25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Iri Teman Dapat Bonus

 Evan Dimas Darmono seusai laga Timnas U-19 lawan Korea Selatan di ajang AFC U-19, Sabtu (12/10) lalu. Foto: Ricardo/JPNN

Evan Dimas Darmono seusai laga Timnas U-19 lawan Korea Selatan di ajang AFC U-19, Sabtu (12/10) lalu. Foto: Ricardo/JPNN

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa salah satu pul sepatu Evan Dimas Darmono sebenarnya copot ketika dia memborong tiga gol Indonesia ke gawang Korea Selatan di kualifikasi Piala AFC U-19 grup G di Jakarta (12/10) lalu. Itulah salah satu cerita yang dibawa Evan sebagai “oleh-oleh” kala berkunjung ke kantor redaksi Jawa Pos tadi malam. Berikut wawancara lengkap dengan kapten timnas U-19 Indonesia itu:

Bagaimana rasanya meraih dua kesuksesan beruntun: juara Piala AFF U-19 dan lolos ke putaran final Piala AFC U-19?

Bersyukur dan sangat bangga dengan apa yang telah kami capai. Ini berkat kerja sama serta kemauan keras semua teman-teman saya yang ada di timnas (U-19). Bagi saya, ini bukan prestasi kami yang ada di timnas, tapi prestasi sepak bola Indonesia dan bangsa ini sendiri.

Apa kunci kemenangan kalian atas Korsel yang notabene juara bertahan?

Kuncinya hanya ada pada keyakinan. Sebelum bertanding, saya bilang ke teman-teman, buat apa kami semua latihan keras sejak kecil sampai sekarang tapi tidak yakin dengan kekuatan diri sendiri. Mungkin pesan itu yang membuat kami bisa lebih kompak dan bermain bagus dan akhirnya bisa menang.

Jadi, kamu bisa mencetak tiga gol ke gawang Korsel juga berkat keyakinan itu?

Benar, karena keyakinan untuk menang sangat besar, apalagi pertandingan berlangsung di Indonesia. Padahal, saat pertandingan melawan Korea itu, pul sepatu sebelah kanan saya lepas dua biji di babak pertama. Tapi, karena semangat dan yakin akan menang saya hajar terus dan akhirnya bisa mencetak tiga gol.

“Ritual” kamu sebelum bertanding biasanya apa?

Minta doa restu orang tua adalah yang paling utama. Beberapa saat sebelum pertandingan saya pasti menelpon ibu saya dirumah, minta doa restu agar diberikan keselamatan selama pertandingan dan bisa memberikan yang terbaik bagi tim. Yang pasti, setelah meminta restu dari orag tua, terutama ibu, saya merasa lebih percaya diri dan yakin untuk bermain.

Banyak yang bilang kalian adalah generasi emas-nya Indonesia. Menurut kamu, bagaimana caranya agar tim ini bisa terjaga sampai ke level senior?

Semua pemain harus dikumpulkan dan menjalani program latihan terpadu bersama-sama. Karena dengan begitu pengawasan dan evaluasi kepada tim bisa maksimal. Selain itu, saya melihat tim ini butuh jam terbang di level internasional agar mental kami bisa lebih bagus lagi. Lihat saja bagaimana permainan Korea dan Vietnam selama kualifikasi kemarin, mereka bisa bermain sebagus dan secermat itu karena sudah latihan bersama sejak lama dan memiliki pengalaman internasional yang cukup tinggi.

Bagaimana rasanya menjadi terkenal seperti sekarang ini?

Kami tidak mau terlena dan terbuai dengan semua itu. Toh apa yang kami raih selama ini belum ada apa-apanya. Perjuangan kami masih jauh dan masih butuh proses yang panjang. Semua pemain yang ada di timnas sudah bertekad untuk tetap ingat dengan niat awal, membawa Indonesia menjadi juara. Dan, untuk meraih itu, jalannya hanya satu latihan keras.

Teman-teman setimmu banyak yang diganjar bonus besar dari kepala daerah masing-masing. Nggak iri?

Saya sih nggak memikirkan itu, Mas. Sama sekali nggak iri. Kalau nantinya dapat ya disyukuri, kalau nggak ya nggak masalah. Fokus saya cuma bagaimana main bola sebaik-baiknya.

Sebagai kapten, bagaimana cara kamu menjaga kekompakan tim?

Kebetulan semua pemain yang ada di timnas rata-rata asik-asik, semuanya tukang jahil dan punya selera humor yang tinggi. Itu yang membuat kami cepat akrab dan kompak kalau sudah di dalam lapangan. Saya kangen dan ingin segera berkumpul dengan mereka lagi.

Bagaimana kamu melihat kondisi sepak bola Indonesia saat ini?

Sebagai pemain yang masih baru, saya hanya berharap kompetisi Indonesia bisa normal kembali. Sudah saatnya semua energi yang ada harus dimaksimalkan untuk membawa Indonesia berprestasi di level Internasional. Kasihan, kalau gontok-gontokan terus, para pemain malah yang jadi korban.

Apa pesanmu untuk perkembangan sepak bola usia dini di Indonesia?

