32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Kongres Tahunan PSSI Ancam Out-kan Ketum, Edy: Saya Terima Semua Itu

Edy Rahmayadi
Gubernur Sumut

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Januari 2019 mendatang, PSSI akan menggelar kongres tahunan. Agenda tahunan PSSI ini dianggap bisa menjadi media untuk menurunkan Edy Rahmayadi dari jabatan ketua umum. Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Gusti Randa buka suara soal potensi digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) dalam kongres tahunan itu untuk menurunkan Edy.

Pasalnya menurut Gusti, desakan Edy melepaskan jabatan Ketum PSSI sudah seperti bola salju. “Tadi (kemarin, Red) saat bicarakan tempat dan waktu, saya kasih tahu ke Sekjen. Jangan cuma bicarakan tempat dan tanggalnya, ini harus dibahas. Ini ‘kan seperti bola salju,” ungkap Gusti Randa kepada wartawan, Senin (26/11).

Sebab, masyarakat sepak bola Indonesia yang tak puas bisa saja melakukan unjuk rasa pada lokasi kongres. Tentu, imbasnya izin dari kepolisian bisa saja tak turun untuk kongres tersebut. “Apalagi 2019 tahun politik. Kalau PSSI kongres ada demo, bisa saja tak dapat izin. Ini harus dipikirkan, ini organisasi jadi perhatian, kecuali kemarin menang terus, wong lagi dihantam, viral kok, jangan dibuat santai,” tandas Gusti Randa.

Sementara pembelaan kepada Edy Rahmayadi datang dari anggota Exco PSSI lainnya, Refrizal. Dia mengungkapkan, beberapa kali Edy Rahmayadi minta mundur, namun exco (executive committee) tak merekomendasikan. Menurut Refrizal, alasan exco satu suara mempertahankan Edy Rahmayadi sebagai ketua umum PSSI, karena pertama belum adanya sosok pengganti Edy Rahmayadi. “Kedua, program kerja PSSI semua dijalankan oleh Edy Rahmayadi,” jelas Refrizal dalam talkshow di Kompas TV, Senin (26/11).

Sedangkan mengenai rangkap jabatan Edy yang juga Gubernur Sumatera tara, Refrizal menilai, hal tersebut sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Pasalnya, dulu awal pencalonan ketua umum PSSI, Edy sudah rangkapan jabatan sebagai Pangkostrad. “Kenapa enggak disoal (rangkap jabatan) waktu awal pencalonan dulu,” tandas Refrizal.

Menyikapi derasnya teriakan Edy Out yang disuarakan masyarakat, Edy Rahmayadi akhirnya angkat bicara. Edy mengaku menerima suara-suara pecinta sepak bola Tanah Air yang mengkritiknya pasca gugurnya Timnas di Piala AFF 2018. Edy menyadari, teriakan itu karena masyarakat Indonesia berkeinginan Tim Merah Putih berprestasi.

Suara kritikan itu disampaikan karena masyarakat Tanah Air menilai Edy tidak serius membina sepak bola Indonesia. “Saya terima itu semua. Menurut saya, itu kekecewaan rakyat Indonesia,” kata Edy saat berbincang dengan Tv One, Senin (26/11) malam.

Mantan Pangkostrad tersebut mengatakan, tidak semudah itu menurunkannya dari jabatan sebagai ketum PSSI. Hal itu dikarenakan PSSI merupakan anggota FIFA. Tentu saja ada proses yang harus dilakukan PSSI bila ingin mengganti pemimpinnya.

Edy bisa saja diganti apabila ada setengah anggota PSSI yang menginginkannya mundur. Itupun dilakukan hanya pada saat Kongres PSSI. “PSSI ini di bawah FIFA dan diatur dalam statutanya. Kalau saya ada kegiatan kecurangan bersifat hukum atau para voter sebanyak 2/3 mengajukannya ke FIFA dan FIFA datang ke sini untuk memprosesnnya, itu bisa saja dilakukan,” katanya.

“Tapi tentu saja itu akan membuat buruk sepak bola Indonesia. Saya tidak mau itu. Saya ingin menjaga nama Indonesia dan tidak dijelekan oleh negara lain,” tutup Edy.

