MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meraih medali emas pada Pekan Olahraga Provinsi Sumatera Utara (Porprovsu) XI tahun 2022 tentu sangat membanggakan bagi Pramoedyastri Sufallah. Namun, dia merasa sedih karena catatan lemparannya menurun dari sebelumnya.
Pramoedyastri Sufallah meraih medali emas nomor lontar martil pada Porprovsu 2022. Dia mencatatkan lemparan sejauh 34,77 meter. Lemparannya tersebut merupakan yang terbaik pada Porprovsu kali ini.
“Saya senang bisa meraih medali emas. Apalagi ini merupakan emas pertama saya di Porprovsu, karena tahun 2019 meraih perak. Tapi saya juga sedih, karena catatan lemparan saya jauh dari biasanya,” ujar Pramoedyastri Sufallah kepada Sumut Pos, Minggu (13/11).
Atlet berusia 21 tahun ini mengungkapkan, catatan lemparan biasanya antara 38 hingga 39 meter. Artinya lemparan kali ini menurun jauh. Astri mengakui, lemparannya menurun karena persiapan kurang maksimal pada Porprovsu 2022 ini.
“Persiapan saya menghadapi Porprovsu kali ini memang kurang maksimal. Saya sempat tidak latihan karena mengejar skripsi di kampus. Dalam dua bulan terakhir, saya harus ke kampus setiap hari. Terakhir saya latihan maksimal itu pada bulan Agustus kemarin,” papar putri pasangan Suhardi dengan Nila Fauziah tersebut.
Kini, mahasiswa Universitas Pembangunan Panca Budi tersebut fokus untuk latihan. Dia ingin kembali mencapai catatan terbaiknya sekaligus menembus limit PON. “Sekarang saya kembali fokus latihan. Target saya adalah menembus limit PON,” ungkap alumni SMA Tritech Informatika tersebut.
Astri juga ingin mempertahankan posisinya di Pelatda PON 2024. Dia ingin lolos ke PON untuk pertama kalinya. “Kabarnya awal 2023 PASI Sumut bakal menggelar kejurda. Saya ingin kembali menembus lemparan terbaik saya,” ungkapnya.
Pada Porprovsu 2022 kemarin, Astri menorehkan catatan spesial. Dia meraih medali emas bersama sudara kembarnya, Pramoedya Sufallah. Astri meraih emas putri, sedangkan sang abang meraih emas putra.
“Sebenarnya bukan pertama kalinya saya dengan Pram sama-sama meraih medali emas. Kami juga pernah sama-sama juara di Kejurnas Antar Perguruan Tinggi di Jakarta,” ungkapnya.
Bagi Astri, sosok Pramoedya Sufallah sangat berperan dalam karirinya. Sebab, sang abang selalu memberikan nasehat dan motivasi. Keduanya juga sering diskusi soal lontar martil ketika berafa di rumah.
“Saya sering bertanya kepada Pram soal teknik sampai program, karena pelatih saya bukan spesialis lontar martil. Dia (Pram) juga sering memberikan motivasi ketika saya jenuh latihan,” ungkapnya.
Astri mengakui, sang abang memang lebih berpengalaman meski keduanya bersamaan menekuni lontar martil. Sebab, Pramoedya sudah pernah tampil di PON 2021 Papua.
“Kami sebenarnya bersamaan menekuni lontar martil pada tahun 2017 lalu. Saat itu saya berada di PPLP Sumut, sedangkan dia berada di PPLPD Medan. Tapi kami sama-sama atlet binaan KONI Medan. Hanya saja, dia lebih duluan tampil di PON,” paparnya.
Sebelum menekuni lontar martil, Astri bersama Pram terlebih dulu menekuni lempar cakram pada tahun 2013. Keduanya memeutuskan menekuni nomor lempar karena dikenalkan oleh mantan atlet andalan Sumatera Utara, Almarhum Zulham Effendi.
“Almarhum Zulham Effendi adalah om kami. Almarhum adalah adik kandung mama. Dialah pelatih kami dulu. Adik kandung mama yang lainnya, Fahrul Azhari juga atlet lontar martil. Jadi, mereka lah sosok yang berperan di karir kami,” pungkasnya. (dek)