26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pelita Jaya Kurang Menyatu, Aspac Kurang Mental

JAKARTA-Tim-tim peserta NBL semakin gencar mencoba kekuatan menjelang seri pertama NBL Flexi 2011/2012 Desember nanti.  Dua tim ibu kota, Pelita Jaya (PJ)dan Dell Aspac, menunjukkan tingkat kesiapan yang berbeda dalam uji coba di GOR Basket Senayan, Jakarta, kemarin (25/11).

Pelita Jaya, mulai menebar ancaman setelah berhasi memukul runner up NBL musim lalu, CLS Knights Surabaya dengan skor 67-58. Tentu, PJ juga sepertinya ingin menegaskan bahwa tim mereka sudah cukup siap untuk mengarungi kerasnya kompetisi bola basket tertinggi di tanah air.
Tapi, pelatih PJ Rastafari Harongbala belum sepenuhnya puas. pasalnya, dia melihat, dalam uji coba kemarin, semua kekuatan tim belum menyatu.

“Pemain-pemain yang dari timnas ada yang baru bergabung. Mereka ini masih terlihat belum menyatu dengan pemain lain,” katanya saat ditemui setelah laga uji kekuatan, kemarin.

Hal itu memang terlihat saat PJ memainkan kekuatan yang sebelumnya tergabung di timnas basket SEA Games XXVI/2011 lalu, perolehan poin tim malah sedikit menurun dan sempat terjadi beberapa kesalahan. Beruntung, Rastafari tanggap dan kembali melakukan pergantian terhadap pemain-pemain yang dianggap masih belum menunjukkan performa puncak.

“Saya melihat, memang ada beberapa pemain yang fokusnya belum disini, feeling mainnya belum kompak betul, mungkin merek masih belum berpikir kesini,” tuturnya.

Selain menilai timnya belum menyatu, dia melihat kekuatan yang ditampilkan CLS ini bukanlah kekuatan terbaik. Dari komposisi pemain, lanjutnya, CLS tidak diperkuat point guard andalannya, Dimaz Muharri, yang mengalami cedera engkel kiri.

Menurut lelaki yang juga membesut timnas Basket SEA Games itu, butuyh waktu sekitar seminggu untuk menyatukan para pemainnya. Sebab, masalah yang terlihat bukan dalam cara pemain menjalankan sistem bermain, tapi lebih pada komunikasi antar pemain.
Sementara itu, Aspac di luar dugaan diataklukkan oleh Muba Hangtuah Sumsel dengan skor 55-67. Kekalahan itu menurut pelatih Aspac Tjetjep Firmansyah tak seharusnya terjadi. Sebab, anak didiknya mampu mendominasi permainan pada quarter pertama dan kedua.

Namun, di quarter ketiga pressure ketat yang dijalankan oleh Muba yang mayoritas bermaterikan pemain muda usia itu membuat Aspac kelabakan. Strategi tersebut terus dijalankan Muba sampai akhirnya di quarter keempat Muba menyalip perolehan poin Aspac 52-53 sebelu menutup pertandingan dengan 55-67.

Dalam kondisi tertinggal, pemain-pemain Aspac ternyata tak mampu keluar dari tekanan. Mereka malah semakin terlihat bingung dan berulangkali gagal menceploskan poin meskipun ruang tembak sduah terbuka lebar.

“Anak-anak mainnya di akhir-akhir tadi kurang tenang. Mereka kena pressure dari lawan, diimbangi dengan main lebih cepat, sayang, eksekusinya malah terburu-buru akhirnya meleset,” terag Tjejep.
Dia mengaku kecewa sistem permainan yang telah ditatanya dengan rapi ternyata tak memberikan hasil maksimal.
Menurut Tjejep, anak didiknya bermain dibawah standar dan terlalu mudah dileati oleh para pemain lawan.