Serahkan pada Ahlinya
Pemerhati sepakbola, Akmal Marhali menilai, PSSI membutuhkan sosok yang totalitas mengurus sepakbola Tanah Air. Sosok yang mengerti tentang bagaimana membangun Timnas dan kompetisi. “Kalau keinginan pribadi saya, ya sudah waktunya sepakbola diserahkan kepada mantan pemain yang mengerti betul sepakbola Indonesia.

PSSI harus dikembalikan kepada pelaku utamanya. Pesepakbola yang kapabel dan berorientasi pada prestasi. Bukan yang berbisnis mengaburkan prestasi. Yang bisa membersihkan sepakbola dari duri lapangan rumput dan benalu yang selama ini mengerdilkan sepakbola nasional,” ujar Akmal.

“Ketua umum PSSI idaman adalah mereka yang mampu membangun sepakbola Indonesia dengan mengedepankan trust alias kepercayaan publik. Trust menjadi tolok ukur terpenting saat ini untuk mengembalikan marwah sepakbola Indonesia,” dia menambahkan.

“Ketua Umum PSSI ke depan harus fokus membangun sepakbola Indonesia tanpa rekayasa dan tanpa mafia. Sepakbola yang sehat dan bebas dari pencurian umur, penhaturan skor dan bayangan bandar bandar judi. Ketua umum PSSI ke depan harus mengembalikan PSSI seperti singkatannya Profesional Sehat Sportif dan Integritas,” kata dia.

Lalu, siapa sosok yang tepat menjadi ketum PSSI, Akmal menilai salah satunya adalah mantan pemain. Banyak orang-orang berkompeten yang bisa diberikan kesempatan. “Waktu yang tepat saat ini adalah ketua umum PSSI dikembalikan kepada mantan pesepakbola agar benar-benar kembali ke habitatnya, kembali kepada asal muasal munculnya (alat persatuan dan kesatuan bangsa serta kebanggaan bangsa). Tidak perlu orang pintar di PSSI, cukup orang jujur,” kata Akmal.

“Banyak mantan pesepakbola yang sukses di luar sepakbola seperti mantan pemain timnas Bob Hippy, Ferrryl Raymond Hattu atau lainnya. Mereka bisa pimpin PSSI asal diberikan kesempatan,” katanya. (jpc/bbs)

Edy Rahmayadi
Gubernur Sumut

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Januari 2019 mendatang, PSSI akan menggelar kongres tahunan. Agenda tahunan PSSI ini dianggap bisa menjadi media untuk menurunkan Edy Rahmayadi dari jabatan ketua umum. Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Gusti Randa buka suara soal potensi digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) dalam kongres tahunan itu untuk menurunkan Edy.

Pasalnya menurut Gusti, desakan Edy melepaskan jabatan Ketum PSSI sudah seperti bola salju. “Tadi (kemarin, Red) saat bicarakan tempat dan waktu, saya kasih tahu ke Sekjen. Jangan cuma bicarakan tempat dan tanggalnya, ini harus dibahas. Ini ‘kan seperti bola salju,” ungkap Gusti Randa kepada wartawan, Senin (26/11).

Sebab, masyarakat sepak bola Indonesia yang tak puas bisa saja melakukan unjuk rasa pada lokasi kongres. Tentu, imbasnya izin dari kepolisian bisa saja tak turun untuk kongres tersebut. “Apalagi 2019 tahun politik. Kalau PSSI kongres ada demo, bisa saja tak dapat izin. Ini harus dipikirkan, ini organisasi jadi perhatian, kecuali kemarin menang terus, wong lagi dihantam, viral kok, jangan dibuat santai,” tandas Gusti Randa.

Sementara pembelaan kepada Edy Rahmayadi datang dari anggota Exco PSSI lainnya, Refrizal. Dia mengungkapkan, beberapa kali Edy Rahmayadi minta mundur, namun exco (executive committee) tak merekomendasikan. Menurut Refrizal, alasan exco satu suara mempertahankan Edy Rahmayadi sebagai ketua umum PSSI, karena pertama belum adanya sosok pengganti Edy Rahmayadi. “Kedua, program kerja PSSI semua dijalankan oleh Edy Rahmayadi,” jelas Refrizal dalam talkshow di Kompas TV, Senin (26/11).

