MEDAN-Petinju-petinju amatir di Sumut dinilai sangat minim mengikuti berbagai kejuaraan. Hal ini ditengarai menjadi satu penyebab menurunnya prestasi Tinju beberapa tahun belakangan ini. Padahal Sumut memiliki banyak bibit-bibit berbakat.
“Dalam beberapa tahun belakangan ini kejuaraan Tinju memang sangat minim digelar. Akibatnya Petinju kita sangat kekurangan jam terbang. Artinya, kalau hanya latihan saja tanpa adanya kejuaraan, tentunya tidak ada gunanya,” tutur pengamat Tinju Sumut Lamhot Simamora, Selasa (5/3).
Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, kejuaraan di Sumut hampir rutin setiap bulan digelar. Dengan demikian atlet juga dapat mengevaluasi kekurangan dari kejuaraan yang diikutinya. Dan semakin termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas. “Berbeda dengan sekarang, sangat jarang digelar kejuaraan. Kalaupun ada, hanya sebatas Kejurda atau Kejurnas. Kalau hanya dua kejuaraan ini saja jelas sangat tidak cukup untuk menambah pengalaman atlet,” jelas Lamhot.
Pada PON XVIII/2012 Riau lalu, Sumut menurunkan 10 Petinju, yakni Benget Simorangkir, Nurmala Dewi, Maduma Simbolon, Nico Purba, Esmiliana Simangunsong, Abdulah Siregar, Siti Aisyah, Sadarmawati, Gayatri, dan Daniel Pasaribu.
Namun pencapaian medali kurang memuaskan, karena hanya berhasil membawa pulang satu emas dan satu perak. Raihan ini menurun jika dibanding dengan penyelenggaraan PON XVII/2008 di Kalimantan Timur, dengan dua emas, lima perunggu.
Ketua Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) Sumut ini, juga mengatakan, dirinya tak mau mencari-cari siapa yang harus disalahkan atas kemerosotan prestasi Tinju di Sumut dalam beberapa tahun ini. Baginya yang penting hal itu harus menjadi perhatian semua pihak agar tidak sampai berlarut-larut.
Dalam hal ini tentunya sudah menjadi tugas utama Pengurus Pertina Sumut dan pengcab-pengcab lainnya. Bagimana dapat merangkul berbagai pihak baik pengusaha, pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan lainnya untuk diajak bekerja sama dalam menggelar kejuaraan. “Anggaran untuk menggelar kejuaraan memang sangat terbatas, namun itu tidak dapat dijadikan alasan. Pengurus harus kreatif mencari solusinya, misalnya dengan menggandeng pihak ketiga. Apalagi memang Tinju merupakan satu cabang olahraga andalan di Sumut,” tandasnya. (mag-1)