SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Akhirnya hari yang penuh sejarah itu tiba juga. Indonesia untuk kali pertama menghelat Piala Dunia U-17. Dan, untuk kali pertama pula menjalani pertandingan di ajang dua tahunan tersebut.
Sejarah itu tentu bakal semakin sempurna ditorehkan jika Ekuador U-17, sang lawan perdana, bisa ditumbangkan di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, malam ini. Meski memang itu tidak akan mudahn
Untuk urusan rekam jejak di level ini, Indonesia dan Ekuador bak langit dan bumi. Garuda Asia merupakan tim debutan di ajang Piala Dunia U-17. Bandingkan dengan sang lawan yang sudah tampil dalam enam edisi. Dengan prestasi terbaik dua kali lolos ke perempat final, masing-masing pada edisi 1995 dan 2015.
Tapi, Indonesia U-17 punya modal bagus. Status tuan rumah jelas harus disebut pertama. Tiket laga pembukaan ajang yang mulai digelar pada 1985 itu juga sudah sold-out.
Artinya, Iqbal Dwijangge dkk bakal didukung setidaknya 45 ribu penonton. “Saya pikir itu akan jadi motivasi bagi pemain. Saya tahu harapan suporter dan masyarakat adalah bagaimana kami bisa tampil maksimal di laga pembuka,” kata pelatih Indonesia U-17 Bima Sakti.
Tapi, besarnya dukungan juga mendatangkan besarnya tekanan. Apalagi, ini laga perdana. Di usia sebelia mereka, Bima sadar terbuka peluang anak asuhnya bakal grogi. “Nervous pasti ada. Sekelas Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo saja bisa tegang saat menghadapi suatu pertandingan. Tapi, saya minta semua pemain harus saling support. Karena kekuatan kami adalah kebersamaan,” terang pelatih 46 tahun itu.
Striker Indonesia U-17 Arkhan Kaka juga mengaku tidak tertekan, malah antusias. Dia juga memastikan semua rekan setim dalam mental yang bagus. “Semua persiapan lancar. Semoga kami bisa meraih hasil maksimal,” kata striker Persis Solo tersebut.
Di kubu lawan, Arkhan tahu ada beberapa pemain yang patut diwaspadai. Ada kiper Cristhian Loor dan gelandang Keny Arroyo. Dua pemain Independiente del Valle itu sudah tampil di Copa Libertadores U-20 musim ini. “Mereka adalah tim yang bagus. Ekuador juga punya semangat dan kerja tim yang baik. Tapi, kami bisa melawan itu dengan kompak dan semangat yang sama dengan mereka,” jelas pemain asli Blitar, Jawa Timur, itu.
Bima meminta semua pemain untuk habis-habisan demi mengukir sejarah. “Mohon dukungan dari semuanya. Mulai dari masyarakat pencinta sepak bola Indonesia, pemirsa di televisi, maupun suporter yang hadir di GBT,” tegas Bima.
Di sisi lain, pelatih Ekuador U-17 Diego Martinez mengaku tidak keder dengan tekanan penonton. Bagi dia, ada satu hal yang lebih membuatnya khawatir: ancaman teknis dari Indonesia U-17. “Skuad Indonesia U-17 ini memiliki beberapa pemain dengan kecepatan tinggi. Mereka juga bisa menguasai bola dengan baik. Itu yang harus kami antisipasi,” katanya.
Martinez mengaku tidak semua pemain calon lawan dia tahu. “Jadi, kami tidak bisa mengukur bagaimana kekuatan mereka yang sesungguhnya. Tapi, yang jelas, saya yakin mereka bisa bersaing dalam ajang Piala Dunia kali ini. Kami harus hati-hati,” ucapnya. (gus/c17/ttg/jpg)