24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Oknum Pengurus PSSI Sumut Terlibat K-78

MEDAN-Aksi Kelompok 78 (K-78) ternyata tidak cuma mengakibatkan  deadlock-nya Kongres PSSI yang berlangsung di Jakarta pada 20 Mei lalu, tetapi juga telah  memecah belah kepengurusan PSSI di Sumatera Utara (Sumut).

Anggota Komisi Etik PSSI Sumut, Indra Gunawan, mengungkapkan  hal itu di Medan, Rabu (25/5). “Sejak awal, K-78 memang  telah memprovokasi beberapa unsur pengurus PSSI  Sumut. Stimulusnya, saya kira, tak lain adalah fulus. Mohon maaf, saya tidak  menyebutkan nama, tetapi saya kira pecinta sepak bola di Sumatera Utara ini sudah mengetahui siapa mereka,” ujarnya.

Menjelang kongres, lanjut Indra, perpecahan di PSSI Sumut  memuncak. Legalitas Idrus Djunaidi selaku pelaksana tugas (Plt) Ketua  Umum pasca meninggalnya H. Risuddin, Ketua Umum terpilih dalam Muswawarah  Provinsi PSSI Sumut 2009 lalu, coba digugat oleh beberapa unsur pengurus yang telah berafiliasi ke K-78.

“Mereka berkolaborasi dengan beberapa pengurus lain yang  sebelumnya tidak pernah aktif di PSSI Sumut, bahkan ada yang sudah  direshufle semasa H. Risuddin masih memimpin PSSI Sumut,” jelas Indra.

Puncaknya terjadi sehari sebelum kongres berlangsung. Sejumlah oknum pengurus yang berafilasi pada K-78 itu ngotot agar Komite Normalisasi  melegalkan mereka sebagai peserta dari Sumatera Utara. Padahal, Idrus Djunaidi  ketika itu juga sudah berada di Jakarta dengan legalitas yang dimilikinya,  yaitu SK pengangkatan sebagai Plt Ketua Umum dan mandat dari mayoritas pengurus harian  PSSI Sumatera Utara.

“Yang saya tahu, karena memang tidak membawa misi pribadi ke  Kongres tersebut, dengan besar hati Idrus Djunaidi meminta agar Komite  Normalisasi meniadakan hak suara Pengprov PSSI Sumut,” tambah Indra.
Sayang, lanjut dia, Komite Normalisasi akhirnya justru  melegalkan oknum pengurus PSSI Sumut yang terkontaminasi K-78 sebagai peserta kongres. Ini terjadi berkat lobi-lobi dari orang berpengaruh di  Komite Normalisasi yang sangat berkepentingan dengan suara Sumut dalam kongres lantaran ikut mencalonkan diri sebagai eksekutif komite (exco).

“Saat ini keterlibatan beberapa pengurus Pengprov PSSI Sumut  dalam Kelompok 78 sudah diketahui banyak pihak, termasuk pengurus cabang  (pengcab) PSSI beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara. Ini sangat memalukan, di saat sebagian besar fungsionaris PSSI Sumut sedang berupaya memperbaiki  citra dengan cara berupaya meloloskan Tim Sumut pada PON XVIII nanti,” tandas  Indra.
Apalagi, masih menurut Indra, para oknum pengurus tadi selama ini justru tak punya perhatian  terhadap Tim Pra-PON. Bahkan, melihat anak-anak di Tim Pra-PON berlatih pun mereka tak pernah.
Kekesalan yang sama juga diungkapkan Sekretaris Pengcab PSSI Karo Petra  Purba. Penggila sepak bola yang rela menghabiskan  banyak uang untuk pembinaan atlet di Kabupaten Karo itu mengaku sudah mengendus adanya keterlibatan beberapa oknum pengurus yang tergabung dalam K-78.
“Awalnya kita mengira K-78 adalah reformis sepak bola nasional. Nyatanya mereka yang justru  menghancurkan. Kita malu karena ada orang Sumut yang terlibat di dalamnya. Kalau  mereka-mereka yang terlibat di K-78 masih bercokol di tubuh PSSI  Sumatera Utara, maka bakal hancurlah masa depan sepak bola kita,” bilang Petra. (jun)

MEDAN-Aksi Kelompok 78 (K-78) ternyata tidak cuma mengakibatkan  deadlock-nya Kongres PSSI yang berlangsung di Jakarta pada 20 Mei lalu, tetapi juga telah  memecah belah kepengurusan PSSI di Sumatera Utara (Sumut).

