26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Gurning dan Suimin Berharap tak Ada Sanksi

ANCAMAN sanksi dari FIFA menjadi momok bagi dunia sepak bola Indonesia. Kondisi ini mengundang keprihatinan duo pelatih PSMS Medan. Mereka berharap FIFA tak menjatuhkan sanksi buat Indonesia, karena akan berdampak buruk bagi dunia sepak bola Tanah Air.

“Kalau saya sih berharapnya kalau bisa tidak usah diberi sanksi. Tapi dengan catatan kita berbenah dan bersatu. Saya pikir harus ada kesadaran kedua pihak,” kata Abdul Rahman Gurning, pelatih PSMS versi Benny Sihotang.

Gurning menyesalkan sikap egoisme dua kubu PSSI dan KPSI sehingga Indonesia terancam sanksi. “Kalau kita tinjau ulang, awalnya perpecahan karena rasa tidak puas. KPSI harusnya menyelamatkan.

Tapi apanya yang diselamatkan kalau kita kena sanksi. Pak Djohar juga kenapa diubahnya statuta PSSI dan diubahnya kompetisi. Dua-dua salah. Kenapa dirubahnya,” katanya.
Namun, jikapun nantinya Indonesia diberi sanksi FIFA menjadi pelajaran bagi kedua pihak.

Kalaupun harus dibanned kita harapkan itu jadi keputusan yang terbaik. Pemerintah ambil alih terus membuat kepengurusan baru PSSI. Lalu membuat satu kompetisi. Jadi tidak lagi dualisme. Otomatis kalau yang di atas bersatu klub-klub di bawahnya juga bersatu,” katanya.

Gurning menganggap profesionalitas yang selama ini digembar-gemborkan hanya sebatas konsep. Karena klub-klub juga belum siap. “Kalau bisa dibilang kita butuh APBD. Memang seperti mundur. Tapi mundur selangkah maju dua langkah. Daripada profesional tapi gak dibayar. Indonesia belum siap untuk profesional. Berapa klub sih yang benar-benar siap?,” katanya.

Lalu bagaimana dengan dualisme PSMS? Gurning juga berharap itu tak berdampak kepada PSMS. “Lebih bagus seperti itu. Saya rela walaupun seperti itu. Memang rugi secara pribadi. Biar tak dapat kerja yang penting PSMS satu. Memang pemain dan pelatih banyak job tapi kondisinya tidak nyaman,” katanya.

Sementara Pelatih PSMS versi kepemimpinan Indra Sakti, Suimin Diharja juga berharap sanksi FIFA tidak sampai jatuh karena bisa membunuh mimpi anak-anak untuk mengenakan kostum merah putih. “Kalau kena hukuman FIFA. Kita nggak akan mungkin main di level internasional. Artinya pemain-pemain yang punya potensi untuk bermain harus terkubur cita-citanya gara-gara sanksi,” katanya.

Menurut Suimin, kedua pihak harus bersatu agar klub-klub yang ikut terseret dualisme juga bersatu. “Ini kan terjadi karena keegoisan kedua pihak PSSI dan KPSI. Tapi kalau kena sanksi saya yakin mereka mau bersatu. PSMS saya yakin juga mau. Karena ini kan terjadi karena yang atas-atasnya tidak bersatu,” jelasnya. (don)

ANCAMAN sanksi dari FIFA menjadi momok bagi dunia sepak bola Indonesia. Kondisi ini mengundang keprihatinan duo pelatih PSMS Medan. Mereka berharap FIFA tak menjatuhkan sanksi buat Indonesia, karena akan berdampak buruk bagi dunia sepak bola Tanah Air.

“Kalau saya sih berharapnya kalau bisa tidak usah diberi sanksi. Tapi dengan catatan kita berbenah dan bersatu. Saya pikir harus ada kesadaran kedua pihak,” kata Abdul Rahman Gurning, pelatih PSMS versi Benny Sihotang.

Gurning menyesalkan sikap egoisme dua kubu PSSI dan KPSI sehingga Indonesia terancam sanksi. “Kalau kita tinjau ulang, awalnya perpecahan karena rasa tidak puas. KPSI harusnya menyelamatkan.

Tapi apanya yang diselamatkan kalau kita kena sanksi. Pak Djohar juga kenapa diubahnya statuta PSSI dan diubahnya kompetisi. Dua-dua salah. Kenapa dirubahnya,” katanya.
Namun, jikapun nantinya Indonesia diberi sanksi FIFA menjadi pelajaran bagi kedua pihak.

Kalaupun harus dibanned kita harapkan itu jadi keputusan yang terbaik. Pemerintah ambil alih terus membuat kepengurusan baru PSSI. Lalu membuat satu kompetisi. Jadi tidak lagi dualisme. Otomatis kalau yang di atas bersatu klub-klub di bawahnya juga bersatu,” katanya.

Gurning menganggap profesionalitas yang selama ini digembar-gemborkan hanya sebatas konsep. Karena klub-klub juga belum siap. “Kalau bisa dibilang kita butuh APBD. Memang seperti mundur. Tapi mundur selangkah maju dua langkah. Daripada profesional tapi gak dibayar. Indonesia belum siap untuk profesional. Berapa klub sih yang benar-benar siap?,” katanya.

Lalu bagaimana dengan dualisme PSMS? Gurning juga berharap itu tak berdampak kepada PSMS. “Lebih bagus seperti itu. Saya rela walaupun seperti itu. Memang rugi secara pribadi. Biar tak dapat kerja yang penting PSMS satu. Memang pemain dan pelatih banyak job tapi kondisinya tidak nyaman,” katanya.

Sementara Pelatih PSMS versi kepemimpinan Indra Sakti, Suimin Diharja juga berharap sanksi FIFA tidak sampai jatuh karena bisa membunuh mimpi anak-anak untuk mengenakan kostum merah putih. “Kalau kena hukuman FIFA. Kita nggak akan mungkin main di level internasional. Artinya pemain-pemain yang punya potensi untuk bermain harus terkubur cita-citanya gara-gara sanksi,” katanya.

Menurut Suimin, kedua pihak harus bersatu agar klub-klub yang ikut terseret dualisme juga bersatu. “Ini kan terjadi karena keegoisan kedua pihak PSSI dan KPSI. Tapi kalau kena sanksi saya yakin mereka mau bersatu. PSMS saya yakin juga mau. Karena ini kan terjadi karena yang atas-atasnya tidak bersatu,” jelasnya. (don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/