengguyur Jakarta, Senin (3/2) pagi, seakan mencerminkan apa yang dirasakan Andik jelang ikut latihan perdana bersama Bhayangkara. Suasana kecewa, marah, sekaligus sedih atas segala makian sebagian pendukung Persebaya yang tak terima dia bergabung dengan Bhayangkara.

Wajahnya sempat tegang ketika baru memasuki kawasan Stadion PTIK untuk berlatih. Tapi, suasana berubah ketika Andik bertemu dengan rekan-rekan barunya. Sambutan baik nan ramah diterimanya. Pemain asal Jember itu, bahkan sempat ‘diospek’ ketika sesi perkenalan. Diminta bernyanyi di depan rekan-rekan barunya. Melakukan hal yang selama ini menjadi hobinya.

“Alhamdulillah, mereka menerima saya dengan baik. Akhirnya saya tidak canggung,” kata Andik.

Beberapa pemain yang sudah dikenalnya, baik ketika membela Timnas Indonesia maupun selama berkarir di Liga 1, membuat suasana tegang yang dirasakan cepat sekali mencair.

“Ada juga Kitman (M Toha) yang sempat sama saya dulu di klub lama (Persebaya). Saya merasa seperti diterima di keluarga baru,” lanjutnya.

Pada latihan perdananya, Andik langsung mendapat petuah khusus dari Pelatih Bhayangkara Paul Munster. Pemain yang baru pindah dari Madura United itu, juga tidak luput dari teriakan sang pelatih. Beberapa kali Paul terlihat memberikan masukan kepada Andik, mengenai cara bermain Bhayangkara.

“Pelatih minta latihan yang serius. Jangan bercanda. Contohnya, ketika di latihan gagal cetak gol, jangan tertawa. Introspeksi. Jadikan itu motivasi untuk perbaiki diri,” bebernya.

Mantan pemain Selangor dan Kedah FA itu, mengaku tidak ada masalah dengan strategi Paul. Pernah dilatih Simon McMenemy di timnas, menurut pria 28 tahun itu, 2 pelatih tersebut menerapkan strategi dan cara melatih yang tidak jauh berbeda.

“Saya merasa tidak canggung. Tapi, memang saya harus cepat beradaptasi, karena baru bergabung. Terutama soal stamina. Saya ketinggalan jauh dari teman-teman lain. Harus menambah porsi latihan sendiri,” aku Andik.

Sudah nyaman dan merasa diterima dengan baik, hal tersebut diharapkan Andik juga dilakukan supporter Persebaya. Dia sadar banyak Bonek yang marah ketika dia memilih Bhayangkara musim ini. Tidak memilih Persebaya, tim yang selalu diimpikannya.

“Seperti yang saya katakan di Instagram pribadi, saya dulu juga korban dualisme. Tapi, sekarang kan sudah tidak lagi. Sekarang bagaimana semua bersikap dewasa. Kasihan bibit-bibit yang ada di Surabaya kalau situasi terus begitu. Tidak bisa bermain ke klub lain. Saya tidak masalah dicaci. Yang penting cari uang halal dan untuk karir saya ke depan. Saya ingin masuk timnas lagi,” jelasnya.

Mantan penggawa Jatim di PON Kaltim 2008 itu, mengungkapkan, ada beberapa alasan dia memilih Bhayangkara. Sebetulnya ada klub Malaysia yang ingin merekrutnya.

“Tapi, ibu minta saya main di Indonesia saja. Di Bhayangkara ada sosok Kakak Ruben (Sanadi) yang juga jadi alasan kenapa saya di sini. Tim ini punya motivasi juara dan diperkuat pemain-pemain berkualitas,” papar Andik.

Apakah ada klausul untuk tidak bermain ketika Bhayangkara bertemu Persebaya, seperti yang dilakukannya di Madura United? Andik menegaskan, tidak ada. Dia mengaku siap bermain 100 persen untuk Bhayangkara, jika memang dibutuhkan ketika melawan Persebaya. Apalagi, dalam waktu dekat kedua tim bertemu di turnamen pramusim Piala Gubernur Jawa Timur.