“Semua memang bergantung dari pemain. Saya sudah arahkan, merkea ternyata tak bsai menjalankan, Mereka tidak malu sepertinya dilewati berkali-kali oleh lawan, sampai akhirnya kalah, ini masalah mental,” terang pelatih berkacamata tersebut. (aam/jpnn)

JAKARTA-Tim-tim peserta NBL semakin gencar mencoba kekuatan menjelang seri pertama NBL Flexi 2011/2012 Desember nanti.  Dua tim ibu kota, Pelita Jaya (PJ)dan Dell Aspac, menunjukkan tingkat kesiapan yang berbeda dalam uji coba di GOR Basket Senayan, Jakarta, kemarin (25/11).

Pelita Jaya, mulai menebar ancaman setelah berhasi memukul runner up NBL musim lalu, CLS Knights Surabaya dengan skor 67-58. Tentu, PJ juga sepertinya ingin menegaskan bahwa tim mereka sudah cukup siap untuk mengarungi kerasnya kompetisi bola basket tertinggi di tanah air.
Tapi, pelatih PJ Rastafari Harongbala belum sepenuhnya puas. pasalnya, dia melihat, dalam uji coba kemarin, semua kekuatan tim belum menyatu.

“Pemain-pemain yang dari timnas ada yang baru bergabung. Mereka ini masih terlihat belum menyatu dengan pemain lain,” katanya saat ditemui setelah laga uji kekuatan, kemarin.

Hal itu memang terlihat saat PJ memainkan kekuatan yang sebelumnya tergabung di timnas basket SEA Games XXVI/2011 lalu, perolehan poin tim malah sedikit menurun dan sempat terjadi beberapa kesalahan. Beruntung, Rastafari tanggap dan kembali melakukan pergantian terhadap pemain-pemain yang dianggap masih belum menunjukkan performa puncak.

“Saya melihat, memang ada beberapa pemain yang fokusnya belum disini, feeling mainnya belum kompak betul, mungkin merek masih belum berpikir kesini,” tuturnya.

Selain menilai timnya belum menyatu, dia melihat kekuatan yang ditampilkan CLS ini bukanlah kekuatan terbaik. Dari komposisi pemain, lanjutnya, CLS tidak diperkuat point guard andalannya, Dimaz Muharri, yang mengalami cedera engkel kiri.

Menurut lelaki yang juga membesut timnas Basket SEA Games itu, butuyh waktu sekitar seminggu untuk menyatukan para pemainnya. Sebab, masalah yang terlihat bukan dalam cara pemain menjalankan sistem bermain, tapi lebih pada komunikasi antar pemain.
Sementara itu, Aspac di luar dugaan diataklukkan oleh Muba Hangtuah Sumsel dengan skor 55-67. Kekalahan itu menurut pelatih Aspac Tjetjep Firmansyah tak seharusnya terjadi. Sebab, anak didiknya mampu mendominasi permainan pada quarter pertama dan kedua.

Namun, di quarter ketiga pressure ketat yang dijalankan oleh Muba yang mayoritas bermaterikan pemain muda usia itu membuat Aspac kelabakan. Strategi tersebut terus dijalankan Muba sampai akhirnya di quarter keempat Muba menyalip perolehan poin Aspac 52-53 sebelu menutup pertandingan dengan 55-67.

Dalam kondisi tertinggal, pemain-pemain Aspac ternyata tak mampu keluar dari tekanan. Mereka malah semakin terlihat bingung dan berulangkali gagal menceploskan poin meskipun ruang tembak sduah terbuka lebar.

“Anak-anak mainnya di akhir-akhir tadi kurang tenang. Mereka kena pressure dari lawan, diimbangi dengan main lebih cepat, sayang, eksekusinya malah terburu-buru akhirnya meleset,” terag Tjejep.
Dia mengaku kecewa sistem permainan yang telah ditatanya dengan rapi ternyata tak memberikan hasil maksimal.
Menurut Tjejep, anak didiknya bermain dibawah standar dan terlalu mudah dileati oleh para pemain lawan.

“Semua memang bergantung dari pemain. Saya sudah arahkan, merkea ternyata tak bsai menjalankan, Mereka tidak malu sepertinya dilewati berkali-kali oleh lawan, sampai akhirnya kalah, ini masalah mental,” terang pelatih berkacamata tersebut. (aam/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/