30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

‘Gemes’ dengan Prestasi Bulutangkis Indonesia

Kembalinya Rexy Mainaky ke PB PBSI sebagai Kabid Binpres menghembuskan asa perbaikan di tubuh induk organisasi bulu tangkis tertinggi tanah air. Terpuruk secara prestasi dalam beberapa tahun terakhir, Rexy mengemban tugas menaikkan lagi pamor Indonesia di kancah bulu tangkis internasional. Berikut petikan wawancara dengan ganda putra peraih medali emas Olimpiade 1996 tersebut.

Apa yang membuat Anda bersedia kembali dan melatih bulu tangkis Indonesia?

Saya gemes saja dengan prestasi Indonesia. Ketika saya berhenti main bulu tangkis tahun 2001 lalu, Indonesia  masih menjadi salah satu kekuatan yang disegani di dunia. Sekarang grafiknya menurun. Akhirnya ketika saya di Filipina, saya ditelpon oleh Pak Gita, Ketua Umum PB PBSI, dan ditawari melatih Indonesia, saya  setuju. Namun saya katakan tetap harus patuh kepada kontrak saya sebagai pelatih di Filipina.

Berapa uang kompensasi yang harus disediakan PB PBSI untuk membawa Anda pulang ke tanah air?

(tertawa) Itu kurang layak untuk dibincangkan. Namun yang jelas, saya berkomitmen akan total untuk memajukan bulu tangkis Indonesia ini.

Apa hasil yang ingin dicapai oleh bulu tangkis Indonesia?

Saya menyusun program untuk proyeksi jangka pendek, menengah, dan jauh. Untuk jangka pendek, sepeti kata Pak Gita ada empat turnamen di tahun 2013 ini yang menjadi goal kita. Lalu di 2016, Olimpiade menjadi bidikan kita. Untuk mencapai tujuan itu, saya akan melakukan perubahan. Dimulai dengan perombakan pemain dan pelatih.

Program apa saja yang disiapkan untuk mencapai tujuan Anda itu?

Pertama saya ingin menghidupkan lagi konsep pusdiklat bulu tangkis di daerah-daerah yang dulu pernah menjadi andalan untuk mencetak pemain. Kedua membagi pelatnas menjadi utama dan pratama. Kita lihat sejauh ini amburadul. Siapa yang masuk utama, siapa yang pratama. Seharusnya ada garis tegas untuk goal pelatnas pratama dan utama. Misal, pemain sekelas Sony atau Simon, harus berpikir bagaimana caranya mengalahkan Lin Dan atau Lee Chong Wei. Malah aneh misalnya kalau pemain muda sepeti Shesar dibebani target sama dengan Sony atau Simon.

Dari pengalaman melatih Anda di Inggris, Malaysia, dan Filipina, apa yang hilang dari bulu tangkis Indonesia saat ini?

Disiplin. Itu menjadi kunci utama dimanapaun kalau pemain ingin meraih sukses. Kalau bisa mendisplinkan dirinya, prestasi akan terangkat.

Efektifkah kejuaraan nasional seperti sirkuit nasional dan turnamen dalam negeri lainnya?

Kita harus melihatnya dengan bijak. Saya akan berbicara dengan bagian pertandingan PB PBSI. Mungkin ada beberapa kejuaraan yang pemain nasional kita tak perlu turun karena harus konsentrasi mengikuti kejuaraan level internasional. Lebih baik mereka dikarantina dan menjalani latihan terpusat sebelum terjun di level internasional. (dra/jpnn)

Kembalinya Rexy Mainaky ke PB PBSI sebagai Kabid Binpres menghembuskan asa perbaikan di tubuh induk organisasi bulu tangkis tertinggi tanah air. Terpuruk secara prestasi dalam beberapa tahun terakhir, Rexy mengemban tugas menaikkan lagi pamor Indonesia di kancah bulu tangkis internasional. Berikut petikan wawancara dengan ganda putra peraih medali emas Olimpiade 1996 tersebut.

Apa yang membuat Anda bersedia kembali dan melatih bulu tangkis Indonesia?

Saya gemes saja dengan prestasi Indonesia. Ketika saya berhenti main bulu tangkis tahun 2001 lalu, Indonesia  masih menjadi salah satu kekuatan yang disegani di dunia. Sekarang grafiknya menurun. Akhirnya ketika saya di Filipina, saya ditelpon oleh Pak Gita, Ketua Umum PB PBSI, dan ditawari melatih Indonesia, saya  setuju. Namun saya katakan tetap harus patuh kepada kontrak saya sebagai pelatih di Filipina.

Berapa uang kompensasi yang harus disediakan PB PBSI untuk membawa Anda pulang ke tanah air?

(tertawa) Itu kurang layak untuk dibincangkan. Namun yang jelas, saya berkomitmen akan total untuk memajukan bulu tangkis Indonesia ini.

Apa hasil yang ingin dicapai oleh bulu tangkis Indonesia?

Saya menyusun program untuk proyeksi jangka pendek, menengah, dan jauh. Untuk jangka pendek, sepeti kata Pak Gita ada empat turnamen di tahun 2013 ini yang menjadi goal kita. Lalu di 2016, Olimpiade menjadi bidikan kita. Untuk mencapai tujuan itu, saya akan melakukan perubahan. Dimulai dengan perombakan pemain dan pelatih.

Program apa saja yang disiapkan untuk mencapai tujuan Anda itu?

Pertama saya ingin menghidupkan lagi konsep pusdiklat bulu tangkis di daerah-daerah yang dulu pernah menjadi andalan untuk mencetak pemain. Kedua membagi pelatnas menjadi utama dan pratama. Kita lihat sejauh ini amburadul. Siapa yang masuk utama, siapa yang pratama. Seharusnya ada garis tegas untuk goal pelatnas pratama dan utama. Misal, pemain sekelas Sony atau Simon, harus berpikir bagaimana caranya mengalahkan Lin Dan atau Lee Chong Wei. Malah aneh misalnya kalau pemain muda sepeti Shesar dibebani target sama dengan Sony atau Simon.

Dari pengalaman melatih Anda di Inggris, Malaysia, dan Filipina, apa yang hilang dari bulu tangkis Indonesia saat ini?

Disiplin. Itu menjadi kunci utama dimanapaun kalau pemain ingin meraih sukses. Kalau bisa mendisplinkan dirinya, prestasi akan terangkat.

Efektifkah kejuaraan nasional seperti sirkuit nasional dan turnamen dalam negeri lainnya?

Kita harus melihatnya dengan bijak. Saya akan berbicara dengan bagian pertandingan PB PBSI. Mungkin ada beberapa kejuaraan yang pemain nasional kita tak perlu turun karena harus konsentrasi mengikuti kejuaraan level internasional. Lebih baik mereka dikarantina dan menjalani latihan terpusat sebelum terjun di level internasional. (dra/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/