JAKARTA-Tak ada ekspresi kegembiraan berlebih saat Surabaya Samator menang 3-1 (25-21,25-20,20-25,25-15) atas Jakarta BNI 46 kemarin (28/4). Ya sekalipun meraih tiga poin, Bagus Wahyu dkk tetap gagal melaju ke babak grand final.
Kemenangan percuma Samator tersebut tak lepas setelah saingan utama mereka Palembang Bank Sumsel Babel menjinakkan Jakarta Sananta Indocement 3-2 (20-25,25-22,30-32,25-21,16-14 ) pada laga sebelumnya.
Dengan hasil itu, BNI 46 kukuh di puncak klasemen putra dengan nilai 14. Atas raihan itu Aji Maulana dkk berhak atas hadiah uang sebesar Rp 30 juta. Disusul Bank Sumsel Babel (BSB) di posisi runner up. Lalu Samator dan Sananta.
“Kami memang gagal melaju ke grandfinal. Namun kami tetap fight lawan BNI 46 hari ini (kemarin,red.). Motivasi tim kami adalah pertandingan kami disiarkan langsung. Jadi semua tahu bahwa kami bermain tetap serius,” tutur Ibar.
Ibar mengaku kecewa dengan pencapaian timnya. Mengawali start Proliga dengan mulus, bahkan menjadi juara putaran pertama babak penyisihan, grafik Samator terus menurun. Hal itu diperparah saat final four di Jogja pekan lalu, Samator hanya sanggup menang sekali dari tiga laga.
Di sisi lain, pelatih BNI 46 Roy Makpal tak kalah kecewa. Selain rekor streak kemenangan sepuluh kali terhenti, juara lima kali Proliga itu gagal menorehkan sejarah. Sejak menggunakan format final four tahun 2006 lalu, belum ada tim yang menyapu bersih kemenangan dalam enam laga.
“Kami tinggal sedikit lagi mencetak histori. Namun kami akui, Samator sangat kuat. Inilah kekuatan Samator yang kami takuti. Solid sebagai satu tim,” ucap Roy.
Namun dibalik kekalahan kemarin, bapak tiga anak itu bersyukur pemain penggantinya bisa menjawab kepercayaan. Dwi Sistin Yoga yang masuk menggantikan Koko Prasetyo tampil ciamik. (dra)