“Ini pasti cobaan untuk saya. Tapi, saya harus profesional. Kemarin itu (ketika di Madura United) kenapa saya ada permintaan (tidak main ketika lawan Persebaya), karena baru saja merantau 5 tahun di Malaysia. Baru kembali di Indonesia. Jadi, saya menghormati. Tapi, sekarang saya 100 persen siap,” jelasnya.

Alasan lain yang paling besar, kenapa memilih Bhayangkara dan tidak ke Persebaya, adalah tidak ada tawaran untuk dia dari Manajemen Green Force. Ya, tim asal Kota Pahlawan itu, sama sekali tidak menyodorkan tawaran apa pun musim ini. Padahal, Andik sangat menunggu hal tersebut.

“Saya sangat menunggu tawaran dari Persebaya. Sampai batas waktu, tidak datang tawaran itu. Saya takut kalau terus menunggu tidak dapat klub. Bahaya untuk karir saya. Akhirnya saya pilih Bhayangkara yang serius meminang saya,” jelas langganan Timnas Merah Putih itu.

Andik sudah mempersiapkan semua hal ketika bergabung dengan Bhayangkara. Selain akan 100 persen bekerja keras, dia sudah memilih nomor punggung ‘keramat’ yang selama ini dipakai ketika berkostum Persebaya.

“Sebenarnya saya tidak memilih. Saya sempat tanya nomor berapa yang kosong, kebetulan nomor 7. Insya Allah saya pakai itu,” pungkasnya. (jpc/saz)

BERLATIH: Andik Vermansah (kanan) dan Ruben Sanadi dalam latihan pramusim Bhayangkara FC.
BERLATIH: Andik Vermansah (kanan) dan Ruben Sanadi dalam latihan pramusim Bhayangkara FC.

Dicap pengkhianat dan dicaci maki dengan kata-kata tidak pantas, mengiringi kepindahan Andik Vermansah ke Bhayangkara FC. Tapi, dia sudah membuat keputusan dan akan menjalani sebaik-sebaiknya sebagai pemain profesional.

Hujan cukup deras yang mengguyur Jakarta, Senin (3/2) pagi, seakan mencerminkan apa yang dirasakan Andik jelang ikut latihan perdana bersama Bhayangkara. Suasana kecewa, marah, sekaligus sedih atas segala makian sebagian pendukung Persebaya yang tak terima dia bergabung dengan Bhayangkara.

Wajahnya sempat tegang ketika baru memasuki kawasan Stadion PTIK untuk berlatih. Tapi, suasana berubah ketika Andik bertemu dengan rekan-rekan barunya. Sambutan baik nan ramah diterimanya. Pemain asal Jember itu, bahkan sempat ‘diospek’ ketika sesi perkenalan. Diminta bernyanyi di depan rekan-rekan barunya. Melakukan hal yang selama ini menjadi hobinya.

“Alhamdulillah, mereka menerima saya dengan baik. Akhirnya saya tidak canggung,” kata Andik.

Beberapa pemain yang sudah dikenalnya, baik ketika membela Timnas Indonesia maupun selama berkarir di Liga 1, membuat suasana tegang yang dirasakan cepat sekali mencair.

“Ada juga Kitman (M Toha) yang sempat sama saya dulu di klub lama (Persebaya). Saya merasa seperti diterima di keluarga baru,” lanjutnya.

Pada latihan perdananya, Andik langsung mendapat petuah khusus dari Pelatih Bhayangkara Paul Munster. Pemain yang baru pindah dari Madura United itu, juga tidak luput dari teriakan sang pelatih. Beberapa kali Paul terlihat memberikan masukan kepada Andik, mengenai cara bermain Bhayangkara.