Untuk masalah pembinaan, lebih baik generasi sekarang mulai diajarkan dengan metode sepak bola yang benar dan sistematis. Kalau itu sudah terlewati dengan benar, maka kualitas pemain juga pasti bagus. Selain itu, tidak perlu ada tindakan pencurian umur di level usia dini, karena itu akan menggangu karir mereka di level senior. (dik/ttg)

 Evan Dimas Darmono seusai laga Timnas U-19 lawan Korea Selatan di ajang AFC U-19, Sabtu (12/10) lalu. Foto: Ricardo/JPNN

Evan Dimas Darmono seusai laga Timnas U-19 lawan Korea Selatan di ajang AFC U-19, Sabtu (12/10) lalu. Foto: Ricardo/JPNN

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa salah satu pul sepatu Evan Dimas Darmono sebenarnya copot ketika dia memborong tiga gol Indonesia ke gawang Korea Selatan di kualifikasi Piala AFC U-19 grup G di Jakarta (12/10) lalu. Itulah salah satu cerita yang dibawa Evan sebagai “oleh-oleh” kala berkunjung ke kantor redaksi Jawa Pos tadi malam. Berikut wawancara lengkap dengan kapten timnas U-19 Indonesia itu:

Bagaimana rasanya meraih dua kesuksesan beruntun: juara Piala AFF U-19 dan lolos ke putaran final Piala AFC U-19?

Bersyukur dan sangat bangga dengan apa yang telah kami capai. Ini berkat kerja sama serta kemauan keras semua teman-teman saya yang ada di timnas (U-19). Bagi saya, ini bukan prestasi kami yang ada di timnas, tapi prestasi sepak bola Indonesia dan bangsa ini sendiri.

Apa kunci kemenangan kalian atas Korsel yang notabene juara bertahan?

Kuncinya hanya ada pada keyakinan. Sebelum bertanding, saya bilang ke teman-teman, buat apa kami semua latihan keras sejak kecil sampai sekarang tapi tidak yakin dengan kekuatan diri sendiri. Mungkin pesan itu yang membuat kami bisa lebih kompak dan bermain bagus dan akhirnya bisa menang.

Jadi, kamu bisa mencetak tiga gol ke gawang Korsel juga berkat keyakinan itu?

Benar, karena keyakinan untuk menang sangat besar, apalagi pertandingan berlangsung di Indonesia. Padahal, saat pertandingan melawan Korea itu, pul sepatu sebelah kanan saya lepas dua biji di babak pertama. Tapi, karena semangat dan yakin akan menang saya hajar terus dan akhirnya bisa mencetak tiga gol.

“Ritual” kamu sebelum bertanding biasanya apa?

Minta doa restu orang tua adalah yang paling utama. Beberapa saat sebelum pertandingan saya pasti menelpon ibu saya dirumah, minta doa restu agar diberikan keselamatan selama pertandingan dan bisa memberikan yang terbaik bagi tim. Yang pasti, setelah meminta restu dari orag tua, terutama ibu, saya merasa lebih percaya diri dan yakin untuk bermain.

Banyak yang bilang kalian adalah generasi emas-nya Indonesia. Menurut kamu, bagaimana caranya agar tim ini bisa terjaga sampai ke level senior?

Semua pemain harus dikumpulkan dan menjalani program latihan terpadu bersama-sama. Karena dengan begitu pengawasan dan evaluasi kepada tim bisa maksimal. Selain itu, saya melihat tim ini butuh jam terbang di level internasional agar mental kami bisa lebih bagus lagi. Lihat saja bagaimana permainan Korea dan Vietnam selama kualifikasi kemarin, mereka bisa bermain sebagus dan secermat itu karena sudah latihan bersama sejak lama dan memiliki pengalaman internasional yang cukup tinggi.

Bagaimana rasanya menjadi terkenal seperti sekarang ini?

Kami tidak mau terlena dan terbuai dengan semua itu. Toh apa yang kami raih selama ini belum ada apa-apanya. Perjuangan kami masih jauh dan masih butuh proses yang panjang. Semua pemain yang ada di timnas sudah bertekad untuk tetap ingat dengan niat awal, membawa Indonesia menjadi juara. Dan, untuk meraih itu, jalannya hanya satu latihan keras.

Teman-teman setimmu banyak yang diganjar bonus besar dari kepala daerah masing-masing. Nggak iri?

Saya sih nggak memikirkan itu, Mas. Sama sekali nggak iri. Kalau nantinya dapat ya disyukuri, kalau nggak ya nggak masalah. Fokus saya cuma bagaimana main bola sebaik-baiknya.

Sebagai kapten, bagaimana cara kamu menjaga kekompakan tim?

Kebetulan semua pemain yang ada di timnas rata-rata asik-asik, semuanya tukang jahil dan punya selera humor yang tinggi. Itu yang membuat kami cepat akrab dan kompak kalau sudah di dalam lapangan. Saya kangen dan ingin segera berkumpul dengan mereka lagi.

Bagaimana kamu melihat kondisi sepak bola Indonesia saat ini?

Sebagai pemain yang masih baru, saya hanya berharap kompetisi Indonesia bisa normal kembali. Sudah saatnya semua energi yang ada harus dimaksimalkan untuk membawa Indonesia berprestasi di level Internasional. Kasihan, kalau gontok-gontokan terus, para pemain malah yang jadi korban.

Apa pesanmu untuk perkembangan sepak bola usia dini di Indonesia?

Untuk masalah pembinaan, lebih baik generasi sekarang mulai diajarkan dengan metode sepak bola yang benar dan sistematis. Kalau itu sudah terlewati dengan benar, maka kualitas pemain juga pasti bagus. Selain itu, tidak perlu ada tindakan pencurian umur di level usia dini, karena itu akan menggangu karir mereka di level senior. (dik/ttg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/