25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Lebih Sering Cedera Saat Main Bola Ketimbang Bergulat

Anggi Muda Siregar. Mantan atlet gulat Sumut ini berhasil meraih beberapa prestasi di era 80-an. Meski belum meraih medali emas yang begitu diinginkannya, namun, di masanya, nama Anggi sempat membuat lawan kerap ketar-ketir. Beristrikan Risdayanti Harahap dan dikaruniai tiga orang anak, Anggi kini tinggal di Jalan HM Yamin Gang Lurah No 13 Medan Perjuangan.

Anggi Muda Siregar
Anggi Muda Siregar

Awalnya, Anggi memang tak sepenuhnya mencintai olahraga yang bisa dibilang cukup keras ini. Namun, sang ayah-lah yang memperkenalkan dan berusaha memotivasinya. Ia kerap dibawa berlatih di Jalan Veteran Medan. Dengan motivasi yang kuat, Anggi muda pun akhirnya menggeluti olahraga yang menuntut kekuatan kaki itu dengan serius.

Dilatih legenda hidup gulat Sumut, Asmara Dana, cukup banyak yang didapatkannya dan mengantarkannya menjadi seorang atlet tangguh. “Sejak 1980-an saya sudah memulai karir menjadi seorang pegulat. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP,” ungkapnya.
Selain menggeluti gulat, Anggi juga sering bermain sepak bola di lingkungannya. Menurutnya, olahraga yang cukup memasyarakat ini murah dan bisa dilakukan di mana saja. “Nah, saya ingat sekali, jika dibanding dengan gulat, saya lebih sering cedera saat bermain bola. Meskipun gulat mengharuskan kontak fisik 100 persen,” jelas Anggi.

Dari gulat ini, Anggi memang mampu membuat bangga kedua orangtuanya. Pasalnya, sejak awal karir, Anggi sudah mampu tembus level Nasional untuk mengikuti Kejurnas di Kaltim. “Saat itu saya meraih juara ketiga,” ungkapnya.

Menginjak SMA, Anggi masih kerap terjun ke Kejurnas. Namun, dewi fortuna belum menghampirinya. Anggi yang kini berprofesi sebagai Wakil Kepala Bidang Kurikulum di SMA Negeri 6 Medan ini, mengaku cukup fokus pada pendidikannya. “Yang utama bagi saya adalah pendidikan,” ujarnya.
Saat duduk di bangku kuliah, ia juga pernah mengikuti PON di Jakarta pada 1885 silam. Ia ikut dalam kategori 58 kg. Tapi, dari kejuaraan bergengsi itu, ia belum meraih juara.

Usai pensiun menjadi seorang pegulat, Anggi sempat menggeluti karir di kepelatihan dan juga wasit.

Pada  1989, karir kepelatihannya dimulai dengan menangani atlet Sumut. Dan saat ini ia masih menjabat sebagai pelatih di PPLP Sumut. “Anak didik saya pernah terpilih untuk berlaga di Vietnam, namun tak tahu kendala apa yang terjadi, akhirnya ia tak dapat ikut,” ungkap Anggi.
Disinggung mengenai generasi gulat di Sumut saat ini, diakuinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Karena di setiap kabupaten/kota sudah ada Pengcab yang menunjukkan antusias cukup tinggi. “Untuk lebih baik lagi, atlet harusnya punya kemauan yang kuat untuk menjadi seorang juara. Dan pemerintah juga harus ikut andil dalam memajukan olahraga ini,” tandasnya. (*)

Anggi Muda Siregar. Mantan atlet gulat Sumut ini berhasil meraih beberapa prestasi di era 80-an. Meski belum meraih medali emas yang begitu diinginkannya, namun, di masanya, nama Anggi sempat membuat lawan kerap ketar-ketir. Beristrikan Risdayanti Harahap dan dikaruniai tiga orang anak, Anggi kini tinggal di Jalan HM Yamin Gang Lurah No 13 Medan Perjuangan.

Anggi Muda Siregar
Anggi Muda Siregar

Awalnya, Anggi memang tak sepenuhnya mencintai olahraga yang bisa dibilang cukup keras ini. Namun, sang ayah-lah yang memperkenalkan dan berusaha memotivasinya. Ia kerap dibawa berlatih di Jalan Veteran Medan. Dengan motivasi yang kuat, Anggi muda pun akhirnya menggeluti olahraga yang menuntut kekuatan kaki itu dengan serius.

Dilatih legenda hidup gulat Sumut, Asmara Dana, cukup banyak yang didapatkannya dan mengantarkannya menjadi seorang atlet tangguh. “Sejak 1980-an saya sudah memulai karir menjadi seorang pegulat. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP,” ungkapnya.
Selain menggeluti gulat, Anggi juga sering bermain sepak bola di lingkungannya. Menurutnya, olahraga yang cukup memasyarakat ini murah dan bisa dilakukan di mana saja. “Nah, saya ingat sekali, jika dibanding dengan gulat, saya lebih sering cedera saat bermain bola. Meskipun gulat mengharuskan kontak fisik 100 persen,” jelas Anggi.

Dari gulat ini, Anggi memang mampu membuat bangga kedua orangtuanya. Pasalnya, sejak awal karir, Anggi sudah mampu tembus level Nasional untuk mengikuti Kejurnas di Kaltim. “Saat itu saya meraih juara ketiga,” ungkapnya.

Menginjak SMA, Anggi masih kerap terjun ke Kejurnas. Namun, dewi fortuna belum menghampirinya. Anggi yang kini berprofesi sebagai Wakil Kepala Bidang Kurikulum di SMA Negeri 6 Medan ini, mengaku cukup fokus pada pendidikannya. “Yang utama bagi saya adalah pendidikan,” ujarnya.
Saat duduk di bangku kuliah, ia juga pernah mengikuti PON di Jakarta pada 1885 silam. Ia ikut dalam kategori 58 kg. Tapi, dari kejuaraan bergengsi itu, ia belum meraih juara.

Usai pensiun menjadi seorang pegulat, Anggi sempat menggeluti karir di kepelatihan dan juga wasit.

Pada  1989, karir kepelatihannya dimulai dengan menangani atlet Sumut. Dan saat ini ia masih menjabat sebagai pelatih di PPLP Sumut. “Anak didik saya pernah terpilih untuk berlaga di Vietnam, namun tak tahu kendala apa yang terjadi, akhirnya ia tak dapat ikut,” ungkap Anggi.
Disinggung mengenai generasi gulat di Sumut saat ini, diakuinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Karena di setiap kabupaten/kota sudah ada Pengcab yang menunjukkan antusias cukup tinggi. “Untuk lebih baik lagi, atlet harusnya punya kemauan yang kuat untuk menjadi seorang juara. Dan pemerintah juga harus ikut andil dalam memajukan olahraga ini,” tandasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/