32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Wartawan Jadi Korban Bek dan Suporter PSIM

RUSUH: Duel PSIM lawan Persis Solo berakhir dengan kerusuhan.
RUSUH: Duel PSIM lawan Persis Solo berakhir dengan kerusuhan.

Kisruh dalam pertandingan Liga 2 antara PSIM Jogjakarta versus Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, Senin (21/10), memakan korban. Bukan hanya pemain dan ofisial Persis saja yang kena, beberapa wartawan yang meliput pertandingan tersebut juga jadi korban.

WARTAWAN yang juga eks Media Officer Persis Solo Lukas Budi Cahyono kena intimidasi. Dengan nada emosi, bek PSIM Achmad Hisyam Tolle mendorong dan meminta Budi menghapus file foto saat menendang Shulton. Dua rekan Tolle, Hendika Arga dan Aldaier Makatindu turun tangan coba menenangkan.

”Kamera saya sempat diambil Tolle. Lalu saya bilang ke dia, jangan di sini (pinggir lapangan) hapus fotonya. Biar lebih aman karena kondisi ricuh. Lalu saya diajak Arga ke ruang ganti sambil dia menenangkan Tolle bersama Aldaier,” terang Budi Cahyono.

Budi mengaku kecewa atas sikap Tolle, mantan kapten PSS Sleman yang musim lalu sempat berlabuh di Borneo FC ini. “Di ruang ganti, Tolle meminta semua foto yang ada gambarnya di kamera dihapus. Untungnya kamera saya tidak rusak,” keluhnya.

Di luar stadion, para suporter PSIM yang kecewa kembali berbuat anarkistis. Lagi-lagi, wartawan yang meliput laga tersebut juga jadi korban. Tak hanya Budi Cahyono, Fotografer Jawa Pos Radar Jogja Guntur Arga pun tak luput dari bogem mentah para suporter tuan rumah.

”Kondisi saat itu chaos. Saya melihat ada petugas damkar (pemadam kebakaran) mau mengevakuasi teman-teman (wartawan) di tribun barat sebelah utara. Setelah saya motret, tiba-tiba ada yang mencekik dari belakang lalu badan saya dipukul ramai-ramai. Saya lihat ada satu orang pakai kaos suporter, tapi lainnya gak tahu,” beber Guntur.

Akibat lima kali pukulan di kepala bagian belakang, Guntur mengalami luka memar hingga terasa pusing. “Mudah-mudahan tidak apa-apa. Saya sangat menyesalkan ini. Sebab, saya saat itu sedang tugas jurnalistik. Ada kode etiknya juga,” ujarnya.

Di bagian lain, terkait aksi kericuhan yang terjadi di lapangan, manajemen PSIM memilih tutup mulut. “Saya no comment dulu,” ujar Sekretaris Umum PSIM Jogja Jarot Sri Kastawa.

Sementara itu, di luar stadion, suporter PSIM yang kecewa timnya kalah kembali berbuat anarkistis. Sejumlah oknum suporter membakar dan merusak mobil serta truk polisi. Polisi terpaksa melepaskan gas air mata. Hingga akhirnya kericuhan bisa diredam.

”Kericuhan berawal setelah pertandingan selesai. Brajamusti yang kecewa melakukan tindakan anarkistis. Mereka menyerang proses evakuasi pemain Persis. Mereka juga mengadang dan merusak kendaraan polisi. Polisi mengeluarkan tindakan tegas untuk mencegah tidakan anarkistis,” terang Kapolresta Jogjakarta Kombes Pol Armaini. (rs/nik/per/jpc/dek)

RUSUH: Duel PSIM lawan Persis Solo berakhir dengan kerusuhan.
RUSUH: Duel PSIM lawan Persis Solo berakhir dengan kerusuhan.

Kisruh dalam pertandingan Liga 2 antara PSIM Jogjakarta versus Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, Senin (21/10), memakan korban. Bukan hanya pemain dan ofisial Persis saja yang kena, beberapa wartawan yang meliput pertandingan tersebut juga jadi korban.

WARTAWAN yang juga eks Media Officer Persis Solo Lukas Budi Cahyono kena intimidasi. Dengan nada emosi, bek PSIM Achmad Hisyam Tolle mendorong dan meminta Budi menghapus file foto saat menendang Shulton. Dua rekan Tolle, Hendika Arga dan Aldaier Makatindu turun tangan coba menenangkan.

”Kamera saya sempat diambil Tolle. Lalu saya bilang ke dia, jangan di sini (pinggir lapangan) hapus fotonya. Biar lebih aman karena kondisi ricuh. Lalu saya diajak Arga ke ruang ganti sambil dia menenangkan Tolle bersama Aldaier,” terang Budi Cahyono.

Budi mengaku kecewa atas sikap Tolle, mantan kapten PSS Sleman yang musim lalu sempat berlabuh di Borneo FC ini. “Di ruang ganti, Tolle meminta semua foto yang ada gambarnya di kamera dihapus. Untungnya kamera saya tidak rusak,” keluhnya.

Di luar stadion, para suporter PSIM yang kecewa kembali berbuat anarkistis. Lagi-lagi, wartawan yang meliput laga tersebut juga jadi korban. Tak hanya Budi Cahyono, Fotografer Jawa Pos Radar Jogja Guntur Arga pun tak luput dari bogem mentah para suporter tuan rumah.

”Kondisi saat itu chaos. Saya melihat ada petugas damkar (pemadam kebakaran) mau mengevakuasi teman-teman (wartawan) di tribun barat sebelah utara. Setelah saya motret, tiba-tiba ada yang mencekik dari belakang lalu badan saya dipukul ramai-ramai. Saya lihat ada satu orang pakai kaos suporter, tapi lainnya gak tahu,” beber Guntur.

Akibat lima kali pukulan di kepala bagian belakang, Guntur mengalami luka memar hingga terasa pusing. “Mudah-mudahan tidak apa-apa. Saya sangat menyesalkan ini. Sebab, saya saat itu sedang tugas jurnalistik. Ada kode etiknya juga,” ujarnya.

Di bagian lain, terkait aksi kericuhan yang terjadi di lapangan, manajemen PSIM memilih tutup mulut. “Saya no comment dulu,” ujar Sekretaris Umum PSIM Jogja Jarot Sri Kastawa.

Sementara itu, di luar stadion, suporter PSIM yang kecewa timnya kalah kembali berbuat anarkistis. Sejumlah oknum suporter membakar dan merusak mobil serta truk polisi. Polisi terpaksa melepaskan gas air mata. Hingga akhirnya kericuhan bisa diredam.

”Kericuhan berawal setelah pertandingan selesai. Brajamusti yang kecewa melakukan tindakan anarkistis. Mereka menyerang proses evakuasi pemain Persis. Mereka juga mengadang dan merusak kendaraan polisi. Polisi mengeluarkan tindakan tegas untuk mencegah tidakan anarkistis,” terang Kapolresta Jogjakarta Kombes Pol Armaini. (rs/nik/per/jpc/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/