Sedangkan mengenai rangkap jabatan Edy yang juga Gubernur Sumatera tara, Refrizal menilai, hal tersebut sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Pasalnya, dulu awal pencalonan ketua umum PSSI, Edy sudah rangkapan jabatan sebagai Pangkostrad. “Kenapa enggak disoal (rangkap jabatan) waktu awal pencalonan dulu,” tandas Refrizal.

Menyikapi derasnya teriakan Edy Out yang disuarakan masyarakat, Edy Rahmayadi akhirnya angkat bicara. Edy mengaku menerima suara-suara pecinta sepak bola Tanah Air yang mengkritiknya pasca gugurnya Timnas di Piala AFF 2018. Edy menyadari, teriakan itu karena masyarakat Indonesia berkeinginan Tim Merah Putih berprestasi.

Suara kritikan itu disampaikan karena masyarakat Tanah Air menilai Edy tidak serius membina sepak bola Indonesia. “Saya terima itu semua. Menurut saya, itu kekecewaan rakyat Indonesia,” kata Edy saat berbincang dengan Tv One, Senin (26/11) malam.

Mantan Pangkostrad tersebut mengatakan, tidak semudah itu menurunkannya dari jabatan sebagai ketum PSSI. Hal itu dikarenakan PSSI merupakan anggota FIFA. Tentu saja ada proses yang harus dilakukan PSSI bila ingin mengganti pemimpinnya.

Edy bisa saja diganti apabila ada setengah anggota PSSI yang menginginkannya mundur. Itupun dilakukan hanya pada saat Kongres PSSI. “PSSI ini di bawah FIFA dan diatur dalam statutanya. Kalau saya ada kegiatan kecurangan bersifat hukum atau para voter sebanyak 2/3 mengajukannya ke FIFA dan FIFA datang ke sini untuk memprosesnnya, itu bisa saja dilakukan,” katanya.

“Tapi tentu saja itu akan membuat buruk sepak bola Indonesia. Saya tidak mau itu. Saya ingin menjaga nama Indonesia dan tidak dijelekan oleh negara lain,” tutup Edy.

Serahkan pada Ahlinya
Pemerhati sepakbola, Akmal Marhali menilai, PSSI membutuhkan sosok yang totalitas mengurus sepakbola Tanah Air. Sosok yang mengerti tentang bagaimana membangun Timnas dan kompetisi. “Kalau keinginan pribadi saya, ya sudah waktunya sepakbola diserahkan kepada mantan pemain yang mengerti betul sepakbola Indonesia.

PSSI harus dikembalikan kepada pelaku utamanya. Pesepakbola yang kapabel dan berorientasi pada prestasi. Bukan yang berbisnis mengaburkan prestasi. Yang bisa membersihkan sepakbola dari duri lapangan rumput dan benalu yang selama ini mengerdilkan sepakbola nasional,” ujar Akmal.

“Ketua umum PSSI idaman adalah mereka yang mampu membangun sepakbola Indonesia dengan mengedepankan trust alias kepercayaan publik. Trust menjadi tolok ukur terpenting saat ini untuk mengembalikan marwah sepakbola Indonesia,” dia menambahkan.

“Ketua Umum PSSI ke depan harus fokus membangun sepakbola Indonesia tanpa rekayasa dan tanpa mafia. Sepakbola yang sehat dan bebas dari pencurian umur, penhaturan skor dan bayangan bandar bandar judi. Ketua umum PSSI ke depan harus mengembalikan PSSI seperti singkatannya Profesional Sehat Sportif dan Integritas,” kata dia.

Lalu, siapa sosok yang tepat menjadi ketum PSSI, Akmal menilai salah satunya adalah mantan pemain. Banyak orang-orang berkompeten yang bisa diberikan kesempatan. “Waktu yang tepat saat ini adalah ketua umum PSSI dikembalikan kepada mantan pesepakbola agar benar-benar kembali ke habitatnya, kembali kepada asal muasal munculnya (alat persatuan dan kesatuan bangsa serta kebanggaan bangsa). Tidak perlu orang pintar di PSSI, cukup orang jujur,” kata Akmal.

“Banyak mantan pesepakbola yang sukses di luar sepakbola seperti mantan pemain timnas Bob Hippy, Ferrryl Raymond Hattu atau lainnya. Mereka bisa pimpin PSSI asal diberikan kesempatan,” katanya. (jpc/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/