28 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Awalnya Coba-coba, Akhirnya Penasaran dan Ketagihan

Pegolf Bank DKI yang satu ini mengaku baru kali pertama ke Medan. Namun ternyata, pemilik nama Emil Irsan ini merupakan pria kelahiran Medan, Sumut.

Rahmad Sazali, Medan

Wakil Pimpinan Bank DKI Cabang Pembantu Dewi Sartika Cawang ini memang lahir di Medan, namun, ia dibesarkan di Bogor Jabar sejak kecil. “Setelah lahir, saya langsung dibawa ke sana (Bogor, Red). Di sana saya dibesarkan dan baru kali ini saya menginjakkan kaki lagi di Medan. Dan ini ketepatan ada Porseni, kalau tak ada, saya mungkin belum akan datang ke Medan lagi,” jelasnya, Minggu (25/9).

Pria kelahiran 13 Februari 1964 ini mengaku bergelut dalam olahraga yang menurutnya gentleman tersebut sejak 2003 lalu. Awalnya, kata Emil, ia diajak teman-teman bermain golf, dan itu hanya untuk coba-coba. “Loh, akhirnya kok malah jadi penasaran. Masa sih, saya ga bisa? Itu yang saya rasakan awalnya,” ungkapnya.
Nah, lama kelamaan akibat rasa penasaran tersebut, Emil malah jadi ketagihan alias kecanduan dengan olahraga tersebut. Menurutnya, golf adalah olahraga yang memiliki banyak sisi positif, dan yang utama menurutnya gola adalah olahraga yang gentleman.

Dikatakan gentleman karena dalam satu flight (Rombongan, Red) yang maksimal empat orang itu, Emil mengatakan, kunci utamanya adalah ketenangan. “Kita harus tenang, sabar dan harus bisa menahan emosi untuk menjaga permainan yang bagus,” tuturnya.

Selain itu, di golf sendiri para pemainnya dituntut untuk jujur alias tak berbohong dengan apa yang telah dilakukannya, termasuk title yang telah dimiliki. “Ya jika bola kita jatuh ke semak belukar, kita harus konsisten memainkan bola dari tempat jatuhnya bola. Ini meningkatkan skill kita juga, karena kita berusaha bagaimana agar kita bisa memukul bola dengan baik dan hasilnya juga baik,” kata Emil.

Dari sisi kesabaran, akan lebih baik jika bermain golf itu dilakukan dengan berjalan kaki. “Bukan dengan mengendarai golf car. Dengan berjalan, maka waktu juga akan semakin terasa membebani kita. Di sini kita harus bisa memanage emosi agar tetap bisa bermain baik,” kata Emil lagi.

Sejak Porseni VIII BPDSI 2009 Kaltim, Emil menuturkan adanya perubahan sistem permainan dalam golf, yakni tak lagi dengan sistem handicap, melainkan stable force. “Sejak itu semua pegolf bermain dengan nol handicap. Jadi semua kemampuan kita bisa dilihat dari hasil kita bermain,” jelasnya.

Dengan stable force ini, pegolf tak bisa mencuri handicap yang memudahkan pegolf mendapatkan nilai baik. “Dengan sistem ini, kita harus dituntut siap bermain. Karena secara individu kita tak selalu bisa bermain secara konstan dengan hasil yang bagus. Hari ini kita bermain buruk, mungkin besok kita bisa jadi master,” terang Emil.

Melihat permainnan pegolf di ajang Porseni IX BPDSI 2011 Sumut, Emil mengatakan semua bermain cukup fair, khususnya di kelas ia bertanding yakni kelas prestasi. “Kita memang tak memasang target di kelas prestasi, tapi di kelas eksekutif. Persiapan Bank DKI saya akui memang sangat kurang untuk even kali ini. Sementara permainan masing-masing pegolf menurut saya semua rata skillnya,” ujarnya.

Menurutnya, hanya semangat kebersamaan yang dibawa pihaknya pada even kali ini. “Sebenarnya jika kita bisa berlatih empat kali saja, dengan catatan berlatih serius, maka persiapan akan sangat memadai. Tapi kali ini, memang sangat kurang. Dan Medan saya lihat sudah cukup maju prestasinya,” kata Emil.
Mengenai even kali ini, Emil beranggapan, masyarakat Medan memang cukup menyambut baik. Karena di setiap even yang dilakukan, para tamu selalu saja disambut dengan senyuman ikhlas. (*)

Pegolf Bank DKI yang satu ini mengaku baru kali pertama ke Medan. Namun ternyata, pemilik nama Emil Irsan ini merupakan pria kelahiran Medan, Sumut.

