27.8 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Pemuda Pancasila Laporkan Saleh Ismail Mukadar

Kasus pembacokan pentolan Bonek Andy Kristiantono alias Andy Peci oleh sekelompok orang Senin lalu (15/4) terus menggelinding. Kemarin (17/4) Pemuda Pancasila Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Jatim, melaporkan Saleh Ismail Mukadar ke Polda Jatim. Politisi PDIP itu dituding telah melakukan pencemaran nama baik dengan mencatut keorganisasian PP di balik insiden tersebut.

Puluhan massa datang dari perwakilan 38 Majelis Pimpinan Cabang (MPC) PP se-Jatim. Kedatangan mereka dipimpin oleh M. Gazman Gazali sebagai ketua lembaga penyuluhan dan pembelaan hukum (LPPH). Melalui laporan bernomor TBL/382/IV/2013/UM/JATIM itu, mereka pun mendesak kepolisian untuk segera menindaklanjuti laporan itu.  “Bukti-bukti adanya pencemaran nama baik sudah kami disampaikan,” kata Gazman usai melapor di SPKT Polda Jatim siang kemarin.

Puluhan massa yang mengenakan seragam loreng itu tiba di mapolda sekitar pukul 23.00. Sebelumnya, mereka juga sempat mendatangi Polrestabes Surabaya sekitar pukul 09.00.

Ada sejumlah bukti yang dibawa dalam laporan itu. Di antaranya beberapa lembar klipingan koran yang dimuat Rabu lalu (17/4). Dalam kutipan di media cetak tersebut, Saleh mendesak kepolisian untuk memgusut pelaku di balik pembacokan Andy Peci.

Bahkan ada juga kutipan Saleh dalam koran itu yang menyebut bahwa Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto telah mengetahui kalau La Nyalla Mahmud Mattalitti berada di balik kejadian itu.

“Tadi pagi kami sudah klarifikasi ke kapolres, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan itu. Kami kira ini pernyataan sepihak dari Saleh,” ungkap Gazman.

Selain klipingan koran, pihaknya juga membawa bukti berupa status Saleh di akun facebook (FB) miliknya yang sudah di-print out. Dalam status tersebut, Saleh menulis: Surabaya butuh Kopassus untuk mengeksekusi preman-preman (PP) yang tadi malam membacok Andi Peci karena pemimpin bonek meminta walikota mengusir abal2 dari Surabaya. Menanggapi status itu, di bawahnya tertera beberapa comment bernada sumbang. “Pernyataannya tidak berdasar dan sangat mencemari nama baik organisasi dan pimpinan kami,” tandasnya.

Terkait laporan itu, Saleh yang dikonfirmasi Jawa Pos menanggapi dengan enteng. Menurutnya, tudingan terhadap dirinya itu tidak berdasar.
“Coba tunjukkan mana ada statement saya yang mencemarkan nama baik mereka,” akunya.

Terkait dengan pernyataannya di koran, Saleh mengaku sama sekali tidak pernah mencatut nama Nyalla atau Pemuda Pancasila di balik pembacokan pentolan Bonek. Menurutnya, kutipan tersebut adalah karangan awak media yang menulis.

Saat itu dirinya hanya menyampaikan tanggapan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto. Saat itu, kapolrestabes menyampaikan kalau La Nyalla Mattaliti marah setelah mengetahui gambar dirinya diusung dalam demo Senin siang lalu. Yang membuatnya geram adalah gambar sandal yang menyumpal mulutnya. “Itu saja yang saya sampaikan. Sama sekali tidak ada tudingan,” ungkapnya.

Menurut Saleh, pernyatakan Tri disampaikan kepada dirinya di ruang tunggu Garuda sesaat sebelum take off ke Jakarta Selasa pagi (16/4).
“Waktu itu kami terbang dengan satu pesawat. Nah, kalau beliau (Tri Maryanto, Red) mengingkari pernyataannya, saya siap disumpah pocong,” ancam anggota DPRD Jatim itu.

