28 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Target Realistis Boling Sumut di PON 2024

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengurus Daerah Persatuan Boling Indonesia (Pengda PBI) Sumatera Utara (Sumut) mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada KONI Sumut yang telah memberikan dukungan dan perhatian penuh terhadap pembinaan olahraga boling.

“Olahraga boling di Sumut sudah tidak punya lintasan standar nasional untuk latihan atlet sejak tahun 2016 atau setelah Perisai Super Bowl tutup. Agar atlet tetap maksimal berlatih, mereka latihan di Jakarta dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ujar Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Daerah (Pengda) PBI Sumut, Herman, di Posko Publikasi PON 2024 Aceh-Sumut di Kantor Dinas Pemuda Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Kamis (8/6).

Herman bersyukur KONI Sumut selama ini terus mendukung penuh program latihan atlet boling Sumut di Pulau Jawa. “Kalau tidak ada dukungan KONI Sumut, mungking olahraga boling di Sumut sudah tidak ada. Karena memang biaya pembinaan atlet boling ini sangat mahal, khususnya untuk biaya latihan,” ucap Herman.

Lebih lanjut Herman mengatakan, pada PON 2024 nanti, cabor boling yang akan berlangsung di Sumut mempertandingkan 11 nomor. Dari 11 nomor dimaksud, Sumut sebagai tuan rumah menargetkan meraih 5 medali emas dari nomor single putra dan putri, double putra dan putri serta mixed double.

“Walau terkendala fasilitas lintasan untuk berlatih atlet, PBI Sumut tidak mau kendur soal target. Sejak awal kita optimis bisa memberikan hasil membanggakan buat Sumut di PON 2024. Salah satu caranya dengan mendukung latihan atlet andalan kita di Jakarta walau dengan biaya yang tidak sedikit. Tapi karena ada dukungan dari KONI Sumut program latihan atlet di Jakarta berjalan lancar,” tambah Herman.

Begitu pun, Herman yang mewakili Ketua Umum Pengda PBI Sumut dr Hj Rayati Syafrin MBA berharap Pemerintah Provinsi Sumut segera menyelesaikan pembangunan lintasan boling. Dengan begitu, seluruh atlet yang berlatih di luar Sumut bisa pulang ke Medan untuk menjalani program latihan bersama atlet lainnya.

Terkait 5 medali emas, Herman mengaku target tersebut cukup realistis jika melihat kekuatan atlet Sumut saat ini. Saat ini Sumut memiliki tiga atlet kaliber Nasional yang merupakan peraih medali PON dan SEA Games.

“Di sektor putra kita punya Hardy Rachmadian yang merupakan peraih medali emas dua edisi SEA Games 2019 di Filipina dan 2021 di Vietnam. Di sektor putri ada Aldila Indryati yang merupakan peraih emas SEA Gemes 2019 di Filipina,” ujar Herman.

Selain itu, untuk sektor putra juga ada Orcar yang merupakan peraih medali emas nomor master PON 2016 Jawa Barat. Saat bersamaan, peboling Sumut Aldila Indryati juga menyabet emas nomor master PON 2016.

“Kita juga masih ada atlet putri andalan Nadia Pramanik. Dia merupakan peraih medali emas Kejurnas 2022. Jadi bisa dibilang kekuatan atlet kita cukup mumpuni untuk memenuhi target 5 medali emas. Paling penting atlet tetap fokus latihannya,” pungkas Herman.

Tim Pengawas dan Pendamping (Wasping) Cabor Boling KONI Sumut, Jonny Ramadhan Silalahi SH mengatakan pantas PBI Sumut mematok target 5 medali emas pada PON 2024. Hal ini sesuai kualitas para atlet yang sudah kerap meraih prestasi di ajang tingkat Nasional hingga SEA Games.

“Lima medali emas tentu target yang realistis untuk cabor boling. Apalagi atlet kita akan tampil sebagai tuan rumah. Terpenting latihan atlet terus ditingkatkan karena persaingan di PON tentu sangat ketat,” ucap Jonny.

Namun begitu, Jonny memahami besarnya biaya latihan atlet boling. Dia merincikan, idealnya atlet Pelatda itu latihan lima kali dalam satu pekan. Khusus untuk atlet boling, latihan itu sehari minimal 6 hingga 8 games. Untuk berlatih di lintasan standard seperti di Jaya Ancol Jakarta, per games harus membayar Rp.50.000.

“Kalau atlet sehari berlatih 6 games, itu artinya biaya latihannya Rp300.000 per hari per atlet atau Rp1.500.000 per pekan. Belum lagi biaya parkir kenderaan, biaya minum, makan dan lain-lain. Jadi benar kata saudara Sekum PBI Sumut tadi bahwa biaya latihan atlet boling ini sangat mahal,” ucap Jonny.

Untuk itu, Jonny berharap Pemprov Sumut dapat menyegerakan pembangunan lintasan boling agar biaya latihan atlet bisa ditekan dan durasi latihan atlet bisa lebih ditingkatkan. “Boling ini permainan yang membutuhkan akurasi. Semakin banyak berlatih maka akan semakin baik akurasinya. Untuk banyak berlatih atlet perlu lintasan dan ini butuh dukungan Pemprov Sumut untuk menyegerakan pembangunan lintasan boling,” pungkas Jonny. (dek)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengurus Daerah Persatuan Boling Indonesia (Pengda PBI) Sumatera Utara (Sumut) mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada KONI Sumut yang telah memberikan dukungan dan perhatian penuh terhadap pembinaan olahraga boling.

