MEDAN-Dari daftar pemain yang dipanggil Tim Nasional, nama Oktavianus Maniani merupakan satu-satunya pemain yang berstatus tanpa klub (kecuali pemain PON, red). Okto, sapaan akrabnya, belum memutuskan pelabuhan barunya musim depan. Terakhir dia dicoret dari klub ISL, Persiram Raja Ampat di pertengahan musim 2011/2012.
Okto mengaku mendapat banyak tawaran dari klub. Sejatinya berharap dapat berkompetisi di ISL. Namun ada tembok yang membuatnya tak bisa memperkuat banyak klub ISL. “Sudah banyak tawaran sebenarnya. Tapi di ISL ada yang enggak senang saja sama saya. Semua manajer ISL tolak saya. Ada yang menjelekkan nama saya dan tidak senang dengan saya. Saya mau tahu apa salah saya?” ujarnya saat ditemui di Hotel Saka Medan, tempat menginap Timnas.
Sejak pencoretan dirinya dari Persiram musim lalu, Okto memang tak lagi mempunyai klub. Ketika itu ia nekad memperkuat Timnas meskipun tak mendapat izin dari klubnya. Ironisnya, saat kembali ke Persisam ia menerima pil pahit pemutusan kontrak.
“Waktu itu saya izin membela Timnas tapi tidak dikasih izin. Risikonya saya tahu, tapi saya putuskan tetap ikut Timnas. Setelah itu saya tahu kesalahan saya dan pulang untuk minta maaf ke Persiram mana tahu ada kesempatan. Saya temui manajer tapi saya diusir.
ontrak saya diputus begitu saja,” kenang pemain yang mengawali karirnya di PSMS ini.
Pasca kejadian itu, Okto merasa karirnya terancam. Preseden buruk yang dicap untuk dirinya membuatnya tak melenggang mulus memperkuat klub-klub baru. Terutama di kancah kompetisi yang dikelola PT Liga Indonesia.
“Saya merasa karir saya di bola dikasih mati. Ada tawaran dari klub di Liga Indonesia, salah satunya Petro Kimia, sudah deal. Tapi kemudian saya di-cut, saya dibilang kurang disiplin. Klub Divisi Utama pun jawabannya semua sama. Saya bingung, yang saya tahu tunjuk prestasi, dan kalau saya kurang disiplin kenapa saya dipanggil Timnas beberapa kali. Itu beberapa contoh kecil saja.
Di sepak bola Indonesia tidak ada yang sempurna, saya bandel-bandel tapi tanggung jawab di lapangan,” tuturnya.
Okto menilai dualisme kompetisi dan pertentangan antara para petinggi PSSI dan KPSI membuat keadaan kian runyam. Hal itu juga yang membuat banyak pemain serba salah untuk membela Timnas.
“Terus terang saya bingung. Kami pemain hanya melakukan demi negara. Itu wajib. Di kontrak juga tertulis jelas itu. Semua terjadi karena dualisme. Saya senang ISL karena kompetitif,” ujar Okto.
Sebelumnya Koordinator Timnas Bob Hippy, sempat menjamin untuk menanggung finansial Okto selama membela Timnas setahun. Namun disebut Okto belum ada pembicaraan soal itu kepadanya. “Saya butuh kejelasan karena saya punya keluarga. Kalau tidak, saya harus mencari klub. Untuk saat ini ada Persitara yang serius dengan saya,” bebernya.
Menanggapi banyaknya pemain yang tidak hadir pada pemanggilan Timnas, Okto menannggapi bijaksana. Menurutnya para pemain dihadapkan pada pilihan sulit. Larangan dari klub yang berujung pada pemutusan kontrak menjadi halangan. Seperti yang terjadi padanya.
“Kalau itu kembali ke diri pemain masing-masing. Saya adalah contoh, untuk pemain lain. Ada risiko dijelekin ke semua klub di ISL. Memang ada manajer yang mengerti, tapi ada juga manajer yang enggak mengerti. Karena itu saya ingin dualisme ini segera berakhir. Pemain hanya fokus bermain dan tahunya hanya bermain,” tandasnya. (don)