Lebih jauh, dia pun mengakui kalau status yang ditulisnya di akun FB adalah benar. Namun di media sosial itu, Saleh mengaku tidak merasa menuding pihak siapa pun sebagai pelaku dalam insiden tersebut. Namun yang membuat anak buah La Nyala itu berang adalah tulisan status yang menyebut preman-preman (PP) sebagai Pemuda Pancasila. Reaksi itu kan berarti menunjukkan kalau mereka memang merasa melakukan hal itu,” pungkasnya. (mar/jpnn)

Kasus pembacokan pentolan Bonek Andy Kristiantono alias Andy Peci oleh sekelompok orang Senin lalu (15/4) terus menggelinding. Kemarin (17/4) Pemuda Pancasila Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Jatim, melaporkan Saleh Ismail Mukadar ke Polda Jatim. Politisi PDIP itu dituding telah melakukan pencemaran nama baik dengan mencatut keorganisasian PP di balik insiden tersebut.

Puluhan massa datang dari perwakilan 38 Majelis Pimpinan Cabang (MPC) PP se-Jatim. Kedatangan mereka dipimpin oleh M. Gazman Gazali sebagai ketua lembaga penyuluhan dan pembelaan hukum (LPPH). Melalui laporan bernomor TBL/382/IV/2013/UM/JATIM itu, mereka pun mendesak kepolisian untuk segera menindaklanjuti laporan itu.  “Bukti-bukti adanya pencemaran nama baik sudah kami disampaikan,” kata Gazman usai melapor di SPKT Polda Jatim siang kemarin.

Puluhan massa yang mengenakan seragam loreng itu tiba di mapolda sekitar pukul 23.00. Sebelumnya, mereka juga sempat mendatangi Polrestabes Surabaya sekitar pukul 09.00.

Ada sejumlah bukti yang dibawa dalam laporan itu. Di antaranya beberapa lembar klipingan koran yang dimuat Rabu lalu (17/4). Dalam kutipan di media cetak tersebut, Saleh mendesak kepolisian untuk memgusut pelaku di balik pembacokan Andy Peci.

Bahkan ada juga kutipan Saleh dalam koran itu yang menyebut bahwa Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto telah mengetahui kalau La Nyalla Mahmud Mattalitti berada di balik kejadian itu.

“Tadi pagi kami sudah klarifikasi ke kapolres, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan itu. Kami kira ini pernyataan sepihak dari Saleh,” ungkap Gazman.

Selain klipingan koran, pihaknya juga membawa bukti berupa status Saleh di akun facebook (FB) miliknya yang sudah di-print out. Dalam status tersebut, Saleh menulis: Surabaya butuh Kopassus untuk mengeksekusi preman-preman (PP) yang tadi malam membacok Andi Peci karena pemimpin bonek meminta walikota mengusir abal2 dari Surabaya. Menanggapi status itu, di bawahnya tertera beberapa comment bernada sumbang. “Pernyataannya tidak berdasar dan sangat mencemari nama baik organisasi dan pimpinan kami,” tandasnya.

Terkait laporan itu, Saleh yang dikonfirmasi Jawa Pos menanggapi dengan enteng. Menurutnya, tudingan terhadap dirinya itu tidak berdasar.
“Coba tunjukkan mana ada statement saya yang mencemarkan nama baik mereka,” akunya.

Terkait dengan pernyataannya di koran, Saleh mengaku sama sekali tidak pernah mencatut nama Nyalla atau Pemuda Pancasila di balik pembacokan pentolan Bonek. Menurutnya, kutipan tersebut adalah karangan awak media yang menulis.

Saat itu dirinya hanya menyampaikan tanggapan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto. Saat itu, kapolrestabes menyampaikan kalau La Nyalla Mattaliti marah setelah mengetahui gambar dirinya diusung dalam demo Senin siang lalu. Yang membuatnya geram adalah gambar sandal yang menyumpal mulutnya. “Itu saja yang saya sampaikan. Sama sekali tidak ada tudingan,” ungkapnya.

Menurut Saleh, pernyatakan Tri disampaikan kepada dirinya di ruang tunggu Garuda sesaat sebelum take off ke Jakarta Selasa pagi (16/4).
“Waktu itu kami terbang dengan satu pesawat. Nah, kalau beliau (Tri Maryanto, Red) mengingkari pernyataannya, saya siap disumpah pocong,” ancam anggota DPRD Jatim itu.

Lebih jauh, dia pun mengakui kalau status yang ditulisnya di akun FB adalah benar. Namun di media sosial itu, Saleh mengaku tidak merasa menuding pihak siapa pun sebagai pelaku dalam insiden tersebut. Namun yang membuat anak buah La Nyala itu berang adalah tulisan status yang menyebut preman-preman (PP) sebagai Pemuda Pancasila. Reaksi itu kan berarti menunjukkan kalau mereka memang merasa melakukan hal itu,” pungkasnya. (mar/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/