31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Menanti Reformasi

MEDAN- Rabu (6/7) lalu fans PSMS ramai-ramai menyerbu Stadion Teladan. Padahal kompetisi liga tengah libur. Ternyata mereka ingin menonton laga uji coba tim sepak bola Pra PON Sumut melawan Medan All Star yang dihuni sejumlah mantan pemain PSMS. Sebuah kerinduan luar biasa.

Tentu saja. Jika ada seribu fans PSMS ditanya soal siapa pemain yang layak berkostum PSMS, mungkin 990 orang di antaranya akan menyebut beberapa nama yang masuk tim Medan All Star itu.
Apalagi jika nama yang disebut adalah pemain yang membawa PSMS jadi runner up Divisi Utama 2007 lalu. Coba sebut saja nama Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean hingga Markus Horison. Dengan sergah cepat, fans pasti ingin nama-nama itu kembali mengenakan kostum PSMS.

Ya, pada laga eksebisi itu nama-nama seperti  Usman Pirbadi, Fadly Hariri, Irwanto, Agus Cima, Ari Yuganda, Alamsyah, Jecky Pasarella, Donny F Siregar, Wijay, Saktiawan Sinaga, dan M Rizal Kajub kembali memberi atmosfer kejayaan sepak bola Kota Medan khususnya. Lewat sebuah media bernama PSMS, orang-orang di kota ini bahkan Sumut, merasa punya hiburan dan kebanggaan.

Tapi itu cerita masa lalu. Tantangan ke depan bagi PSMS makin mengenaskan. Selain APBD yang asli sudah tak lagi ditolerir penggunaannya bagi klub sepak bola profesional, PSMS juga masih disibukkan dengan masalah internal. Apalagi kepengurusan PSMS dinilai tak berhasil mengangkat prestasi PSMS.

Para mantan pemain tadi bukannya tak mau kembali ke PSMS. Hampir seluruh pemain menyatakan ingin kembali jika pengurus memang serius. Serius di sini tak semata soal urusan kontrak, namun lebih kepada kepentingan yang lebih besar lagi seperti pembenahan stadion hingga tekad masuk ke ISL.  Dan sayang sekali tampaknya hal itu masih jauh dari visi para pengurus.

“Sejak lama kami mimpikan PSMS menjadi klub profesional. Kami harap pengurus yang merasa gagal mundur, sebelum publik melakukan reformasi dengan caranya sendiri,” beber Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan.

“Ke depan kami inginkan pembinaan pemain lokal. Pelatih dipilih publik. Seleksi digelar terbuka, dan tentu saja yang punya fanatisme,” sambungnya.

Bani Gultom yang juga pendukung setia PSMS dari bendera yang sama juga berharap demikian.
“Fanatisme masih dibutuhkan di PSMS. Putra daerah pasti banyak yang bisa jadi bintang di sini. Kalau pelatih, lebih baik putra daerah juga. Nama seperti Suimin Diharja masih kami inginkan. Beliau sosok yang keras dan tak sungkan mengkritik manajemen dan pengurus jika memang berjalan di jalan yang tak benar,” katanya. (ful)

MEDAN- Rabu (6/7) lalu fans PSMS ramai-ramai menyerbu Stadion Teladan. Padahal kompetisi liga tengah libur. Ternyata mereka ingin menonton laga uji coba tim sepak bola Pra PON Sumut melawan Medan All Star yang dihuni sejumlah mantan pemain PSMS. Sebuah kerinduan luar biasa.

Tentu saja. Jika ada seribu fans PSMS ditanya soal siapa pemain yang layak berkostum PSMS, mungkin 990 orang di antaranya akan menyebut beberapa nama yang masuk tim Medan All Star itu.
Apalagi jika nama yang disebut adalah pemain yang membawa PSMS jadi runner up Divisi Utama 2007 lalu. Coba sebut saja nama Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean hingga Markus Horison. Dengan sergah cepat, fans pasti ingin nama-nama itu kembali mengenakan kostum PSMS.

Ya, pada laga eksebisi itu nama-nama seperti  Usman Pirbadi, Fadly Hariri, Irwanto, Agus Cima, Ari Yuganda, Alamsyah, Jecky Pasarella, Donny F Siregar, Wijay, Saktiawan Sinaga, dan M Rizal Kajub kembali memberi atmosfer kejayaan sepak bola Kota Medan khususnya. Lewat sebuah media bernama PSMS, orang-orang di kota ini bahkan Sumut, merasa punya hiburan dan kebanggaan.

Tapi itu cerita masa lalu. Tantangan ke depan bagi PSMS makin mengenaskan. Selain APBD yang asli sudah tak lagi ditolerir penggunaannya bagi klub sepak bola profesional, PSMS juga masih disibukkan dengan masalah internal. Apalagi kepengurusan PSMS dinilai tak berhasil mengangkat prestasi PSMS.

Para mantan pemain tadi bukannya tak mau kembali ke PSMS. Hampir seluruh pemain menyatakan ingin kembali jika pengurus memang serius. Serius di sini tak semata soal urusan kontrak, namun lebih kepada kepentingan yang lebih besar lagi seperti pembenahan stadion hingga tekad masuk ke ISL.  Dan sayang sekali tampaknya hal itu masih jauh dari visi para pengurus.

“Sejak lama kami mimpikan PSMS menjadi klub profesional. Kami harap pengurus yang merasa gagal mundur, sebelum publik melakukan reformasi dengan caranya sendiri,” beber Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan.

“Ke depan kami inginkan pembinaan pemain lokal. Pelatih dipilih publik. Seleksi digelar terbuka, dan tentu saja yang punya fanatisme,” sambungnya.

Bani Gultom yang juga pendukung setia PSMS dari bendera yang sama juga berharap demikian.
“Fanatisme masih dibutuhkan di PSMS. Putra daerah pasti banyak yang bisa jadi bintang di sini. Kalau pelatih, lebih baik putra daerah juga. Nama seperti Suimin Diharja masih kami inginkan. Beliau sosok yang keras dan tak sungkan mengkritik manajemen dan pengurus jika memang berjalan di jalan yang tak benar,” katanya. (ful)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/