“Pelatih minta latihan yang serius. Jangan bercanda. Contohnya, ketika di latihan gagal cetak gol, jangan tertawa. Introspeksi. Jadikan itu motivasi untuk perbaiki diri,” bebernya.

Mantan pemain Selangor dan Kedah FA itu, mengaku tidak ada masalah dengan strategi Paul. Pernah dilatih Simon McMenemy di timnas, menurut pria 28 tahun itu, 2 pelatih tersebut menerapkan strategi dan cara melatih yang tidak jauh berbeda.

“Saya merasa tidak canggung. Tapi, memang saya harus cepat beradaptasi, karena baru bergabung. Terutama soal stamina. Saya ketinggalan jauh dari teman-teman lain. Harus menambah porsi latihan sendiri,” aku Andik.

Sudah nyaman dan merasa diterima dengan baik, hal tersebut diharapkan Andik juga dilakukan supporter Persebaya. Dia sadar banyak Bonek yang marah ketika dia memilih Bhayangkara musim ini. Tidak memilih Persebaya, tim yang selalu diimpikannya.

“Seperti yang saya katakan di Instagram pribadi, saya dulu juga korban dualisme. Tapi, sekarang kan sudah tidak lagi. Sekarang bagaimana semua bersikap dewasa. Kasihan bibit-bibit yang ada di Surabaya kalau situasi terus begitu. Tidak bisa bermain ke klub lain. Saya tidak masalah dicaci. Yang penting cari uang halal dan untuk karir saya ke depan. Saya ingin masuk timnas lagi,” jelasnya.

Mantan penggawa Jatim di PON Kaltim 2008 itu, mengungkapkan, ada beberapa alasan dia memilih Bhayangkara. Sebetulnya ada klub Malaysia yang ingin merekrutnya.

“Tapi, ibu minta saya main di Indonesia saja. Di Bhayangkara ada sosok Kakak Ruben (Sanadi) yang juga jadi alasan kenapa saya di sini. Tim ini punya motivasi juara dan diperkuat pemain-pemain berkualitas,” papar Andik.

Apakah ada klausul untuk tidak bermain ketika Bhayangkara bertemu Persebaya, seperti yang dilakukannya di Madura United? Andik menegaskan, tidak ada. Dia mengaku siap bermain 100 persen untuk Bhayangkara, jika memang dibutuhkan ketika melawan Persebaya. Apalagi, dalam waktu dekat kedua tim bertemu di turnamen pramusim Piala Gubernur Jawa Timur.

“Ini pasti cobaan untuk saya. Tapi, saya harus profesional. Kemarin itu (ketika di Madura United) kenapa saya ada permintaan (tidak main ketika lawan Persebaya), karena baru saja merantau 5 tahun di Malaysia. Baru kembali di Indonesia. Jadi, saya menghormati. Tapi, sekarang saya 100 persen siap,” jelasnya.

Alasan lain yang paling besar, kenapa memilih Bhayangkara dan tidak ke Persebaya, adalah tidak ada tawaran untuk dia dari Manajemen Green Force. Ya, tim asal Kota Pahlawan itu, sama sekali tidak menyodorkan tawaran apa pun musim ini. Padahal, Andik sangat menunggu hal tersebut.

“Saya sangat menunggu tawaran dari Persebaya. Sampai batas waktu, tidak datang tawaran itu. Saya takut kalau terus menunggu tidak dapat klub. Bahaya untuk karir saya. Akhirnya saya pilih Bhayangkara yang serius meminang saya,” jelas langganan Timnas Merah Putih itu.

Andik sudah mempersiapkan semua hal ketika bergabung dengan Bhayangkara. Selain akan 100 persen bekerja keras, dia sudah memilih nomor punggung ‘keramat’ yang selama ini dipakai ketika berkostum Persebaya.

“Sebenarnya saya tidak memilih. Saya sempat tanya nomor berapa yang kosong, kebetulan nomor 7. Insya Allah saya pakai itu,” pungkasnya. (jpc/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/