25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Mau Bayar, Sanksi Menanti

bola_di_lapanganJAKARTA – Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah nasib dua klub di Indonesia, Persela Lamongan dan Bontang FC. Sudah tertimpa masalah di awal tahun 2014, mereka kini malahan harus ketambahan masalah lagi. Itu tidak terlepas dari adanya 16 berkas laporan tunggakan gaji pemain asing ke Dispute Resolution Chamber (DRC) FIFA.

Persela kebagian tunggakan gaji satu pemain asing, Satoshi Otomo. Bontang FC harus melunasi tagihan gaji empat pemain asingnya, Kenji Adachihara, Satoshi Otomo, Masahiro Fusakawa, dan Josh Maguire. Rata-rata pemain asing itu merumput di klub-klub tersebut pada tiga atau empat musim yang lalu.

Selain Persela dan Bontang FC, Arema Cronous, Pelita Jaya (sekarang Pelita Bandung Raya), Persiwa Wamena, dan PSIM Jogjakarta juga masuk dalam daftar. Klub-klub tersebut sekarang harus mulai berpikir untuk memasukkan pembayaran pelunasan gaji itu dalam perencanannya musim ini.

Pasalnya, PSSI sudah menyiapkan sanksi tegas bagi klub-klub penunggak tersebut. “Jika tidak mampu membayar atau menyelesaikan kewajibannya, chase-nya akan meningkat menjadi kasus legal di Komisi Disiplin. Komdis bisa mengeluarkan keputusan sanksi untuk kasus itu,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Joko Driyono, saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, kemarin (22/1).

Masuknya laporan ke meja FIFA tersebut tentu saja dikhawatirkan bakal berdampak preseden yang kurang bagus bagi reputasi PSSI di mata internasional. Sementara rentetan kasus berkaitan dengan pembayaran gaji yang berdampak pada buruknya kesejahteraan pemain sudah masuk di dalam sorotan dunia internasional.

Joko tidak menampik saat ini peristiwa itu menjadi perhatian publik internasional. Makanya, dari PSSI pun tidak mau kasus seperti itu terus berlanjut.

“Bagi PSSI, dampaknya bisa berhubungan dengan pemotongan subsidi dari FIFA, lebih parahnya jika kompetisi di Indonesia dan klub-klub di dalamnya tidak mampu kompetitif dengan region lainnya,” bebernya.

Sejatinya, selain klub-klub yang masih aktif sebagai anggota PSSI, juga ada klub yang namanya sudah dikeluarkan dari anggota. Misalnya Persibo Bojonegoro dan Persema Malang. Tapi, untuk kasus dua klub itu, PSSI enggan bertanggung jawab. Semuanya dikembalikan kepada klub-klub itu sendiri.

Arema mungkin menjadi klub yang punya pengalaman dari sanksi FIFA tersebut. Terkait kasus pemutusan kontrak secara sepihak Landry Poulangoye pada musim 2009/2010, FIFA memberi ganjaran sanksi kepada klub berjuluk Singo Edan tersebut dengan pengurangan tiga poin dalam klasemen Indonesia Super League (ISL) 2012/2013.

Hanya, untuk kasus Hesketh, manajemen Arema menegaskan bahwa pihaknya sudah melunasi pembayaran gaji kepada pemain berkebangsaan Australia itu. “Kami sudah membayar separo hak Steven. Untuk sisanya, belum kami bayarkan karena memang kami lost contact dengan dia. Dari agennya (Eko Soebekti, Red) pun tidak ada bantuan untuk menjadi penghubung,” tandas media officer Arema, Sudarmadji. (ren)

bola_di_lapanganJAKARTA – Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah nasib dua klub di Indonesia, Persela Lamongan dan Bontang FC. Sudah tertimpa masalah di awal tahun 2014, mereka kini malahan harus ketambahan masalah lagi. Itu tidak terlepas dari adanya 16 berkas laporan tunggakan gaji pemain asing ke Dispute Resolution Chamber (DRC) FIFA.

Persela kebagian tunggakan gaji satu pemain asing, Satoshi Otomo. Bontang FC harus melunasi tagihan gaji empat pemain asingnya, Kenji Adachihara, Satoshi Otomo, Masahiro Fusakawa, dan Josh Maguire. Rata-rata pemain asing itu merumput di klub-klub tersebut pada tiga atau empat musim yang lalu.

Selain Persela dan Bontang FC, Arema Cronous, Pelita Jaya (sekarang Pelita Bandung Raya), Persiwa Wamena, dan PSIM Jogjakarta juga masuk dalam daftar. Klub-klub tersebut sekarang harus mulai berpikir untuk memasukkan pembayaran pelunasan gaji itu dalam perencanannya musim ini.

Pasalnya, PSSI sudah menyiapkan sanksi tegas bagi klub-klub penunggak tersebut. “Jika tidak mampu membayar atau menyelesaikan kewajibannya, chase-nya akan meningkat menjadi kasus legal di Komisi Disiplin. Komdis bisa mengeluarkan keputusan sanksi untuk kasus itu,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Joko Driyono, saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, kemarin (22/1).

Masuknya laporan ke meja FIFA tersebut tentu saja dikhawatirkan bakal berdampak preseden yang kurang bagus bagi reputasi PSSI di mata internasional. Sementara rentetan kasus berkaitan dengan pembayaran gaji yang berdampak pada buruknya kesejahteraan pemain sudah masuk di dalam sorotan dunia internasional.

Joko tidak menampik saat ini peristiwa itu menjadi perhatian publik internasional. Makanya, dari PSSI pun tidak mau kasus seperti itu terus berlanjut.

“Bagi PSSI, dampaknya bisa berhubungan dengan pemotongan subsidi dari FIFA, lebih parahnya jika kompetisi di Indonesia dan klub-klub di dalamnya tidak mampu kompetitif dengan region lainnya,” bebernya.

Sejatinya, selain klub-klub yang masih aktif sebagai anggota PSSI, juga ada klub yang namanya sudah dikeluarkan dari anggota. Misalnya Persibo Bojonegoro dan Persema Malang. Tapi, untuk kasus dua klub itu, PSSI enggan bertanggung jawab. Semuanya dikembalikan kepada klub-klub itu sendiri.

Arema mungkin menjadi klub yang punya pengalaman dari sanksi FIFA tersebut. Terkait kasus pemutusan kontrak secara sepihak Landry Poulangoye pada musim 2009/2010, FIFA memberi ganjaran sanksi kepada klub berjuluk Singo Edan tersebut dengan pengurangan tiga poin dalam klasemen Indonesia Super League (ISL) 2012/2013.

Hanya, untuk kasus Hesketh, manajemen Arema menegaskan bahwa pihaknya sudah melunasi pembayaran gaji kepada pemain berkebangsaan Australia itu. “Kami sudah membayar separo hak Steven. Untuk sisanya, belum kami bayarkan karena memang kami lost contact dengan dia. Dari agennya (Eko Soebekti, Red) pun tidak ada bantuan untuk menjadi penghubung,” tandas media officer Arema, Sudarmadji. (ren)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/