MEDAN- Dua kompetisi tertinggi di tanah air sudah menuntaskan seluruh laganya. Kehadiran Indonesian Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL) 2011/2012 yang turut menyeret PSMS ke dalam dualisme, menjadi potret buruk sepak bola Kota Medan. Sebuah niatan kini tengah diapungkan lewat komite bersama untuk meleburkan dua kompetisi menjadi satu musim depan. Lantas, bagaimana nasib PSMS ke depan?
Kenyataannya, nasib duo PSMS nyatanya berakhir tragis. Skuad PSMS ISL dan IPL sama-sama terjerembab ke jurang degradasi. Miris melihat kenyataan keduanya mendapat tiket gratis ke kasta utama. Logika sederhananya, jika kompetisi di Indonesia nanti hanya satu, otomatis PSMS pun juga hanya satu.
Namun, dua manajemen yang pecah di bawah kendali Idris (ISL) dan Freddy Hutabarat (IPL), masih malu-malu untuk berbicara soal nasib PSMS ke depan. CEO PSMS ISL, Idris mengatakan, belum ada pembicaraan soal hal itu. Namun menurutnya, ada sebuah keuntungan jika PSMS bersatu. Yakni dalam pengadaan sponsor yang selama ini disebut Idris enggan mendekat karena dualisme di kubu PSMS.
“Nantinya kalau PSMS jadi satu, saya yakin sponsor akan datang. Dengan keberadaan dua PSMS seperti saat ini, sponsor akan berpikir. Begitupun kalau dinilai mana yang lebih baik, masyarakat yang bisa menilai. Persentase siapa yang banyak ditonton,” katanya dalam perbincangan beberapa waktu lalu.
Begitupun, harusnya Idris selayaknya merasa lebih baik. Skuad PSMS ISL masih bermasalah dengan penunggakan gaji pemain selama lima bulan. Selain itu tindakan tak profesional dengan salah membeli tiket saat skuad harusnya melakoni laga tandang kontra Persiram Raja Ampat juga menjadi “dosa” manajemen. Sama buruknya dengan PSMS IPL yang juga bermasalah dengan gaji dan kegagalan tim berangkat ke Surabaya yang berakhir dengan WO.
CEO PSMS IPL, Freddy Hutabarat juga mengeluarkan pernyataan senada menyoal manfaat jika PSMS nantinya kembali menjadi satu. “Sebenarnya kami menyadari kalau satu itu lebih bagus. Apalagi lebih gampang cari sumber pendanaan. Artinya, kendala keuangan dapat diatasi dengan mencari pemain-pemain berkualitas,” katanya.
Freddy mengakui, masih rumitnya proses penyatuan yang dianggapnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Kompetisi kan masih digodok. Kami rasa tidak sulit untuk memenuhi lima aspek ketentuan klub profesional, yang pasti, PSMS harus satu,” beber Freddy lagi.
Tidak hanya kedua kubu. Pemain pun sudah merasa jengah dengan konflik yang ada di kubu PSMS. Asa pun ditiupkan agar nantinya PSMS tak lagi pecah menjadi dua. “Saya sih sebagai pemain PSMS berharap PSMS mau bergabung. Karena kalau satu pasti lebih kuat. Tapi kembali ke pengurusnya. Kalau niatnya memajukan PSMS pasti akan dilakukan,” kata striker PSMS ISL, Nico Malau. (mag-18)