Anggota Komisi Etik PSSI Sumut, Indra Gunawan, mengungkapkan  hal itu di Medan, Rabu (25/5). “Sejak awal, K-78 memang  telah memprovokasi beberapa unsur pengurus PSSI  Sumut. Stimulusnya, saya kira, tak lain adalah fulus. Mohon maaf, saya tidak  menyebutkan nama, tetapi saya kira pecinta sepak bola di Sumatera Utara ini sudah mengetahui siapa mereka,” ujarnya.

Menjelang kongres, lanjut Indra, perpecahan di PSSI Sumut  memuncak. Legalitas Idrus Djunaidi selaku pelaksana tugas (Plt) Ketua  Umum pasca meninggalnya H. Risuddin, Ketua Umum terpilih dalam Muswawarah  Provinsi PSSI Sumut 2009 lalu, coba digugat oleh beberapa unsur pengurus yang telah berafiliasi ke K-78.

“Mereka berkolaborasi dengan beberapa pengurus lain yang  sebelumnya tidak pernah aktif di PSSI Sumut, bahkan ada yang sudah  direshufle semasa H. Risuddin masih memimpin PSSI Sumut,” jelas Indra.

Puncaknya terjadi sehari sebelum kongres berlangsung. Sejumlah oknum pengurus yang berafilasi pada K-78 itu ngotot agar Komite Normalisasi  melegalkan mereka sebagai peserta dari Sumatera Utara. Padahal, Idrus Djunaidi  ketika itu juga sudah berada di Jakarta dengan legalitas yang dimilikinya,  yaitu SK pengangkatan sebagai Plt Ketua Umum dan mandat dari mayoritas pengurus harian  PSSI Sumatera Utara.

“Yang saya tahu, karena memang tidak membawa misi pribadi ke  Kongres tersebut, dengan besar hati Idrus Djunaidi meminta agar Komite  Normalisasi meniadakan hak suara Pengprov PSSI Sumut,” tambah Indra.
Sayang, lanjut dia, Komite Normalisasi akhirnya justru  melegalkan oknum pengurus PSSI Sumut yang terkontaminasi K-78 sebagai peserta kongres. Ini terjadi berkat lobi-lobi dari orang berpengaruh di  Komite Normalisasi yang sangat berkepentingan dengan suara Sumut dalam kongres lantaran ikut mencalonkan diri sebagai eksekutif komite (exco).

“Saat ini keterlibatan beberapa pengurus Pengprov PSSI Sumut  dalam Kelompok 78 sudah diketahui banyak pihak, termasuk pengurus cabang  (pengcab) PSSI beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara. Ini sangat memalukan, di saat sebagian besar fungsionaris PSSI Sumut sedang berupaya memperbaiki  citra dengan cara berupaya meloloskan Tim Sumut pada PON XVIII nanti,” tandas  Indra.
Apalagi, masih menurut Indra, para oknum pengurus tadi selama ini justru tak punya perhatian  terhadap Tim Pra-PON. Bahkan, melihat anak-anak di Tim Pra-PON berlatih pun mereka tak pernah.
Kekesalan yang sama juga diungkapkan Sekretaris Pengcab PSSI Karo Petra  Purba. Penggila sepak bola yang rela menghabiskan  banyak uang untuk pembinaan atlet di Kabupaten Karo itu mengaku sudah mengendus adanya keterlibatan beberapa oknum pengurus yang tergabung dalam K-78.
“Awalnya kita mengira K-78 adalah reformis sepak bola nasional. Nyatanya mereka yang justru  menghancurkan. Kita malu karena ada orang Sumut yang terlibat di dalamnya. Kalau  mereka-mereka yang terlibat di K-78 masih bercokol di tubuh PSSI  Sumatera Utara, maka bakal hancurlah masa depan sepak bola kita,” bilang Petra. (jun)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/