25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Duel PS Tira Lawan PSIM Rusuh

RUSUH: Laga PSIM lawan PS Tira berakhir rusuh.

YOGYAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pertandingan antara PS TNI Rakyat (Tira) melawan PSIM Jogjakarta dalam lanjutan Piala Indonesia babak 64 besar di Stadion Agung Bantul, Selasa (11/12) sementara berakhir 2-0 untuk kemenangan PS Tira. Laga tersebut harus dihentikan pada menit 80 karena ribuan suporter dari PSIM masuk ke lapangan.

PSIM kebobolan pada menit 52 melalui pemain belakang PS Tira, Herwin Saputra. Pada menit 73, Pandi Lestaluhu menggandakan keunggulan. Tim kesayangan tertinggal 0-2 membuat suporter PSIM barulah. Terlebih keputusan-keputusan wasit yang dirasa berat sebelah membuat para penonton melempar botol air mineral ke lapangan.

Puncaknya pada menit 80, penonton di tribune timur merangsek masuk ke lapangan. Disusul ratusan suporter yang lain. Pantauan di lapangan, ada beberapa yang sempat berkelahi di lapangan. Bahkan, para pemain PS Tira pun tak luput dari sasaran suporter. Pertandingan pun berhenti dan hingga sore belum ada keputusan dari pihak panitia penyelenggara.

Pelatih PSIM, Bona Simanjuntak mengatakan, pertandingan itu sebenarnya berjalan berimbang. Namun ada beberapa keputusan wasit yang dianggap merugikan bagi timnya. “Keputusan-keputusan wasit, merugikan kami,” katanya, Selasa (11/12).

Dia juga mengaku kecewa atas tindakan dari suporter yang memaksa masuk ke lapangan. Sebab, hal itu bisa merugikan bagi klub. “Suporter bagian dari klub, jadi jangan sampai tindakannya merugikan klub,” beber Bona.

Sementara itu, asisten pelatih PS Tira, Maruzar Nasution mengatakan, laga tersebut sebenarnya berjalan cukup berimbang. “PSIM juga memberikan perlawanan,” katanya. Namun situasi sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan pertandingan. Timnya pun akan menunggu keputusan dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) apakah laga itu akan diteruskan pada lain waktu atau tidak.

“Sesuai regulasi saja seperti apa nanti. Kami ikut aturan. Kalau masalah wasit, penilaian setiap orang kan relatif. Ketika tidak puas dengan keputusan, bisa mengirim surat keberatan,” ucap Maruzar. (dho/jpc/dek)

RUSUH: Laga PSIM lawan PS Tira berakhir rusuh.

YOGYAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pertandingan antara PS TNI Rakyat (Tira) melawan PSIM Jogjakarta dalam lanjutan Piala Indonesia babak 64 besar di Stadion Agung Bantul, Selasa (11/12) sementara berakhir 2-0 untuk kemenangan PS Tira. Laga tersebut harus dihentikan pada menit 80 karena ribuan suporter dari PSIM masuk ke lapangan.

PSIM kebobolan pada menit 52 melalui pemain belakang PS Tira, Herwin Saputra. Pada menit 73, Pandi Lestaluhu menggandakan keunggulan. Tim kesayangan tertinggal 0-2 membuat suporter PSIM barulah. Terlebih keputusan-keputusan wasit yang dirasa berat sebelah membuat para penonton melempar botol air mineral ke lapangan.

Puncaknya pada menit 80, penonton di tribune timur merangsek masuk ke lapangan. Disusul ratusan suporter yang lain. Pantauan di lapangan, ada beberapa yang sempat berkelahi di lapangan. Bahkan, para pemain PS Tira pun tak luput dari sasaran suporter. Pertandingan pun berhenti dan hingga sore belum ada keputusan dari pihak panitia penyelenggara.

Pelatih PSIM, Bona Simanjuntak mengatakan, pertandingan itu sebenarnya berjalan berimbang. Namun ada beberapa keputusan wasit yang dianggap merugikan bagi timnya. “Keputusan-keputusan wasit, merugikan kami,” katanya, Selasa (11/12).

Dia juga mengaku kecewa atas tindakan dari suporter yang memaksa masuk ke lapangan. Sebab, hal itu bisa merugikan bagi klub. “Suporter bagian dari klub, jadi jangan sampai tindakannya merugikan klub,” beber Bona.

Sementara itu, asisten pelatih PS Tira, Maruzar Nasution mengatakan, laga tersebut sebenarnya berjalan cukup berimbang. “PSIM juga memberikan perlawanan,” katanya. Namun situasi sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan pertandingan. Timnya pun akan menunggu keputusan dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) apakah laga itu akan diteruskan pada lain waktu atau tidak.

“Sesuai regulasi saja seperti apa nanti. Kami ikut aturan. Kalau masalah wasit, penilaian setiap orang kan relatif. Ketika tidak puas dengan keputusan, bisa mengirim surat keberatan,” ucap Maruzar. (dho/jpc/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/