“Olahraga boling di Sumut sudah tidak punya lintasan standar nasional untuk latihan atlet sejak tahun 2016 atau setelah Perisai Super Bowl tutup. Agar atlet tetap maksimal berlatih, mereka latihan di Jakarta dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ujar Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Daerah (Pengda) PBI Sumut, Herman, di Posko Publikasi PON 2024 Aceh-Sumut di Kantor Dinas Pemuda Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Kamis (8/6).

Herman bersyukur KONI Sumut selama ini terus mendukung penuh program latihan atlet boling Sumut di Pulau Jawa. “Kalau tidak ada dukungan KONI Sumut, mungking olahraga boling di Sumut sudah tidak ada. Karena memang biaya pembinaan atlet boling ini sangat mahal, khususnya untuk biaya latihan,” ucap Herman.

Lebih lanjut Herman mengatakan, pada PON 2024 nanti, cabor boling yang akan berlangsung di Sumut mempertandingkan 11 nomor. Dari 11 nomor dimaksud, Sumut sebagai tuan rumah menargetkan meraih 5 medali emas dari nomor single putra dan putri, double putra dan putri serta mixed double.

“Walau terkendala fasilitas lintasan untuk berlatih atlet, PBI Sumut tidak mau kendur soal target. Sejak awal kita optimis bisa memberikan hasil membanggakan buat Sumut di PON 2024. Salah satu caranya dengan mendukung latihan atlet andalan kita di Jakarta walau dengan biaya yang tidak sedikit. Tapi karena ada dukungan dari KONI Sumut program latihan atlet di Jakarta berjalan lancar,” tambah Herman.

Begitu pun, Herman yang mewakili Ketua Umum Pengda PBI Sumut dr Hj Rayati Syafrin MBA berharap Pemerintah Provinsi Sumut segera menyelesaikan pembangunan lintasan boling. Dengan begitu, seluruh atlet yang berlatih di luar Sumut bisa pulang ke Medan untuk menjalani program latihan bersama atlet lainnya.

Terkait 5 medali emas, Herman mengaku target tersebut cukup realistis jika melihat kekuatan atlet Sumut saat ini. Saat ini Sumut memiliki tiga atlet kaliber Nasional yang merupakan peraih medali PON dan SEA Games.

“Di sektor putra kita punya Hardy Rachmadian yang merupakan peraih medali emas dua edisi SEA Games 2019 di Filipina dan 2021 di Vietnam. Di sektor putri ada Aldila Indryati yang merupakan peraih emas SEA Gemes 2019 di Filipina,” ujar Herman.

Selain itu, untuk sektor putra juga ada Orcar yang merupakan peraih medali emas nomor master PON 2016 Jawa Barat. Saat bersamaan, peboling Sumut Aldila Indryati juga menyabet emas nomor master PON 2016.

“Kita juga masih ada atlet putri andalan Nadia Pramanik. Dia merupakan peraih medali emas Kejurnas 2022. Jadi bisa dibilang kekuatan atlet kita cukup mumpuni untuk memenuhi target 5 medali emas. Paling penting atlet tetap fokus latihannya,” pungkas Herman.

Tim Pengawas dan Pendamping (Wasping) Cabor Boling KONI Sumut, Jonny Ramadhan Silalahi SH mengatakan pantas PBI Sumut mematok target 5 medali emas pada PON 2024. Hal ini sesuai kualitas para atlet yang sudah kerap meraih prestasi di ajang tingkat Nasional hingga SEA Games.

“Lima medali emas tentu target yang realistis untuk cabor boling. Apalagi atlet kita akan tampil sebagai tuan rumah. Terpenting latihan atlet terus ditingkatkan karena persaingan di PON tentu sangat ketat,” ucap Jonny.

Namun begitu, Jonny memahami besarnya biaya latihan atlet boling. Dia merincikan, idealnya atlet Pelatda itu latihan lima kali dalam satu pekan. Khusus untuk atlet boling, latihan itu sehari minimal 6 hingga 8 games. Untuk berlatih di lintasan standard seperti di Jaya Ancol Jakarta, per games harus membayar Rp.50.000.

“Kalau atlet sehari berlatih 6 games, itu artinya biaya latihannya Rp300.000 per hari per atlet atau Rp1.500.000 per pekan. Belum lagi biaya parkir kenderaan, biaya minum, makan dan lain-lain. Jadi benar kata saudara Sekum PBI Sumut tadi bahwa biaya latihan atlet boling ini sangat mahal,” ucap Jonny.

Untuk itu, Jonny berharap Pemprov Sumut dapat menyegerakan pembangunan lintasan boling agar biaya latihan atlet bisa ditekan dan durasi latihan atlet bisa lebih ditingkatkan. “Boling ini permainan yang membutuhkan akurasi. Semakin banyak berlatih maka akan semakin baik akurasinya. Untuk banyak berlatih atlet perlu lintasan dan ini butuh dukungan Pemprov Sumut untuk menyegerakan pembangunan lintasan boling,” pungkas Jonny. (dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/