30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Halua Delima Mampu Tembus Pasar Asia

Bagi Ima, pemilik Halua Delima, usaha kecil yang dirintisnya dari nol ini merupakan satu kebanggaan karena hasilnya bukan saja menembus pasar nasional, tapi juga di kawasan Asia.

Rahmat Sazaly,Medan

Halua Delima ini jika diartikan secara gambalng artinya Manisan Deli Khas Kak Ima. “Halua itu artinya manisan. Dan Delima sendiri adalah singkatan dari Deli Khas Kak Ima,” ungkapnya, Jumat (23/9).
Selain pada Pameran UMKM di pelataran parkir Bank Sumut, dalam rangka memeriahkan Porseni IX BPDSI 2011 Sumut, Halua Delima bisa dicari di Jalan Flamboyan Raya Lingkungan III Medan.

Menurut Ima, awal mula usaha kecilnya ini berawal sejak SMP dengan hobi membuat manisan yang terus berlanjut hingga SMA pada 1985 lalu. “Hobi ini berlanjut hingga pada 2000 lalu saya menjadi juara pertama se-Kota Medan dalam even membuat manisan basah. Nah, pada 2001 saya sempat mengajar di FKM USU dan ada even Inotek. Pada saat itu bertemu Ibu T Rizal Nurdin yang sangat senang karena tak ada lagi anak muda maupun orangtua yang mau bergelut di bidang manisan ini,” tuturnya bercerita.

Melihat bentuk dan hasil yang bagus, Ima akhirnya bergabung dalam Dewan Kerajnan Nasional (Dekranas) Sumut pada 2002. “Setelah itu baru saya mengurus ijin usaha serta legalitas dari Depkes. Pada 2003 saya langsung ikut pameran di Jakarta, yakni festival makanan. Dan pada 2003 akhir saya mengikuti festival makanan Kota Medan di Penang Malaysia. Pada 2004 saya mengikuti out country training di Jepang hasil seleksi di Jakarta dari 30 UKM hanya diambil 15 UKM dan Halua Delima masuk satu diantaranya. Saya mengikuti training selama enam minggu oleh JICA Jepang,” jelas Ima.

Setelahnya, Ima mengaku pemasaran hasil karyanya tersebut telah di pasarkan di tingkat Nasional bahkan tingkat Asia.
Ima menjelaskan, pembuatan manisan dengan kualitas baik bisa memakan waktu satu bulan. “Tapi hasilnya bisa tahan hingga enam tahun. Makin lama disimpan rasanya semakin manis dan menimbulkan sedikit rasa alkohol. Dan warnanya sedikit berubah,” tambahnya.

Untuk harga manisan per ons dibanderol dari Rp8 ribu hingga ada yang Rp30 ribu.
Adapun yang dijadikan manisan terdiri dari buah dan sayur. Diantaranya cabe, pare, pala, batang daun pepaya, labu siam, pepaya, wartel, kundur, jeruk kesturi, nanas, tomat, asam glugur, kolang-kaling, buah renda merah dan putih, kulit semangka dan masih banyak lagi. (*)

Bagi Ima, pemilik Halua Delima, usaha kecil yang dirintisnya dari nol ini merupakan satu kebanggaan karena hasilnya bukan saja menembus pasar nasional, tapi juga di kawasan Asia.

Rahmat Sazaly,Medan

Halua Delima ini jika diartikan secara gambalng artinya Manisan Deli Khas Kak Ima. “Halua itu artinya manisan. Dan Delima sendiri adalah singkatan dari Deli Khas Kak Ima,” ungkapnya, Jumat (23/9).
Selain pada Pameran UMKM di pelataran parkir Bank Sumut, dalam rangka memeriahkan Porseni IX BPDSI 2011 Sumut, Halua Delima bisa dicari di Jalan Flamboyan Raya Lingkungan III Medan.

Menurut Ima, awal mula usaha kecilnya ini berawal sejak SMP dengan hobi membuat manisan yang terus berlanjut hingga SMA pada 1985 lalu. “Hobi ini berlanjut hingga pada 2000 lalu saya menjadi juara pertama se-Kota Medan dalam even membuat manisan basah. Nah, pada 2001 saya sempat mengajar di FKM USU dan ada even Inotek. Pada saat itu bertemu Ibu T Rizal Nurdin yang sangat senang karena tak ada lagi anak muda maupun orangtua yang mau bergelut di bidang manisan ini,” tuturnya bercerita.

Melihat bentuk dan hasil yang bagus, Ima akhirnya bergabung dalam Dewan Kerajnan Nasional (Dekranas) Sumut pada 2002. “Setelah itu baru saya mengurus ijin usaha serta legalitas dari Depkes. Pada 2003 saya langsung ikut pameran di Jakarta, yakni festival makanan. Dan pada 2003 akhir saya mengikuti festival makanan Kota Medan di Penang Malaysia. Pada 2004 saya mengikuti out country training di Jepang hasil seleksi di Jakarta dari 30 UKM hanya diambil 15 UKM dan Halua Delima masuk satu diantaranya. Saya mengikuti training selama enam minggu oleh JICA Jepang,” jelas Ima.

Setelahnya, Ima mengaku pemasaran hasil karyanya tersebut telah di pasarkan di tingkat Nasional bahkan tingkat Asia.
Ima menjelaskan, pembuatan manisan dengan kualitas baik bisa memakan waktu satu bulan. “Tapi hasilnya bisa tahan hingga enam tahun. Makin lama disimpan rasanya semakin manis dan menimbulkan sedikit rasa alkohol. Dan warnanya sedikit berubah,” tambahnya.

Untuk harga manisan per ons dibanderol dari Rp8 ribu hingga ada yang Rp30 ribu.
Adapun yang dijadikan manisan terdiri dari buah dan sayur. Diantaranya cabe, pare, pala, batang daun pepaya, labu siam, pepaya, wartel, kundur, jeruk kesturi, nanas, tomat, asam glugur, kolang-kaling, buah renda merah dan putih, kulit semangka dan masih banyak lagi. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/