Rahmad Sazali, Medan

Wakil Pimpinan Bank DKI Cabang Pembantu Dewi Sartika Cawang ini memang lahir di Medan, namun, ia dibesarkan di Bogor Jabar sejak kecil. “Setelah lahir, saya langsung dibawa ke sana (Bogor, Red). Di sana saya dibesarkan dan baru kali ini saya menginjakkan kaki lagi di Medan. Dan ini ketepatan ada Porseni, kalau tak ada, saya mungkin belum akan datang ke Medan lagi,” jelasnya, Minggu (25/9).

Pria kelahiran 13 Februari 1964 ini mengaku bergelut dalam olahraga yang menurutnya gentleman tersebut sejak 2003 lalu. Awalnya, kata Emil, ia diajak teman-teman bermain golf, dan itu hanya untuk coba-coba. “Loh, akhirnya kok malah jadi penasaran. Masa sih, saya ga bisa? Itu yang saya rasakan awalnya,” ungkapnya.
Nah, lama kelamaan akibat rasa penasaran tersebut, Emil malah jadi ketagihan alias kecanduan dengan olahraga tersebut. Menurutnya, golf adalah olahraga yang memiliki banyak sisi positif, dan yang utama menurutnya gola adalah olahraga yang gentleman.

Dikatakan gentleman karena dalam satu flight (Rombongan, Red) yang maksimal empat orang itu, Emil mengatakan, kunci utamanya adalah ketenangan. “Kita harus tenang, sabar dan harus bisa menahan emosi untuk menjaga permainan yang bagus,” tuturnya.

Selain itu, di golf sendiri para pemainnya dituntut untuk jujur alias tak berbohong dengan apa yang telah dilakukannya, termasuk title yang telah dimiliki. “Ya jika bola kita jatuh ke semak belukar, kita harus konsisten memainkan bola dari tempat jatuhnya bola. Ini meningkatkan skill kita juga, karena kita berusaha bagaimana agar kita bisa memukul bola dengan baik dan hasilnya juga baik,” kata Emil.

Dari sisi kesabaran, akan lebih baik jika bermain golf itu dilakukan dengan berjalan kaki. “Bukan dengan mengendarai golf car. Dengan berjalan, maka waktu juga akan semakin terasa membebani kita. Di sini kita harus bisa memanage emosi agar tetap bisa bermain baik,” kata Emil lagi.

Sejak Porseni VIII BPDSI 2009 Kaltim, Emil menuturkan adanya perubahan sistem permainan dalam golf, yakni tak lagi dengan sistem handicap, melainkan stable force. “Sejak itu semua pegolf bermain dengan nol handicap. Jadi semua kemampuan kita bisa dilihat dari hasil kita bermain,” jelasnya.

Dengan stable force ini, pegolf tak bisa mencuri handicap yang memudahkan pegolf mendapatkan nilai baik. “Dengan sistem ini, kita harus dituntut siap bermain. Karena secara individu kita tak selalu bisa bermain secara konstan dengan hasil yang bagus. Hari ini kita bermain buruk, mungkin besok kita bisa jadi master,” terang Emil.

Melihat permainnan pegolf di ajang Porseni IX BPDSI 2011 Sumut, Emil mengatakan semua bermain cukup fair, khususnya di kelas ia bertanding yakni kelas prestasi. “Kita memang tak memasang target di kelas prestasi, tapi di kelas eksekutif. Persiapan Bank DKI saya akui memang sangat kurang untuk even kali ini. Sementara permainan masing-masing pegolf menurut saya semua rata skillnya,” ujarnya.

Menurutnya, hanya semangat kebersamaan yang dibawa pihaknya pada even kali ini. “Sebenarnya jika kita bisa berlatih empat kali saja, dengan catatan berlatih serius, maka persiapan akan sangat memadai. Tapi kali ini, memang sangat kurang. Dan Medan saya lihat sudah cukup maju prestasinya,” kata Emil.
Mengenai even kali ini, Emil beranggapan, masyarakat Medan memang cukup menyambut baik. Karena di setiap even yang dilakukan, para tamu selalu saja disambut dengan senyuman ikhlas. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/