33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

PSMS U-19 Terus Berjalan tanpa ‘Induk’

Perseteruan di tubuh PSMS masih berlanjut. Dualisme kepengurusan yang kian nyata menjadi polemik yang semakin kabur jalan penyelesaiannya. Namun di Lapangan Kebun Bunga, 25 pemain junior seakan tidak memperdulikan konflik yang terjadi. Derap langkah mereka masih dengan asa yang sama.

Mereka adalah PSMS U-19 yang dibesut Suyono. Suyono didampingi Rahmad Basuki, Sudarto (asisten), dan Sahari Gultom (pelatih kiper). Tim ini telah berjalan lebih dari setahun. Tanpa mengikuti kompetisi sekalipun. Hanya laga-laga ujicoba yang menjadi penguji materi latihan baik di dalam maupun di luar Medan.

Ironisnya, tim yang harusnya diperuntukkan untuk cikal bakal skuad PSMS ke depan ini tak mendapat sepeserpun dana dari pengurus. “Gak ada bantuan apapun. Bola latihan da kostum kami sendiri. Tim ini berjalan didanai pak Yahya (manajer) yang bersedia membantu operasional tim,” ujar Suyono saat berbincang kemarin.

Sebelumnya tim ini awalnya diperuntukkan untuk Piala Suratin. Namun keputusan menyebrang ke ISL turut membuat kebijakan untuk skuad ini berubah. Apalagi kompetisi remaja gaweannya KPSI, yang menaungi ISL, tidak jelas. Jadilah skuad PSMS junior berjalan tanpa kompetisi.

Suyono mengatakan meski konflik di tubuh PSMS tengah hangat-hangatnya, pihaknya tidak memerdulikannya. Tim ini akan terus berjalan dengan tujuan pembinaan. Apalagi dana yang digunakan murni dari kocek pribadi manajer. “PSMS bukan punya pengurus. Tapi milik masyarakat. Jadi kita tidak peduli siapaun ketua umumnya terserah. Toh, dananya juga pribadi.Ini murni pembinaan. Ini ada anak-anak yang siap dibina kalau ada yang mau membantu,” ungkapnya lagi.

Tim ini juga bukannya tanpa kontribusi. Airlangga sudah dimagangkan ke skuad senior musim lalu. Meskipun belum mendapat kesempatan tampil. Sementara Rizki yang berposisi stoper naik pangkat ke skuad PSMS U-21.
“Pikiran kami sederhana saja, ini adalah pembinaan yang berkelanjutan. Targetnya bisa menjadi cikal bakal untuk skuat PSMS senior. Jadi, nggak perlu lagi harus beli pemain luar Sumut dengan harga mahal. Ini aset terbesar untuk musim kompetisi berikutnya,” tuturnya.

Lantas mengapa Manajer Tim Yahya masih terus bertahan? Yahya yang merupakan pengusaha peternakan nyatanya tidak mau ambil pusing dengan konflik yang terjadi. Niatnya murni untuk membina anak-anak muda bertalenta.
“Saya nggak mau bahas itu, ya sudahlah. Saya urus tim ini karena mencintai sepak bola. Saya juga heran, kenapa PSMS Medan nggak bisa mendapatkan sebelas pemain lokal berkualitas,” kata Yahya yang berlatarbelakang pengusaha di bidang peternakan ini.(don)

Perseteruan di tubuh PSMS masih berlanjut. Dualisme kepengurusan yang kian nyata menjadi polemik yang semakin kabur jalan penyelesaiannya. Namun di Lapangan Kebun Bunga, 25 pemain junior seakan tidak memperdulikan konflik yang terjadi. Derap langkah mereka masih dengan asa yang sama.

Mereka adalah PSMS U-19 yang dibesut Suyono. Suyono didampingi Rahmad Basuki, Sudarto (asisten), dan Sahari Gultom (pelatih kiper). Tim ini telah berjalan lebih dari setahun. Tanpa mengikuti kompetisi sekalipun. Hanya laga-laga ujicoba yang menjadi penguji materi latihan baik di dalam maupun di luar Medan.

Ironisnya, tim yang harusnya diperuntukkan untuk cikal bakal skuad PSMS ke depan ini tak mendapat sepeserpun dana dari pengurus. “Gak ada bantuan apapun. Bola latihan da kostum kami sendiri. Tim ini berjalan didanai pak Yahya (manajer) yang bersedia membantu operasional tim,” ujar Suyono saat berbincang kemarin.

Sebelumnya tim ini awalnya diperuntukkan untuk Piala Suratin. Namun keputusan menyebrang ke ISL turut membuat kebijakan untuk skuad ini berubah. Apalagi kompetisi remaja gaweannya KPSI, yang menaungi ISL, tidak jelas. Jadilah skuad PSMS junior berjalan tanpa kompetisi.

Suyono mengatakan meski konflik di tubuh PSMS tengah hangat-hangatnya, pihaknya tidak memerdulikannya. Tim ini akan terus berjalan dengan tujuan pembinaan. Apalagi dana yang digunakan murni dari kocek pribadi manajer. “PSMS bukan punya pengurus. Tapi milik masyarakat. Jadi kita tidak peduli siapaun ketua umumnya terserah. Toh, dananya juga pribadi.Ini murni pembinaan. Ini ada anak-anak yang siap dibina kalau ada yang mau membantu,” ungkapnya lagi.

Tim ini juga bukannya tanpa kontribusi. Airlangga sudah dimagangkan ke skuad senior musim lalu. Meskipun belum mendapat kesempatan tampil. Sementara Rizki yang berposisi stoper naik pangkat ke skuad PSMS U-21.
“Pikiran kami sederhana saja, ini adalah pembinaan yang berkelanjutan. Targetnya bisa menjadi cikal bakal untuk skuat PSMS senior. Jadi, nggak perlu lagi harus beli pemain luar Sumut dengan harga mahal. Ini aset terbesar untuk musim kompetisi berikutnya,” tuturnya.

Lantas mengapa Manajer Tim Yahya masih terus bertahan? Yahya yang merupakan pengusaha peternakan nyatanya tidak mau ambil pusing dengan konflik yang terjadi. Niatnya murni untuk membina anak-anak muda bertalenta.
“Saya nggak mau bahas itu, ya sudahlah. Saya urus tim ini karena mencintai sepak bola. Saya juga heran, kenapa PSMS Medan nggak bisa mendapatkan sebelas pemain lokal berkualitas,” kata Yahya yang berlatarbelakang pengusaha di bidang peternakan ini.(don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/